Mediatani – Kebutuhan kacang kedelai yang terus meningkat, mendorong kita semua untuk mencari komoditas alternatif demi mencukupi kebutuhan nasional. Melihat fenomena tersebut, mengapa tidak mencoba untuk mulai mengembangkan komoditas kacang tolo?
Kacang-kacangan yang satu ini ternyata cukup potensial untuk mencukupi kebutuhan nasional dan mendukung program diversifikasi pangan. Pada artikel ini akan dibahas bagaimana kacang ini berpotensi untuk diversifikasi pangan. Untuk memahaminya, silakan baca dengan baik, ya.
Mengenal Kacang Tolo dan Pertumbuhannya
Kacang tolo merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang menjadi sumber protein nabati dalam perbaikan gizi. Oleh karena itu, kacang yang memiliki nama latin Vigna unguiculata L. Walp. ini menjadi komoditas yang tepat untuk mendukung program diversifikasi pangan.
Secara alamiah, kacang-kacangan ini termasuk tanaman yang toleran terhadap kondisi kekeringan sedang. Namun, kondisi kelebihan air menyebabkan penurunan pertumbuhan dan munculnya infeksi penyakit jamur.
Tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik pada presipitasi yang luasnya berkisar antara 650-2.000 mm. Sedangkan, untuk bahan makanan manusia, tanaman ini biasanya ditanam pada curah hujan serendah 400 mm per tahun.
Beberapa jenis tanaman kacang tolo terlihat variasi yang tinggi dalam perkembangan reproduksinya. Misalnya, pada beberapa jenis sudah berbunga sejak berusia 30 hari dan siap dipanen dengan biji yang kering 25 hari setelahnya.
Sedangkan jenis yang lain memerlukan waktu 90 hari untuk berbunga dan 210-240 hari untuk dapat dipanen.
Tujuan dari diversifikasi ini bukan untuk menggantikan posisi kedelai. Sebenarnya, untuk memberikan alternatif kepada masyarakat untuk lebih memilih komoditas pangan lokal dengan kualitas, gizi, cita rasa, dan citra yang tidak kalah dengan kedelai impor.
Kacang Tolo untuk Diversifikasi Pangan
1. Potensinya sebagai Komoditas Diversifikasi Pangan
Seperti yang sudah diketahui, setiap tahunnya Indonesia mengimpor kedelai dalam jumlah besar demi mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Dalam memenuhi kebutuhan kedelai tersebut, melakukan peningkatan produksi kedelai saja belum cukup, semua juga harus berupaya untuk mengoptimalkan potensi kacang-kacangan lokal Hal tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil.
Pasalnya, terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kacang-kacangan lokal dapat digunakan sebagai bahan substitusi pembuatan tempe. Potensi hasil kacang tolo berada pada kisaran 1 hingga 2 ton per hektarnya (dalam bentuk biji kering).
Sedangkan, pada lahan masam dengan kandungan Aluminium yang tinggi, hasilnya mencapai 1.4 hektar per ton (tanpa pengapuran) dan 1.79 hektar per ton (dengan pengapuran).
Angka tersebut tentunya dipengaruhi oleh varietas, musim, cara budidaya, dan lokasinya. Selain itu, melalui pembudidayaan komoditas ini juga mampu mencegah erosi dan menyediakan bahan organik.
Dengan adanya varietas yang disertai dengan cara budidaya dan manfaatnya sebagai bahan pangan, serta kemampuannya yang mampu tumbuh di lahan yang kering dan masam, maka budidaya kacang ini memiliki potensi yang besar.
2. Pemanfaatan Komoditas untuk Mendukung Diversifikasi Pangan
Setiap pengukuran 100 gram biji kacang tolo yang sudah matang, terkandung 10 gram air, 22 gram protein, 1.4 gram lemak, 51 gram karbohidrat, 3.7 gram karbon, 3.7 gram vitamin, 104 miligram kalsium, dan nutrisi lainnya.
Melalui data tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai gizi kacang ini setara dengan gizi yang dimiliki kacang kedelai. Dengan nilai gizi yang tinggi dan harga yang relatif terjangkau, kacang ini mampu menjadi bahan makanan sumber protein nabati demi mencukupi kebutuhan gizi masyarakat.
Apalagi, kacang ini memiliki kadar lemak yang rendah sehingga dapat meminimalisasi penggunaan produk pangan yang berlemak.
Produk olahan yang dapat dibuat dengan bahan dasar kacang ini yaitu kacang tis, sari kacang tunggak, bahan substitusi pembuatan kue, tempe, tahu, dan sebagainya.
Setelah membaca paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kacang tolo merupakan komoditas yang mampu dijadikan diversifikasi pangan nasional. Kini Sobat Mediatani telah mengetahui dan siap berbagi pengetahuan ini supaya program diversifikasi pangan dapat terlaksana dengan baik.