Mediatani – Ikan bandeng memiliki nama ilmiah Chanos chanos, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut milkfish. Di Indonesia, khususnya di daerah Sulawesi Selatan, ikan bandeng dikenal dengan sebutan ikan bolu.
Ikan bandeng sangat populer di Indonesia sebagai salah satu ikan konsumsi. Ikan bandeng yang berasal dari famili ini biasa ditemukan di Samudera Hindia hingga Samudra Pasifik.
Setelah menetas, ikan bandeng muda tinggal di laut selama 2-3 minggu. Ikan ini kemudian berimigrasi ke rawa-rawa bakau yang merupakan daerah perairan air payau. Namun, ikan bandeng juga bisa hidup di danau-danau air asin.
Ketika masa perkawinan atau masa berkembang biak tiba, ikan bandeng akan kembali ke laut untuk berkembang biak. Ikan bandeng biasanya akan bergerombol di sekitar pesisir dan pulau yang terdapat terumbu karang.
Setelah selesai berkembang biak, ikan yang masih muda atau biasa dikenal dengan sebutan “nener” akan dikumpulkan oleh pembudidaya ikan bandeng untuk dipindahkan ke tambak, empang, atau tempat budidaya semacamnya. Ikan bandeng yang dibudidayakan kemudian diberi makan hingga mencapai ukuran tuuh 25-30 cm.
Biasanya bandeng diolah atau dijual dalam keadaan yang sudah digoreng, dikukus, dibakar, dipindang, dipresto, diasap, dibekukan (frozen food) ataupun dalam keadan segar yang belum dimasak sama sekali.
Ikan bandeng memiliki rasa yang gurih dan daging yang netral. Saat diolah pun ikan ini tidak mudah hancur. Hal itu membuat ikan bandeng menjadi salah satu ikan konsumsi favorit bagi banyak orang.
Namun, bandeng kurang disukai oleh beberapa orang karena memiliki duri yang sangat banyak dan beraroma seperti lumpur atau tanah.
Aroma lumpur yang terdapat pada ikan bandeng disebabkan oleh habitat ikan bandeng yang biasanya dibudidayakan di empang, tambak, dan sebagainya. Aroma lumpur ini juga disebabkan oleh bakteri dari genus Symioca, Oscillatoria, dan Lyngbia.
Bakteri-bakteri menimbulkan aroma tidak sedap karena menghasilkan geosmin yang memiliki aroma khas seperti lumpur atau tanah. Untuk menghilangkan aroma lumpur tersebut, bisa dilakukan dengan membudidayakan ikan bandeng di tempat dengan air yang mengalir.
Dalam pengolahannya, bandeng yang memiliki duri yang sangat banyak dipresto (panci bertekanan tinggi) untuk melunakkan duri-duri tersebut. Bandeng akan dimasak dalam tekanan dan batas waktu tertentu, sehingga seseorang tidak perlu khawatir dengan duri ikan bandeng saat mengkonsumsinya.
Harga ikan bandeng juga berkisar di antara level harga menengah ke atas. Hidangan bandeng ini biasa dijumpai dalam upacara-upacara atau tradisi-tradisi di hari raya, terutama bagi warga Tionghoa yang sudah menjadi tradisi wajib untuk menyajikan ikan bandeng saat hari raya mereka.
Ikan bandeng bisa dijadikan peluang atau ide untuk berbisnis oleh pengusaha yang ingin bergelut di dunia perikanan. Cara budidaya yang cenderung tidak sulit dan harga ikan yang stabil menjadikan ikan bandeng sebagai salah satu ikan yang patut untuk dipertibangkan sebagai ide dan peluang bisnis.