Mediatani – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengutarakan keseriusannya dalam meningkatkan produksi komoditas porang guna mendukung peningkatan perekonomian nasional.
Satu di antara terobosan yang dilakukannya dan tim canangkan adalah dengan mencetak banyak petani milenial yang inovatif, mampu melewati tantangan, dan mengoneksikan pasar ekspor.
“Hari ini saya bertemu Syaharuddin Alrif, petani milenial andalan dan duta petani milenial secara nasional. Ia mengembangkan berbagai terobosan dalam bidang pertanian,” kata Mentan YSL dalam keterangan resminya mengutip dari laman Kompas.com, Minggu (6/6/2021).
Sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), ujar Mentan, penting untuk melakukan akselerasi-akselerasi serius terhadap berbagai komoditas yang memiliki skala ekonomi besar.
Mentan SYL pun mendorong petani-petani muda yang bergairah dan memiliki kreativitas mengelola sektor pertanian sehingga menghasilkan produk siap pakai.
Tak sampai di situ, petani milenial yang agresif dalam dunia pertanian juga akan didukung oleh jajaran pemerintah.
“Hari ini, Syaharuddin membuktikan bahwa tanah apa adanya yang ia manfaatkan dengan porang bisa menghasilkan miliaran rupiah. Selain itu, ada pula lahan tumpang sari yang ia kelola dengan menanam pisang,” jelasnya.
Hal itu Mentan SYL ungkap ketika meninjau kebun porang milik Kelompok Tani Semangat Millenial binaan Syaharuddin di Desa Talumae, Kecamatan Watan Sidenreng, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan (Sulsel).
Menurut dia, upaya memajukan komoditas porang hingga menghasilkan produk kualitas ekspor yang bagus memerlukan keterlibatan lintas kementerian.
Sebagai contohnya, Kementerian Pertanian (Kementan) untuk bagian pengembangan budidaya dan produksinya. Kemudian, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang akan membina industri pengolahan.
Sedangkan, pasar dan ekspor dikelola oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag). “Porang masuk sebagai komoditas super prioritas di bidang pertanian. Tanaman ini memiliki masa depan. Saya mau lihat hasil pengembangannya dalam tiga bulan lagi,” terang SYL.
Untuk diketahui, petani biasanya memanfaatkan 80-85 persen produksi komoditas porang untuk dijadikan chips yang akan diekspor ke mancanegara.
Sementara itu, 10-15 persen sisanya ialah untuk konsumsi dalam negeri dalam bentuk beras porang ataupun mi porang.
Selain dapat diolah menjadi beras dan mi, komoditas porang ternyata mempunyai 21 produk turunan dalam bentuk makanan lainnya. Tamanan ini bisa pula dimanfaatkan sebagai olahan kosmetik dan industri lain.
Kebun percontohan
Syaharuddin mengatakan, ia mulai mengembangkan kebun porang sejak 2020. Biasanya, ia kombinasikan dengan lahan tumpang sari bersama komoditas pisang.
Dia berharap, kebun yang dikelolanya dapat menjadi percontohan seluruh masyarakat Indonesia untuk menggarap budidaya porang secara modern, profesional, dan maju.
“Dengan menanam pisang, kami mampu menghasilkan Rp 200 juta per hektare (ha) selama satu setengah tahun. Ini bisa membiayai kehidupan sehari-hari dan porangnya nanti kami tabung buat beli mobil,” kata Syaharuddin.
Syaharuddin melaporkan, ada 400 ha lahan pengembangan di Kabupaten Sidrap yang tersebar di tujuh desa. Dengan lahan-lahan tersebut, diharapkan hasil panen yang dihasilkan dapat diekspor ke berbagai negara.
Sebagai informasi, hingga saat ini, luas lahan porang di Provinsi Sulsel baru mencapai 2.000 ha dengan hasil per hektarenya mencapai Rp 270 juta hingga Rp 300 juta.
Syaharuddin pun berharap, Kementan bisa membantu pengembangan lahan porang di Sulsel menjadi 25.000 ha.
“Kami telah menghasilkan benih yang berkualitas dari budidaya sendiri. Selain itu, benih ini sudah berlabel dan bersertifiksi. Jadi, masyarakat yang ingin menanam porang tidak perlu khawatir karena benih ini sudah siap disebar dan dikembangkan di tempat lain,” jelas Syaharuddin.
Selain mengunjungi kebun porang, Mentan SYL juga meninjau rice milling unit yang berada di Kabupaten Sidrap. Tidak hanya itu, Mentan juga sekaligus melepas truk mobil beras yang akan didistribusikan ke Kupang pada hari yang sama. (*)