Mediatani – Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wilayah Indonesia yang menumbuhkan petani milenial sukses. Seperti yang dialami petani di Desa Cialam Jaya, Ali Alhamdi (27 tahun), dalam sekali musim panen, ia mampu meraup penghasilan yang fantastis yakni Rp 20 miliar.
Hal tersebut tidak lepas dari upaya Kementerian Pertanian (Kementan) yang terus mendorong lahirnya petani-petani baru dari kalangan milenial. Para petani milenial diharapkan dapat melahirkan inovasi dan teknologi pertanian dari hulu hingga hilir juga pembentukan pasar secara modern sehingga menjamin ketersediaan pangan.
Ali tidak menyangka usaha pertanian yang awalnya hanya sebagai hiburan atau pengisi waktu luangnya itu ternyata mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah yang lebih besar dibanding sektor lainnya.
“Saya sewa lahan, selama 4 tahun dan ternyata lahan itu berjodoh walau saya harus meminjam uang dari bank,” ungkap Ali.
Pernyataan tersebut disampaikannya setelah melakukan panen padi bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, didampingi Plt Bupati Konawe Selatan Arsalim Arifin beserta jajaran pejabat eselon satu Kementerian Pertanian di Desa Cialam Jaya, Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, Kamis (22/10).
Menurut petani milenial yang tergabung dalam Kelompok Tani Mekar Sari ini, ada dua tantangan yang membutuhkan pendekatan khusus yang kerap dihadapi petani muda. Yakni menyatukan petani dan mengoptimalkan hasil panen.
“Keberadaan petani-petani muda oleh sebagaian petani senior dianggap ancaman menggeser jabatan. Padahal, untuk kepentingan bersama, petani senior dan muda mestinya berkolaborasi,” ucapnya.
Dalam menekuni usaha budidayanya itu, Ali juga menggunakan beberapa teknologi pertanian, yaitu mini Rice Milling Unit (RMU) dan Combine Harvester (mesin panen padi) yang disewa dengan dana hasil pinjaman bank. Alhasil, pada satu kali musim tanam padi, potensi uang yang berputar dari hasil penyewaan jasa mesin panen mencapai Rp 20 miliar.
“Saya semakin optimis dan yakin menggeluti pertanian. Saya berharap pemerintah terus memperbaiki jalan usaha tani, irigasi, serta melakukan normalisasi sungai, disamping memberikan bantuan berupa alat perlengkapan mesin pertanian untuk meningkatkan produksi pangan,”
Upaya yang dilakukan Ali tersebut, sesuai dengan harapan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) yang terus menggaungkan agar kalangan milenial untuk terjun menjadi petani. Menurutnya, merekalah yang menjadi penentu kemajuan sektor pertanian ke depan.
“Kalangan milenial kaya akan inovasi dan memiliki gagasan yang kreatif sehingga kami mempercayakan estafet pertanian di pundaknya,” tegas SYL.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi juga turut berbangga atas apa yang dilakukan Ali Alhamdi tersebut. Menurutnya, 10 tahun mendatang jika tidak ada regenerasi petani, pertanian tentu menghadapi ancaman serius.
“Saya bangga dengan Mas Ali, dan saya berharap di tempat lain juga bermunculan petani milenial baru,” kata Suwandi.
Menurut Suwandi, dari total 33 juta petani yang ada, petani milenial hanya 12 persennya saja. Peran milenial di sektor pertanian sangat memberikan kemajuan yang signifikan karena kalangan milenial sangat adaptif dengan perkembangan teknologi.
“Dan kami (red-Kementan) memiliki itu. Inovasi Alsintan dengan pemanfaatan ICT mendukung peningkatan produksi pangan dan bagi kalangan milenial itu sudah menjadi hal biasa. Petani milenial akan merubah wajah pertanian masa kini,” ucapnya.