Masih Marak Diperdagangkan di Bali, 4 Penyu Hijau Dievakuasi KKP

  • Bagikan
Penyu hijau di Jembrana

Mediatani – Kabupaten Jembrana merupakan salah satu daerah yang masih marak memperdagangkan penyu hijau (Chelonia mydas). Pada Senin, (19/4/2021), Polres Jembrana menyita empat penyu hijau dari lokasi penampungannya di Banjar Pebuahan, Desa Banyu Biru.

Empat Penyu Hijau (Chelonia mydas) dewasa dan berjenis kelamin betina itu dititipkan di pusat penangkaran penyu Kurma Asih, Perancak, yang berada tak jauh dari lokasi penangkapan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) kemudian melakukan penanganan terhadap 4 penyu hijau yang berupaya untuk diperdagangkan ilegal itu.

Penanganan terhadap penyu sitaan tersebut dilakukan oleh Tim Respon Cepat BPSPL Denpasar bersama tim Flying Vet yang langsung menuju ke lokasi.

Dilansir dalam laman resmi KKP, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Tb. Haeru Rahayu menjelaskan bahwa penyu merupakan biota laut yang telah ditetapkan sebagai hewan dilindungi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Aturan tersebut diperkuat dengan menyusul dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 526/MEN-KP/VIII/2015 tentang Pelaksanaan Perlindungan Penyu, Telur, Bagian Tubuh, dan/atau Produk Turunannya.

Hal ini menjelaskan bahwa segala bentuk pemanfaatan penyu yang dilakukan baik dalam keadaan hidup, mati maupun pemanfaatan bagian tubuhnya itu dilarang.

“Penjualan penyu termasuk praktik yang bertentangan dengan aturan yang ada. Saya apresiasi kepada tim yang bergerak cepat menangani kejadian ini dan berharap tidak terulang Kembali di kemudian hari,” ujar Tebe.

Sementara itu, Kepala BPSPL Denpasar, Permana Yudiarso membenarkan bahwa pihaknya telah melakukan penanganan terhadap 4 ekor penyu hijau yang merupakan hasil sitaan Polres Jembrana dari upaya penjualan yang dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga.

“Belum diketahui motif penjualannya. Setelah penjualan penyu berhasil digagalkan oleh Polres Jembrana, untuk sementara 4 penyu hijau dievakuasi ke Kelompok Konservasi Penyu Kurma Asih Perancak untuk dilakukan pengecekan oleh tim dokter hewan,” terangnya.

Di lokasi, pihaknya bertemu langsung dengan PSDKP Pengambengan, Tim Flying Vet Kedokteran Hewan dan Bapak Anom Kurma Asih (Kelompok Kurma Asih) untuk melakukan pemeriksaan pada tubuh 4 ekor penyu hijau tersebut.

Dilansir dari Mongabay, Dwi Suprapti dari Asosiasi Dokter Hewan Megafauna Aquatic Indonesia (IAM Flying Vet) yang melakukan pemeriksaan menyampaikan bahwa kondisi penyu secara umum sehat, namun ada yang mengalami luka dan patah tulang di flipper tapi bukan pada pangkalnya.

“Hanya bagian ujung, masih punya daya renang dengan baik,” jelas Dwi.

Menurutnya, kondisi itu dialami akibat penyelundupan, dimana flipper penyu itu dilubangi untuk diikat. Ada bagian flipper yang terbelah menjadi dua, dan sudah dijahit. Jahitan itu hanya bisa bertahan sementara, untuk mengamankan agar penyu tak terkena infeksi, dan menutup luka dengan baik.

Individu lainnya ada yang mengalami kerusakan pada karapasnya dengan bentuk lubang yang cukup dalam, sekitar 3 cm, diduga bekas parasit. Dikhawatirkan lubang itu cukup dalam karena di bawah karapas ada paru-paru, dan bisa dimasuki bakteri.

Luka lain yang dialami adalah bekas seperti gigitan cookie cutter shark, ada tiga lubang yang terdapat di bawah ketiak di bagian ototnya, tapi sudah dalam proses penyembuhan.

Dwi menyarankan agar penyu-penyu tersebut segera dilepaskan karena selain sudah cukup sehat, bak yang terdapat di lokasi penangkaran itu bukan untuk rehabilitasi. Bak tersebut hanya untuk tukik, yang digunakan sementara sebelum dilepaskan.

Bak rehabilitasi harus memiliki sistem sirkulasi karena air harus sering terganti, karena penyu dewasa mengeluarkan feses dan urin yang cukup banyak. Jika hal itu dibiarkan, penyu akan keracunan kotorannya sendiri.

Karena kekurangan bak tersebut, tugas pengelola dan relawan Kurma Asih harus menguras bak secara manual. Belum lagi karena keterbatasan pakan, karena Penyu Hijau dewasa memakan rumput laut dan tidak tak tersedia di tempat ini.

  • Bagikan