Pantai Mediterania Diinvasi Ganggang Laut Asal Jepang

  • Bagikan
Rugulopteryx okamurae

Mediatani – Ganggang laut Rugulopteryx okamurae menginvasi pantai Mediterania (Laut Tengah) dekat Marseille Prancis dan Selat Gibraltar Spanyol. Diketahui, ganggang laut ini pertama kali ditemukan di Jepang.

Ganggang laut Rugulopteryx okamurae ini berisiko mengakibatkan gangguan kesehatan. Karena ketika berada di batu dan pantai, makro alga berwarna coklat ini akan mengeluarkan bau busuk dan memancarkan hidrogen sulfida, gas busuk. Selain itu, ganggang ini juga berpotensi mengancam salah satu tempat hiburan alam paling populer di Prancis.

Dikutip dari Phys.org (25/6), selama beberapa pekan terakhir ini, ganggang ini terbukti bersifat invasif. Taman Nasional Calanques dan pantai-pantai terpencil di teluk sempit yang berdinding curam menjadi beberapa tempat invasif ganggang ini. Makroalga ini juga tampak memenuhi dermaga di Marseille dan di Cote Bleue, daerah di sebelah barat kota.

Seorang warga Marseille, Guy Coulet, mengungkapkan bahwa ganggang ini dapat menyebar dan menimbulkan bau yang busuk. IUnvasi ganggang ini juga membuat nelayan kesulitan menangkap ikan di perairan dangkal.

Salah seorang Peneliti dari Mediterranean Institute of Oceanography, Thierry Thibault, menjelaskan bahwa ganggang itu telah berada di Thau Bassin, sekitar 200 kilometer sebelah barat Marseille, sejak 2008 lalu.

Selat Gibraltar

Dikutip dari Doi.org, ganggang laut Rugulopteryx okamurae yang menyerbu Pantai Mediterania ini juga tercatat di cagar biosfer Taman Alam El Estrecho. Kasus ini telah dipublikasi dalam jurnal Frontiers in Ecology and Evolution, Frontiersin.org, 15 April 2021.

Kasus ganggang ini dibahas pada penelitian yang berjudul “Monitoring Extreme Impacts of Rugulopteryx okamurae (Dictyotales, Ochrophyta) in El Estrecho Natural Park (Biosphere Reserve). Showing Radical Changes in the Underwater Seascape” ditulis oleh José Carlos García-Gómez, dkk.

Berdasarkan hasil studi tersebut, diketahui bahwa Rugulopteryx okamurae merupakan makroalga invasif yang menjadi kasus bioinvasi yang pertama kali terjadi di pantai Eropa.

Sejak kemunculannya pertama kali di Selat Gibraltar pada tahun 2015, penyebaran spesies yang sangat cepat ini telah menjadi tantangan nyata untuk meningkatkan strategi pemantauan di sepanjang habitat.

Pada studi tersebut, ada tiga pendekatan berbeda yang digunakan untuk mengatasi dampak pada ekosistem bentik. Selain itu, hasil penelitian ini juga sekaligus menyediakan data yang relevan untuk melakukan pengelolaan di Taman Alam El Estrecho, di waktu mendatang.

Selat Gibraltar merupakan kawasan yang biogreografis besar dan penting bagi keanekaragaman hayati laut di perairan Atlantik-Mediterania karena merupakan perpaduan wilayah Lusitanian, Mediterania, dan Mauritania.

Banyaknya spesies dan keragaman habitatnya dipengaruhi oleh fisiografi pesisir yang kompleks, yang menyebabkan terjadinya perbedaan dominasi strategi biologis yang berbeda dan selanjutnya mempengaruhi komposisi komunitas bentik. Namun, seiring berjalannya waktu, sistem bentik ini telah berubah karena faktor biotik dan abiotik yang berbeda.

Invasi yang dilakukan makroalga Rugulopteryx okamurae ini terus menyasar pesisir Mediterania Barat. Oleh karena itu, studi tentang distribusi, ekologi dan dampak R. okmurae di pantai Mediterania dan Atlantik ini harus segera dilakukan, serta menerapkan beberapa langkah pengelolaan.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan, R. okmurae yang berada di habitat berbatu di Taman Alam El Estrecho ini telah mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Dari hasil monitoring pemantauan di stasiun SBPQ Pulau Tarifa, diketahui bahwa telah terjadi pembentukan spasial yang tinggi dari spesies ini sejak terdeteksi pertama pada tahun 2015.

Di tahun-tahun terakhir, biota residen perlahan menghilang, bahkan dalam periode pertumbuhan minimum. Dari segi ekosistem, nilai cakupan yang diperkirakan untuk habitat berbatu (lebih dari 85% antara kedalaman 10 dan 30 m).

Upaya pemantauan akan difokuskan pada habitat terancam yang belum dinvasi. Selain itu, studi ini juga menyarankan pentingnya kolaborasi Citizen Science untuk mendeteksi, mengevaluasi, dan memantau dampak dari R. okmurae.

  • Bagikan