Lahan Rawan Kebakaran Ini Berhasil Disulap Jadi Ladang Penghasil Cuan

  • Bagikan
Sumber foto: investor.id

Mediatani – Tidak bisa dipungkiri bahwa lahan gambut menjadi salah satu kawasan yang rawan terjadi kebakaran hutan. Hal itu pula yang terjadi pada lahan gambut yang ada di sekitar PT Kilang Pertamina Unit Sei Pakning, Bengkalis, Riau.

Dilansir dari laman kompas.com, dulunya lahan ini sangat tidak terawat, banyak semak yang tumbuh liar sehingga memicu terjadinya kebakaran lahan. Akibatnya, salah satu Kampung Jawa yang berada di sekitar lahan tersebut seringkali disebut sebagai “Kampung Neraka”.

Terkait hal ini, Samsul, salah seorang tokoh penggerak masyarakat Kampung Jawa mengaku bahwa dirinya dan warga sekitar secara mandiri seringkali disibukkan dengan pemadaman api. Meskipun lahan tersebut tidak memberikan hasil apa-apa untuk mereka.

“Kebakaran tidak padam satu dua hari, bahkan bisa berhari-hari atau berbulan-bulan. Akibat hal itu, aktivitas warga menjadi terganggu, bahkan memicu penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut),” kata Samsul seperti dikutip dari siaran pers Pertamina, Jakarta, Kamis (9/9/2021).

Tetapi saat ini, para warga tidak lagi disibukkan dengan pemadaman api. Hal ini karena beberapa kelompok masyarakat telah menyulap puluhan hektar lahan gambut tersebut menjadi pertanian nanas.

Diketahui bahwa dalam pengembangan pertanian nanas ini, beberapa pihak ikut terlibat. Diantaranya adalah dari pihak pemerintah, masyarakat sekitar dan Kilang Pertamina Unit Produksi Sei Pakning. Tidak hanya itu, penghijauan pun juga digalakkan di lahan gambut tersebut.

Pengembangan ini berawal dari program pemanfaatan lahan gambut yang terbakar pada tahun 2017. Menurut Samsul, alasan memilih pertanian nanas karena saat membuka lahan dan pengelolaannya tidak menggunakan sistem bakar.

Setelah diubah menjadi pertanian nanas, lahan gambut yang rawan terbakar tersebut mampu memberikan penghasilan tambahan untuk masyarakat baik dari hasil pertanian nanas, maupun beragam produk olahan nanas yang dibuat oleh ibu rumah tangga.

Bahkan, kata Samsul, di tahun 2020 pendapatan dari hasil lahan pertanian tersebut telah mencapai Rp 257 juta per tahunnya.

Selain memberikan dampak pada perekonomian warga sekitar, rupanya pertanian nanas ini juga berdampak pada lingkungan sekitar. Pasalnya, setelah tidak ada lagi kebakaran yang membuat dada sesak, kini masyarakat sekitar sudah bisa menghirup udara segar.

Meskipun dinilai sudah cukup aman dari kebakaran lahan, warga sekitar tetap intens untuk mengontrol lahan tersebut. Beberapa warga yang berprofesi sebagai Masyarakat Peduli Api (MPA) secara berkala melakukan patroli, mereka akan segera padamkan api yang muncul .

Merespon hal ini, VP CSR & SMEPP Management PT Pertamina (Persero), Arya Dwi Paramita memberi apresiasi kepada semua warga yang telah berinisiatif untuk mengantisipasi dampak kebakaran lahan. Hal ini disampaikan oleh Arya Dwi ketika mengunjungi Kawasan Pertanian Nanas Terintegrasi tersebut.

“Bahkan pengembangan lahan gambut direplikasi ke wilayah terdekat serta dikembangkan dengan tanaman lain seperti serai,” pungkas Arya.

  • Bagikan