Mediatani – Pakar oseanografi atau ilmu kelautan IPB, Alan F Koropitan mengemukakan bahwa saat ini perlu dilakukan persiapan yang dapat menunjang budidaya perikanan, seperti kolam, pakan, dan pembiayaannya.
Hal itu disampaikannya setelah melihat hasil perikanan tangkap yang stagnan dan sukar untuk berkembang. Dengan kondisi tersebut, diprediksi masa depan perikanan ada di bidang budidaya.
“Masa depan perikanan Indonesia ada di budi daya, karena perikanan tangkap sudah stagnan,” ungkapnya, dilansir dari Antara, Rabu, 14 Juli 2021.
Alan yang juga merupakan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) menyampaikan bahwa saat ini Indonesia berada di posisi dua dalam produsen ikan di dunia, tetapi tidak termasuk dalam 10 besar negara pengekspor hasil perikanan global.
Peneliti Balai Riset Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Maros, Usman menyebutkan, kontribusi biaya pakan dalam budidaya dapat mencapai 40-80 persen, tergantung jenis komoditas dan tingkat teknologi yang digunakan.
Ia menjelaskan upaya esensial yang dapat dilakukan untuk menekan harga pakan adalah memanfaatkan bahan baku lokal yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia yang berpotensi dimanfaatkan untuk pengembangan pakan mandiri.
Sebelumnya, Kepala BRSDM KP, Sjarief Widjaja menjelaskan bahwa produktivitas usaha budidaya sangat ditunjang oleh ketersediaan pakan. Jika masyarakat mampu memproduksi pakan mandiri, maka ketersediaan pakan ikan dapat memenuhi target produksi budidaya.
“Di sisi lain, kita perlu menyadari bahwa sekitar 60-70% dari kebutuhan usaha budidaya dialokasikan untuk pakan. Tak bisa dielakkan, harga pakan pabrikan cukup tinggi dan membuat margin keuntungan semakin kecil. Kendati demikian, masih banyak pembudidaya yang menggantungkan usahanya dari pakan pabrikan,” ungkap Sjarief.
Oleh karena itu, masyarakat didorong untuk memprodusi pakan mandiri demi menekan biaya pakan yang dibutuhkan untuk usaha budidaya di sekitarnya.
Untuk perikanan budidaya, pemerintah telah menetapkan sasaran strategis yang akan dicapai adalah meningkatkan produksi budidaya dari 18,44 juta ton pada 2020 menjadi 22,65 juta ton pada 2024.
Pengamat perikanan Universitas Padjadjaran Yudi Nurul Ihsan mengungkapkan bahwa arah kebijakan digitalisasi sektor perikanan perlu adanya penguatan pada pendampingan kepada petani budidaya ikan dan pelaku usaha lainnya yang ada di berbagai daerah.
“Solusi digitalisasi perikanan menjadi penting saat ini karena sebenarnya kita dapat memanfaatkan instrumen teknologi 4.0 dan penguatan multiplatform stakeholder diperlukan untuk memastikan bahwa mekanisme pengelolaan perikanan berbasis wilayah pengelolaan perikanan (WPP) dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak baik vertikal maupun horizontal,” katanya.
CEO eFishery (perusahaan rintisan teknologi akuakultur) Gibran Huzaifah menyampaikan bahwa saat ini pihaknya juga tengah fokus mengembangkan berbagai inovasi di bidang teknologi akuakultur demi mendorong produktivitas pembudidaya ikan dan udang yang ada di seluruh Indonesia.
“Lebih dari 6.000 kelompok pembudidaya di lebih dari 250 kota/kabupaten di seluruh Indonesia telah bergabung dalam ekosistem digital eFishery dan merasakan berbagai dampak nyata,” sebut Gibran.
Perusahaan yang telah berdiri sejak 2013 ini memulai inovasi dengan menciptakan eFishery Feeder dengan menggunakan teknologi berbasis Internet of Things (IoT) yang dapat memberikan pakan ikan dan udang secara otomatis.
Alat tersebut diketahui berhasil membantu pembudidaya menghemat penggunaan pakan dan meningkatkan kapasitas produksi sehingga siklus budidaya pun diketahui dapat menjadi lebih singkat sehingga petani mampu panen lebih cepat dan pendapatannya meningkat.
Data-data yang terekam dari teknologi eFishery Feeder kemudian menciptakan ruang bagi eFishery untuk menghasilkan inovasi lainnya, salah satunya berupa credit scoring dan skema pembiayaan yang kemudian dikenal dengan nama eFishery Fund, layanan yang menghubungkan para pembudidaya secara langsung dengan institusi keuangan.
Hingga Mei 2021, pembiayaan yang disalurkan eFishery Fund telah mencapai lebih dari Rp70 miliar. Pembiayaan tersebut disalurkan kepada lebih dari 1.700 pembudidaya ikan di Indonesia.