Masalah Sampah di Pantai Labuan Semakin Akut

  • Bagikan
Sampah di sepanjang Pantai Labuan.jpeg

Mediatani – Pemkab Pandeglang mengaku kesulitan dalam mengatasi masalah sampah di sepanjang Pantai Pelabuhan Perikanan Labuan, Banten. Pemerintah setempat menyebut bahwa masalah sampah tersebut semakin akut karena kesadaran warga yang masih rendah.

Kepala Bidang Kebersihan pada Dinas Lingkungan Hidup Pandeglang Tubagus Entus Maksudi mengatakan bahwa meski sudah diperingatkan warga masih sering membuang sampah ke laut hingga menumpuk.

“Ya memang begitu kondisinya. Sebetulnya tinggal kesadaran warga dan komitmennya saja bagaimana, kalau dari pemda sudah berulang kali melakukan upaya,” kata Entus Maksudi dilansir dari detikcom, Selasa (19/1/2021).

Pemkab Pandeglang sendiri sudah berupaya dengan menyusun program dan gerakan bersih-bersih di Pantai Labuan sejak tahun 2019 hingga 2020 Namun Entus menyebut, kepedulian warga di sana terhadap kebersihan lingkungan tersebut juga masih kurang.

“Program bantuan untuk Teluk (Pantai Labuan) itu sudah yang paling gede dibandingkan sama yang lain, setiap ada kegiatan bersih-bersih pantai juga selalu kami arahkan ke Teluk supaya masalah sampahnya bisa teratasi,” ujarnya.

Masalah sampah yang menjadi akut selama puluhan tahun silam tersebut membuat Dinas Lingkungan Hidup semakin kewalahan untuk mengurus sendiri persoalan sampah yang menumpuk di lokasi pelelangan ikan tersebut.

Entus mengaku secara keseluruhan masalah sampah itu sudah tidak mampu lagi dikerjakan oleh pihaknya. Selain karena membutuhkan waktu yang lama, DLH juga memiliki keterbatasan anggaran untuk menyelesaikan persoalan sampah di Pantai Labuan. Karena sampah yang ada di pantai itu harus dikeruk denga alat berat yang biaya sewanya cukup tinggi.

“Sebetulnya kami siap jika harus ngurusin sampah di sana, tapi kan itu tidak bisa manual, harus ada alat berat. Sementara biaya sewa alat berat sehari saja bisa lebih dari kisaran 3-4 juta, nah anggaran di LH itu enggak cukup untuk ke sana,” tutur Entus.

Menurutnya, banyak pihak yang bisa bekerja sama untuk mengatasi permasalahan sampah di Pantai Labuan. Terlebih, Pemerintah Provinsi Banten memiliki kantor pelabuhan yang berada pada kawasan tersebut.

Entus mengatakan bahwa sebelumnya pihak pemprov dan PLTU juga telah memberikan bantuan sekitar seratus truk untuk mengangkut sampah. Namun, sampah tersebut masih saja memenuhi Pantai Labuan.

“Jadi ini memang bukan pekerjaan mudah, harusnya yang mengawali itu kecamatan maunya bagaimana hayu kita bareng-bareng karena memang pekerjaan itu enggak bisa sehari beres,” ucapnya.

Sampah yang menumpuk di Pantai Labuan terdiri dari berbagai jenis mulai dari plastik, styrofoam, limbah dapur, bahkan pakaian hingga bantal. Tumpukan sampah tersebut sudah menjadi pemandangan sehari-hari bagi warga sekitar yang melakukan aktivitas seperti menjemur ikan asin dan melaut meskipun bau sampah menganggu indra penciuman.

Menko Marves Turun Tangan

Rombongan pejabat dari Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) pada, Rabu (20/1/2021), mengunjungi kawasan di pantai Pelabuhan Perikanan Labuan yang dipenuhi oleh sampah itu. Kedatangan mereka untuk membantu mencarikan solusi permasalahan sampah di wilayah ujung Selatan Pulau Jawa tersebut.

Pejabat Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Muhamad Suhendar yang memimpin langsung kunjungan mereka mengatakan bahwa saat ini Kemenko Maritim memang tengah fokus dalam menanggulangi masalah sampah di Indonesia.

Suhendar menjelaskan sementara ini rombongannya sedang dalam tahap mengidentifikasi permasalahan sampah di Pantai Labuan. Selanjutnya data tersebut nanti akan dibahas secara komprehensif agar bisa menghasilkan solusi yang tepat bagi masyarakat sekitar.

“Ketika nanti sudah terkumpul dan teridentifikasi permasalahnnya seperti apa, maka kami akan mencoba untuk mencarikan solusi melalui fungsi Kemenko Maritim,” ujarnya.

Adapun solusi yang coba ditawarkan oleh Suhendar, yaitu opsi pemanfaatan sampah melalui sistem Refused Derived Fuel (RDF) atau tempat pengelolaan sampah terpadu yang bisa diolah menjadi bahan bakar industri pengganti batubara. Opsi tersebut dapat dilakukan dengan berkolaborasi dengan masyarakat setempat.

“Mungkin ada hal-hal yang tidak diketahui masyarakat bahwa sampah di sini bisa menjadi peluang pendapatan untuk masyarakat sekitar,” ucapnya.

Sebelumnya, kata Suhendar, opsi ini sudah sementara berjalan di daerah Cilacap, Jawa Tengah. Dengan melibatkan masyarakat, sampah yang ada disana dimanfaatkan menjadi bahan bakar pengganti industri hingga menjadi suplai bagi sejumlah pembangkit listrik batu bara.

“Di dekat daerah sini kan ada pembangkit listrik, nah di Cilacap itu sudah berjalan dimana sampah bisa diolah menjadi bahan bakar industri. Ini yang akan kita dorong ke pengelola PLTU Labuan supaya menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah di sini,” ujarnya.

  • Bagikan