Mediatani – Kebocoran pipa minyak yang terjadi beberapa waktu lalu telah berimbas pada kotornya perairan Karawang, Jawa Barat. Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengadakan pertemuan dengan memanggil pihak Pertamina dan perwakilan pemerintah daerah untuk membahas tindak-lanjut penanganganan.
Pertemuan yang dipimpin oleh Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP, Tb. Haeru Rahayu itu dilaksanakan di Gedung Mina Bahari III, Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta Pusat, pada Senin (26/4/2021).
“Kami duduk bersama untuk mengentaskan persoalan di lapangan, dan bagaimana supaya kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari,” ungkap Tebe.
Tebe menuturkan bahwa Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah menaruh perhatian serius pada kejadian tersebut, sebab bila tumpahan minyak itu terus meluas akan mengancam keberlanjutan ekosistem dan dampaknya akan mengganggu aktivitas nelayan maupun pembudidaya di area tersebut.
Kejadian ini juga membuat banyak kelompok masyarakat maupun asosiasi yang mengirim surat yang berisi tentang pemintaanya agar Kementerian Kelautan dan Perikanan segera melakukan tindakan. Sebab kejadian tumpahan minyak di laut juga pernah terjadi dua tahun silam, khususnya di wilayah perairan Banten.
Meski saat ini telah dilakukan penanganan pada kebocoran pipa, namun Tebe tetap meminta Pertamina melakukan peningkatan pemeliharan pada peralatannya agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi di lain hari.
Kemudian, ia juga meminta Pertamina untuk segera melakukan pemulihan lingkungan pasca-kejadian serta memproses kompensasi bagi masyarakat yang terdampak.
Untuk pemulihan lingkungan dan kompensasi yang dilakukan, Tebe meminta Pertamina bersinergi dengan pemerintah daerah serta kelompok masyarakat. Menurutnya, hal tersebut dilakukan agar upaya tersebut tepat sasaran dan tidak memunculkan polemik di kemudian hari.
“Libatkan semua pihak yang terkait, khusus untuk yang 2019 maupun yang saat ini. Kemudian untuk yang baru saja terjadi, kami minta matangkan kembali matriks schedule penyelesaiannya. Libatkan semuanya, tuntas dari hulu ke hilir,” imbaunya.
Pada kesempatan itu, pihak Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) mengatakan telah memastikan pihaknya menyelesaikan perbaikan titik kebocoran yang terjadi pada pipa 16″ MMF – Central Plant. Kebocoran pipa yang terdeteksi pada Minggu 18 April 2021 tersebut langsung dilakukan perbaikan pada saat itu juga.
Pembersihan tumpahan minyak di laut juga masih sementara dilakukan hingga saat ini dengan melibatkan masyarakat pesisir dan nelayan setempat. Adapun alat yang dipakai untuk membersihkan, di antaranya 142 kapal termasuk di antaranya kapal-kapal nelayan, empat skimmer dan 600 moveable oil boom.
“Ada 1.206 pekerja yang terlibat yang terdiri dari pekerja offshore response, nelayan, dan masyarakat pesisir,” ujar Corporate Secretary PT. Pertamina Brahmantya Satyamurti Poerwadi dalam pertemuan tersebut.
Dampak tumpahan minyak pada aktivitas nelayan dan pembudidaya ikan
Ribuan ikan yang mati akibat tumpahan minyak yang disebabkan oleh bocornya pipa Pertamina telah membuat nelayan di wilayah Karawang, Jawa Barat mengalami kerugian.
Bocornya pipa minyak Pertamina itu memang telah membuat laut dan pantai di sekitar perairan Karawang menjadi tercemar selama berhari-hari. Hal itu membuat ikan yang terdapat dalam bagan milik nelayan mati dan tak laku dijual karena tercemar.
Akibatnya, keuntungan sebesar Rp 4-8 juta yang seharusnya didapatkan nelayan terpaksa hilang karena ikan yang mati tercemar tak laku dijual. Bila pada hari biasanya mereka bisa mendapatkan 5 hingga 10 kilogram ikan, namun kini turun mencapai 90%.
Pencemaran ini langsung dilaporkan dan Bupati Karawang memberi waktu 3 pekan kepada pihak Pertamina untuk membersihkan laut yang tercemar dan memperhatikan kerugian nelayan terdampak.