Mengenal Zat Pengatur Tumbuh dan Fungsinya bagi Tanaman

  • Bagikan
Ilustrasi pertumbuhan tanaman. Sumber foto: gatra.com

Mediatani – Sebagai negara dengan sektor pertanian yang cukup menjanjikan, Indonesia ternyata seringkali menghadapi kendala terutama pada budidaya. Beberapa kendala yang sering ditemukan adalah jumlah produksi, kualitas produksi, gangguan dari lingkungan yang tidak sesuai dan gangguan dari hama penyakit setiap komoditi.

Untuk mengatasi kendala tersebut, perlu adanya perhatian khusus terutama pada proses pembibitan. Pemilihan bibit akan menentukan keberhasilan dari komoditi tersebut. Seperti yang kita ketahui, bahwa setiap tanaman atau tumbuhan sejatinya memiliki hormon pertumbuhan alami sendiri. Namun, ada beberapa bibit yang mengalami stagnasi atau pertumbuhan yang lambat. Sehingga pada kondisi tertentu tanaman tidak mampu memproduksi hormon secara maksimal. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan zat pengatur tumbuh (ZPT).

Setiap tanaman atau tumbuhan memiliki kemampuan untuk memproduksi zat pengatur tumbuhnya sendiri atau biasa disebut dengan hormon endogen untuk membantu atau mempengaruhi pertumbuhannya. Selain alami, bisa juga dibantu dengan zat pengatur tumbuh oleh hormon dari luar atau hormon exogen yang merupakan bahan kimia sintetik buatan manusia yang perannya sama seperti hormon endogen.

Beberapa produk yang dilengkapi dengan Zat Pengatur Tumbuh yang terbuat dari bahan kimia, Misalnya ; POC Nasa, Score, Atonik, Pupuk Hantu, Solbi Agro, Root Up dan sebagainya.

Sedangkan Zat Pengatur Tumbuh alami adalah ; auksin, sitokinin, giberelin, giberelin, etilena, triakontanol, inhibitor dan paclobutrazol.
Berikut ini adalah penjelasan dan fungsi dari masing-masing Zat Pengatur Tumbuh tersebut :

1. AUKSIN

Hormon auksin ini berfungsi sebagai pemicu pemanjangan sel serta pengatur pembesaran sel di daerah belakang meristem. Auksin, secara alami ditemukan pada bagian akar, bunga dan ujung batang.

2. SITOKININ

Sitokinin berfungsi sebagai pemicu pembelahan sel pada tumbuhan. Senyawa yang dapat berfungsi sebagai sitokinin adalah zeatin dan kinetin. Zeatin alami dapat diperoleh pada biji jagung muda dan pada air kelapa. Sedangkan kinetin pada awalnya ditemukan pada ekstrak sperma burung bangkai.

3. GIBERELIN

Giberelin sifatnya hampir sama dengan sitokinin. Giberelin bisa kita temukan pada hampir semua siklus hidup tumbuhan atau tanaman.
Giberelin alami ini dapat kita peroleh pada tumbuhan jamur, lumut, paku-pakuan/pakis, gymnospermae dan angiospermae (terdapat pada biji muda, pucuk batang, ujung akar dan daun muda). Untuk dapat meningkatkan laju fotosintesis, maka pemberian giberelin di bawah tajuk adalah cara yang tepat. Memacu pada pertumbuhan daun lalu berkembang secara signifikan karena terjadi peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel yang mengarah pada perkembangan daun. Selain itu juga memacu pemanjangan batang tumbuhan.

4. ETILENA/ETENA/GAS ETILEN

Etilena ini sering terjadi yakni pada saat kita memeram buah. Berfungsi untuk membantu proses perangsangan pemekaran bunga, memacu pembungaan, pematangan buah, merangsang pertumbuhan akar dan batang, merangsang pengguguran buah dan daun, merangsang perkecambahan biji, menghambat pemanjangan batang kecambah, memperkokoh batang tanaman dan mengakhiri masa dormansi.

5. TRIAKONTANOL

Pada beberapa penelitian, triakontanol dapat meningkatkan rasio gula asam pada tanaman jeruk dan mampu meningkatkan produksi teh. Dari hasil penelitian tersebut, pemberian triakontanol dengan konsentrasi rendah pada tanaman jagung, tomat dan padi mampu meningkatkan pertumbuhan.

6. INHIBITOR

Inhibitor berperan dalam menghambat pertumbuhan batang. Penerapan hormon inhibitor ini biasanya dimanfaatkan pada jenis tanaman umbi, yakni untuk membantu pembesaran umbi. Ketika terlihat pertumbuhan tunas baru, maka penerapan hormon inhibitor ini akan berfungsi agar tidak mengganggu pertumbuhan umbi lainnya.

7. PACLOBUTRAZOL

Agar pohon dapat berbuah diluar musimnya, maka pemakaian paclobutrazol adalah solusi yang tepat. Hormon paclobutrazol berfungsi menghambat biosintesis giberelin. Dimana hormon ini akan menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman dan memacu pertumbuhan generatif agar bunga akan bermunculan dan menghasilkan buah.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version