Mengatasi Masalah Kelaparan dengan Berkebun

  • Bagikan
Sumber foto: vantage.id

Mediatani – Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk kelaparan tertinggi di Asia Tenggara. Berdasarkan Indeks Kelaparan Global 2019 (GHI Index) diketahui tingkat kelaparan dan kekurangan gizi di dunia terus mengalami penurunan. Tercatat 117 negara dalam laporan tersebut dan Indonesia menempati peringkat 70 dengan skor sebesar 20,1 yang termasuk dalam kategori serius.

Masih banyak rakyat Indonesia yang kelaparan dan kekurangan gizi akibat kemiskinan. Tidak sedikit masyarakat yang mengalami kelaparan adalah mereka yang bekerja disektor pertanian tradisional. Salah satu penyebabnya adalah karena petani masih di bayar rendah dengan produktivitas hasil pertanian yang jauh dari maksimal. Terjebak dengan utang dan lingkaran kemiskinan membuat banyak dari mereka kesulitan membeli makanan untuk anak-anak mereka. Membuat banyak kasus anak balita Indonesia mengalami stunting.

Padahal Indonesia dengan luas lahan mencapai 570.000 km persegi belum mampu dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Padahal jika masyarakat terutama pemuda dapat mengoptimalkan penggunaan lahan, maka dapat meningkatkan produktivitas lahan serta meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia.

Tidak hanya terpaku dengan lahan pertanian saja untuk bertanam. Pemanfaatan lahan pekarangan rumah, lahan tidur, dan lahan kosong yang tidak produktif juga dapat menjadi solusi untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi rumah tangga, serta berorientasi pasar untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Berkebun dirumah selain dapat memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga juga dapat memberi manfaat yang sangat banyak seperti memperindah rumah, menjamin hasil panen bebas pestisida, sarana olahraga, menghilangkan stres, menambah penghasilan dan lain sebagainya.

Saat ini, ada banyak sistem bercocok tanam yang dapat diterapkan di rumah. Jadi, sudah tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berkebun dirumah. Berkebun di rumah dapat dilakukan asalkan tersedia tempat yang memadai dan terpapar sinar matahari yang cukup, kita tinggal menyediakan media tanam, bibit dan pupuk sebagai suplai makanan.

Berkebun secara organik merupakan sistem bercocok tanam yang tidak menggunakan pestisida kimia, pupuk kimia, serta hormon pertumbuhan yang cocok di terapkan di rumah. Semua jenis pupuk dan pestisida yang digunakan berasal dari bahan organik seperti kotoran hewan dan tumbuhan yang dapat dibuat sendiri di rumah maupun dapat membelinya di toko tani.

Ada banyak manfaat dengan berkebun di rumah, apalagi bila menerapkan pertanian organik. Berkebun dengan cara organik berarti kita menggunakan pupuk dan pestisida alami dengan begitu kesehatan keluarga juga akan lebih terjamin, serta dapat menjaga kesehatan ekosistem di lingkungan sekitar rumah. Buah dan sayuran yang di konsumsi dari kebun sendiri pastinya lebih segar dibandingkan dengan yang dijual dipasar.

Tidak hanya pertanian organik yang saat ini menjadi tren gaya hidup sehat. Konsep urban farming juga ramai diperbincangkan oleh petani kota. Konsep urban farming bukan hanya sekedar berkebun di daerah perkotaan dengan memanfaatkan lahan atau pekarangan sempit untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Urban farming atau bisa disebut bertani di perkotaan dapat dilakukan dalam skala besar industri dan mampu mewujudkan ketahanan pangan.

Urban farming telah terbukti berhasil di beberapa negara maju bahkan di Indonesia. Salah satu negara yang terkenal dan menjadi pelopor konsep bertani di perkotaan adalah Jepang. Negeri sakura ini sudah diakui kemajuan teknologinya terutama di bidang pertanian.

Konsep urban farming Jepang sudah menjadi patokan bagi negara-negara lain agar dapat memenuhi kebutuhan bahan pangan khususnya di daerah perkotaan. Kedepannya, konsep urban farming ini dapat dilakukan secara menyeluruh di seluruh kota Indonesia dan menjadi jawaban dari isu ketahanan pangan yang masih menjadi masalah di negeri ini.

  • Bagikan