Meski Pandemi, Ekspor Pertanian Sumsel Terus Membaik

  • Bagikan
Sumber foto: gosumsel.com

Mediatani – Meskipun di tengah pandemi Covid-19, Ekspor pertanian khususnya di Sumatera Selatan terus menunjukkan progress yang baik. Hal ini disebabkan karena dipengaruhi dari tingginya permintaan terhadap buah kelapa, lada hitam dan juga hasil hutan bukan kayu.

Dilansir dari inews.com, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa kegiatan ekspor pada sektor pertanian di Sumatera Selatan ini terus mengalami peningkatan sejak tahun 2020 lalu. Tidak hanya itu, bahkan kegiatan ekspor pertanian Sumatera Selatan ini sempat mencatat pertumbuhan hingga mencapai sembilan puluh persen.

Terkait hal ini, Endang Tri Wahyuningsih selaku Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan menyampaikan bahwa total nilai ekspor Sumatera Selatan belum menyentuh nilai 1,0 persen. Hal tersebut disampaikan pada hari Senin (24/05/2021)

“Meski share-nya dari total nilai ekspor Sumatera Selatan belum mencapai 1,0 persen, tapi ini menjadi salah satu potensi yang bisa kita kembangkan,” ungkap Endang Tri.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik juga diketahui bahwa kontribusi dari kegiatan ekspor pertanian di Sumatera Selatan telah menyentuh angka 0,97 persen. Angka ini terhitung dari bulan Januari hingga bulan April 2021 atau telah mengalami peningkatan dari periode yang sama di tahun 2020 lalu yang juga mencatat angka 0,77 persen.

Sementara itu, pada sektor migas telah menyentuh angka 2,46 persen sedangkan pada pertambangan menyentuh angka 21,54 persen. Terkait hal ini, Rudi Arpian selaku Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Sumatera Selatan menyampaikan bahwa sejak lama pemerintah provinsi (pemprov) telah menaruh perhatian pada perkebunan kelapa ini.

Oleh karena itu, akan dilakukan dorongan yaitu seperti membangun pabrik pengolahan yang berlokasi di Kabupaten Banyuasin. Pabrik tersebut juga direncanakan akan menjadi pusat kegiatan untuk mengolah sabut kelapa menjadi serat (coco fiber) dan juga menjadi serbuk (coco peat) yang diharapkan memiliki nilai tambah untuk pasar ekspor dengan negara tujuan yaitu antara lain China, Jepang dan sebagian negara di Eropa.

Harga pokok produksi coco fiber yaitu senilai Rp 1.9 ribu dan coco peat senilai Rp 1.1 ribu/Kg di tingkat petani. Sementara itu, untuk harga ekspor berturut-turut yaitu senilai Rp 3 ribu dan Rp 2 ribu/Kg.

“Kami berharap di tahun 2021 ini kita telah benar-benar melakukan kegiatan ekspor,” ungkap dia.

Sumatera Selatan saat ini memiliki kebun kelapa yaitu seluas 65.242 hektare (Ha) dengan hasil produksi yang telah mencapai angka 57.570 ton kopra atau setara dengan 230,28 juta butir kelapa per tahunnya. Sektor perkebunan kelapa ini diharapkan telah memanfaatkan sabut dan memproduksi coco fiber dan coco peat pada tahun 2021. Dengan potensi ekspor sabut lima puluh persen saja, maka telah mampu menghasilkan devisi yaitu senilai Rp 71,96 miliar.

Tidak hanya itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan juga telah mendorong para pelaku perhutanan agar bisa menghasilkan produk hasil hutan bukan kayu (HHBK). Contohnya seperti kopi, madu, minyak kayu putih, dan rotan.

Terpisah, Kuntoro Boga Andri selaku Kepala Biro Humas Kementerian Pertanian menyampaikan bahwa saat ini Kementerian Pertanian akan terus melakukan genjotan ekspor melalui berbagai program. Salah satunya, yaitu program Gerakan Tiga Kali Ekspor atau yang biasa disebut Geratieks.

“Program ini merupakan gagasan dari Bapak Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo) tujuannya untuk menyatukan seluruh pemangku kepentingan. Tidak hanya itu, tujuan lainnya adalah untuk mengukur kemampuan kerja agar tidak biasa. Tentunya kita mengharapakan agar ekspor Indonesia khususnya pada sektor pertanian kita makin meningkat lagi kedepanya,” pungkas Andri.

  • Bagikan