Mahasiswa Sukses Beternak Itik, Dimulai Sejak Masih Duduk di Bangku Sekolah

  • Bagikan
beternak itik/ist

Mediatani – Semangat berbisnis pada bidang peternakan mahasiswa asal Solok Selatan (Solsel) patut diacungi jempol.

Berbekal hobi beternak semenjak masih bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) sekarang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah kendati masih berstatus mahasiswa awal di semester empat Institut Teknologi Padang (ITP) jurusan teknik sipil.

“Beternak itu hobi. Jadi semenjak kelas XI SMA sudah mulai muncul ide-ide bisnis beternak,” kata mahasiswa entrepreneur berusia 20 tahun Ziko Naputra Ilham, Sabtu (3/4/2021) pada Harianhaluan.com, melansir, Jumat (23/4/2021) dari laman Harianhaluan.com.

Ziko mengutarakan, usaha peternakan yang dilakoninya adalah itik petelur jenis ratu hibrida, di lahan kering dan telah berjalan sekitar 3 tahun.

“Diawal memulai, Ziko belum ada ilmu beternak itik petelur. Hanya saja rajin melihat di internet atau bisa dikatakan otodidak,” ucapnya.

Ziko mengenang modal awal ketika memulai itik ratu sebanyak 30 ekor bibit yang berusia sekitar satu Minggu.

Bibit itik hibrida tersebut dibeli langsung dari pulau Jawa. “Alhamdulillah, setelah melewati beragam rintangan sekarang hasilnya memuaskan dan ke depannya ingin mengembangkan usahanya lagi,” kata Alumni SMAN 5 Solsel itu.

Lokasi usaha peternakan itik petelur yang dirintis Ziko berlokasi di Balun Sawatau Nagari Balun Pakan Rabaa Tengah, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD), tepat di belakang rumah orangtuanya.

“Ada tiga kandang itik petelur saat ini dengan ukuran masing-masing sekitar 7 x 12 meter persegi. Di samping beternak itik, Ziko juga berternak ikan nila dan ikan mas serta beternak ayam kampung. Tapi, untuk usaha lebih fokus pada itik petelur,” kata remaja yang bercita-cita menjadi pengusaha ini.

Usaha peternakan itik petelur jenis ratu hibrida ini pun, lanjut dia, sudah mulai membuka cabang usaha di daerah Pakan Rabaa Timur dengan memberdayakan keluarga dekat.

“Ziko berharap ada semacam pembinaan dari dinas terkait di Solsel untuk bisa mengembangkan lagi usaha peternakan itik hibrida ini. Sebab, selama ini belum pernah mendapatkan perhatian dari instansi terkait. Mengingat, usaha ini tidak bisa hanya berbekal ilmu dari internet saja. Masih banyak hal yang belum diketahui. Itu harapannya,” ujar dia.

Usaha ini, imbuh dia, tidak menyita banyak waktu atau bisa dikelola mandiri bersama keluarga. Hasil produksi telur itik dalam sehari rata-rata 500 – 600 butir dari 700 ekor itik.

Akan tetapi, saat ini mengalami pengurangan dikarenakan adanya sebagian itik yang mengalami stress dan mengalami mabung atau rontok pada bulu.

“Pada massa ini dari 700 ekor itik petelur hanya menghasilkan sekitar 300-400 butir telur/harinya,” imbuhnya.

Senada, Nof selaku Ayah dari Ziko mengaku bangga dengan hobi yang tekuni oleh anaknya. Hal itu lantaran dalam massa belajar sudah bisa menghasilkan. “Ziko butuh dukungan dari berbagai pihak-pihak terkait terutama pemerintah daerah,” katanya.

Sebab, katanya, itik sampai usia lima bulan banyak rintangan, kadang dibeli bibit 300 ekor paling yang sampai produksi maksimal 250 ekor, sisanya itik mati.

“Namun, untuk pemasaran telur itik juga sudah sampai ke Kota Padang namun masih belum bisa memenuhi kebutuhan pasar,” katanya.

Nof menuturkan, biaya produksi pakan tiap minggu mencapai Rp4 – Rp5 Juta atau setara 75 kilogram pakan tiap Pekan. “Alhamdulillah bisa tercukupi dari hasil penjualan telur itik,” tutupnya. (*)

  • Bagikan