Mediatani – Sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi fokus pemerintah untuk melakukan pengembangan guna meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.
Untuk itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendukung percepatan pembangunan infrastruktur kelautan dan perikanan di kedua Provinsi tersebut.
Sebagai langkah awal keseriusannya, Menteri Trenggono melakukan kunjungan ke lokasi budidaya laut yang terdapat di Kabupaten Kupang. Budidaya ikan di daerah itu menggunakan metode Keramba Jaring Apung (KJA) yang pengembangannya dilakukan di Pulau Semau. Lokasi ini juga menjadi pilot project kegiatan budidaya ikan kerapu dan kakap Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2021.
Hal tersebut disampaikan Menteri Trenggono dalam kunjungan kerja perdananya ke Kupang, Nusa Tenggara Timur untuk melihat langsung potensi kelautan dan perikanan di provinsi itu pada Rabu (30/6/2021).
“Saya bersama Pak Gubernur disini sudah sepakat bahwa dimulai tahun 2022 akan memfokuskan kegiatan budidaya di NTT dan NTB, ini diharapkan akan jadi andalan budidaya,” ungkap Menteri Trenggono.
Merujuk dari informasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT, KJA yang digunakan di lokasi tersebut berbentuk bulat dengan diameter 10 meter persegi, kedalaman 8 meter dan mempunyai kapasitas padat tebar sebanyak 25.000 ekor ikan per KJA.
Beberapa jenis ikan yang dibudidayakan diantaranya ikan kerapu cantang dan ikan kakap putih. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT, Ganef Wurgiyanto mengungkapkan untuk mengembangkan kegiatan budidaya kerapu dan kakap di tiga lokasi KJA, pihaknya mengajukan pinjaman daerah yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Selain Pulau Semau, pengembangan budidaya lainnya juga akan dilakukan di Teluk Hadakewa, Lembata, dan Mulut Seribu, Rote Ndao.
“Tahun 2021 ini diawali dengan pilot project di Pulau Semau Kabupaten Kupang ini, dengan total 9 unit KJA. Diharapkan 2-3 tahun kedepan perairan-perairan ini dapat memiliki sumber daya ikan (produksi ikan kerapu) yang berlimpah dan menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat,” jelas Ganef.
Menurut Ganef, ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh KJA dengan sistem bulat ini, diantaranya gerakan ikan menjadi lebih menyebar dan tidak mengalami luka.
Budidaya kakap – kerapu yang dikembangkan di lokasi tersebut rencananya akan dipanen pada bulan Agustus 2021 nanti. Dierkirakan, total ikan yang akan dipanen sebanyak 100 ton dengan nilai jual sebesar Rp5,5 miliar.
Sebagai informasi, pemasaran produk perikanan NTT lebih banyak dilakukan antar pulau dibandingkan keluar negeri. Diketahui, selama kurun waktu 2016-2020 telah mengalami peningkatan volume ekspor rata-rata sebesar 42,83% dan pemasaran antar pulau sebesar 219,8%.
Kepada Menteri Trenggono, Ganef juga mengutarakan secara langsung sejumlah kendala yang dialami dalam budidaya kakap – kerapu ini, diantaranya masih kurangnya tenaga ahli, belum tersedianya gudang pakan, serta dampak Badai Seroja yang menyebabkan speed boat tenggelam, rumah jaga mengalami kerusakan berat serta jaring-jaring pun rusak.
Pada kesempatan tersebut, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menyalurkan bantuan kepada perwakilan Pokdakan Provinsi NTT berupa 17 paket bioflok, 5 paket bantuan kebun bibit rumput laut di Kabupaten Sumba Timur, 20.000 ekor benih kakap putih, dan 20.000 ekor benih bawal bintang.
Kunjungan kerja perdana Menteri Trenggono ke NTT ini merupakan salah satu tindak lanjutnya setelah mengikuti rapat koordinasi bidang kemaritiman dan investasi dengan Menkomarves, Luhut Binsar Pandjaitan minggu lalu terkait percepatan pembangunan infrastruktur di Provinsi NTB dan NTT.
Dalam kunjungannya itu, Menteri Trenggono didampingi oleh Dirjen Perikanan Budidaya, Dirjen Perikanan Tangkap, Direktur Pemantauan dan Operasi Armada, para Staf Khusus dan Asisten Khusus Menteri, serta hadir pula menemani Gubernur NTT, serta Bupati Kupang.