Mediatani – Bukan perkara mudah menemukan formulasi yang pas untuk pengembangbiakan.
Penetasan alami menggunakan indukan belum tentu berhasil.
Menggunakan alat penetas impor pula belum tentu pas.
Peluang itulah yang membuat seorang bernama Fauzi menciptakan alat penetas sendiri.
Penetas F-6 namanya.
Ruang sepetak itu dipenuhi perabotan yang berserakan di lantai.
Mulai dari tang, bor listrik, kaca pembesar, gunting, alat penatah, kuas, voltmeter, tali rafia, rangkaian alat elektronik, hingga isolasi.
Daianalogikan seperti kapal yang usai dihantam badai, kekacauan itu tampak di bengkel kerja milik Moch. Fauzi di ujung rumahnya di kawasan Ketintang, Disadur Senin (8/2/2021) dari situs berita Jawapos.com.
Di ruangan itu, dua alat penetas telur burung berbentuk kubus berwarna merah darah sedang digarapnya.
Mengamati perubahan angka yang tertera di layar digital.
Dua alat tersebut memang telah jadi.
Fauzi tinggal mengecek cara kerja alat.
”Ini mau dikirim ke Gresik dan Jakarta, tapi butuh kalibrasi dulu,” ucap dia sambil mengecek alat penetas telur buatannya.
Proses kalibrasi itu harus dilakukannya untuk memastikan alat ciptaannya sesuai dengan kondisi riil.
Terutama perihal suhu dan kelembapan.
Dua elemen itu menjadi penentu alat penetas bisa berhasil.
Dengan demikian, embrio di dalam telur bisa berkembang dan pada masa menetas mampu menjebol cangkang.
Suhu terlalu panas atau rendah akan mempengaruhi lama penetasan.
Di samping itu, tak stabilnya kelembapan di dalam alat penetas dapat membuat embrio telur mati.
Kelembapan itu juga yang kemudian menjadi faktor kunci penetasan telur burung. Dan stabilitas kelembapan itu terletak pada alatnya.
Fauzi terus memperbaruinya sejak membuat rancangan alat pada 2017. Alat penetas terbaru yang dia miliki itu diberi nama F-6. Kepanjangan dari Fauzi generasi ke-6.
Selain kalibrasi yang pas, perubahan kelembapan di dalam alat itu disiasatinya dengan membuat lubang ventilasi kecil.
Lubang itu bisa dibuka tutup.
Jika kelembapan suhu terlalu tinggi misalnya, maka lubang itu bisa dibuka.
”Jika stabil, bisa ditutup kembali,” terang dia.
Di alat penetas terbaru itu, Fauzi membuat pembaruan pada tatakan telur. Yang mana sebelumnya menggunakan pipa, digantinya dengan alas akrilik.
Hal itu bertujuan agar pengangkatan dan peletakan telur bisa lebih mudah dan gampang.
Fauzi mempraktikkan cara kerja alatnya Jumat (5/2), lalu.
Telur burung branjangan, blackthroat, dan kenari diletakkan di atas akrilik.
Mesinnya kemudian dia nyalakan.
Perlahan, telur-telur aneka ukuran itu bergerak memutar.
”Alat ini punya keberhasilan hampir 100 persen,” kata bapak tiga anak itu.
Jauh, jika dibandingkan dengan dierami indukan sendiri yang sering gagal menetas karena banyak faktor.
Keunggulan alat penetas Fauzi ialah dari sisi stabilitas.
Efektivitas menjadi kunci utama, ujar pria kelahiran Undaan, 19 Maret 1969, untuk menciptakan alat penetas.
Dia mau agar usahanya ini membantu para peternak burung di Indonesia yang sulit mengembangbiakkan anakan.
Apalagi didapatinya, peternak sering mengeluh. Sulit melakukan penetasan indukan.
Jika beli alat penetas dari luar negeri, belum tentu cocok.
Ketidakcocokan alat itu pun membuat Fauzi melakukan riset panjang.
Berbagai jenis alat penetas dicobanya.
Kegagalan teman-temannya, peternak burung dia dengarkan.
Mulai dari situ, riset kecil-kecilan pun dia buat.
Kekurangan setiap alat dicatat.
Pengalaman di lapangan dia jadikan modal untuk membuat alat sendiri.
”Saya sudah gagal ratusan kali. Tak terhitung telur yang tak menetas,” kata kakek satu cucu tersebut.
Dibantu beberapa kolega, Fauzi sudah menghabiskan banyak biaya untuk proses membuat alat.
Ketekunan itu akhirnya berbuah juga.
Lewat alat penetas ciptaannya, telah banyak peternak yang terbantu.
Burung-burung berhasil berkembang biak. Di antaranya, burung macau, murai batu, kenari, blackthroat, sun conure, merak, dan burung langka seperti branjangan jawa.
”Alat penetas ini sudah laku 30 buah,” terangnya.
Dikirim ke berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta, Gresik, Cirebon, Mojokerto, Bandung, bahkan hingga ke negeri jiran Malaysia.
Kini karena dikerjakannya sendiri bersama anaknya, pesanan alat harus mengantre. Disebutnya, telah ada empat orang yang memesan alat penetas burung karya lelaki lulusan SMP itu.
”Tujuan saya cuma satu, ingin membantu peternak,” terang lelaki pengagum B.J. Habibie tersebut. (*)