Panen Pertama, Gunawan Raih Untung Hingga Rp150 Juta dengan Pisang Cavendish

  • Bagikan
Pisang Cavendish

Mediatani – Gunawan (55), petani asal Desa Temurejo, Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi, kini merasa gembira sebab telah meraih untung besar dari menanam pisang cavendish atau ambon putih.

Dilansir dari Kompas, Gunawan mulai menanam pisang cavendish sekitar 9 bulan lalu dan saat ini sudah mendapatkan untung hampir Rp150 juta di panen pertamanya.

Awalnya Gunawan merupakan petani jeruk. Namun karena penghasilannya terus menurun dari tahun ketahun, Gunawan beralih menanam pisang Cavendish setelah mendengar cerita temannya bahwa ke depan buah ini akan banyak dicari dan hasilnya banyak.

“Teman bilang cavendish bagus ke depannya. Kemudian saya lihat-lihat di youtube dan belajar langsung ke kebun di Pasuruan dan Blitar, saya lihat prospeknya bagus dan hasilnya lumayan,” kata Gunawan saat dihubungi, Senin (3/5/2021).

Setelah itu, Gunawan memutuskan menanam pisang Cavendish di lahannya yang seluas 1 hektare. Bibit pisang yang dibelinya sebanyak 2.400 dengan harga total Rp36 juta atau Rp15 ribu tiap pohonnya.

Kemudian untuk biaya perawatan dan pupuk dari tanam sampai panen, dana yang dihabiskan sekitar Rp 50 juta.

“Perawatan, bayar orang, obat, semprot, pupuk Rp 50 juta dan jadi total sekitar Rp86 juta untuk 1 hektare awal,” kata dia.

Panen pisang Cavendish dilakukan sekitar Maret hingga April 2021. Menurutnya hasil yang didapatkan sekitar Rp240 juta, keuntungan dikurangi biaya bibit dan pupuk kurang lebih sebesar Rp150 juta.

Artinya, tiap pohon pisang yang ditanam menghasilkan satu tandan dengan harga jual Rp100 ribu dengan berat 30 hingga 34 kilogram per pohon.

Dalam lahan 1 hektare dan satu masa tanam, panen buah pisang Cavendish memakan waktu sekitar 1,5 bulan. Buah mulai muncul (montong) ketika pohon berusia sekitar 4 bulan, kemudian dapat dipanen sekitar 85 hari setelah montong. Dari tanam hingga panen membutuhkan waktu sekitar 7 sampai 8 bulan.

Penjualan pisang Cavendish cukup mudah. Sebab permintaan dari Surabaya, Yogjakarta, dan Bali selalu tinggi setiap hari meski sedang pandemi Covid-19.

Dari Bali misalnya, permintaan buah ini mencapai 75-100 box perhari dengan berat 13 kilogram. Kemudian Surabaya dan Jogjakarta sehari ia harus mengirim sekitar 300 box.

“Bahkan sampai saat ini kita masih kekurangan untuk memenuhi permintaan,” ungkapnya.

Bukan hanya buahnya, ia juga mendapatkan keuntungan dari menjual anakan pisang. Dalam satu indukan pohon bisa beranak hingga lima pohon. Jadi dua anakan untuk dibesarkan dan tiga sisanya bisa dijual dengan harga Rp5 ribu.

Semua pohon yang telah dipanen akan ditebang. Keuntungannya, di samping pohon induk sudah ada dua anakan yang akan siap dipanen lagi dalam tiga bulan ke depan. Jumlahnya pun dua kali lipat atau sekitar 4.000 pohon anakan dari 2.400 pohon indukan di lahan yang sama.

Hasil penjualan pisang dari 4.000 pohon ini diperkirakan sekitar Rp360 juta. Siklus ini akan terus berulang sehingga pembelian bibit hanya dilakukan saat awal menanam pisang.

Untuk petani yang tertarik menanam pisang Cavendish, Gunawan menyarakan lebih baik belajar terlebih dahulu tentang seluk-beluk pisang ini. Walaupun perawatannya mudah, namun menanamnya membutuhkan keuletan. Sebab yang dinilai dari pisang ini adalah kebersihan kulit buah.

“Cavendish itu harus bersih, istilahnya jual kulit dulu dan rasa nomer dua,” kata dia.

Selain itu, perawatan buah yang juga penting adalah pemupukan dan antisipasi hama. Buah pisang ini saat di pohon aromanya sangat harum dan memancing kupu-kupu datang.

Jika tidak diantisipasi maka akan bertelur dan menjadi ulat. Akibatnya kulit buah pisang nampak tidak bersih dan membuat harganya turun drastis.

 

  • Bagikan