Para Peternak Keluhkan Harga Telur yang Anjlok, Ini Respon Pemerintah

  • Bagikan
Moeldoko saat berdiskusi dengan para peternak ayam petelur di Blitar, Jawa Timur. (Foto: Dok. KPS)
Moeldoko saat berdiskusi dengan para peternak ayam petelur di Blitar, Jawa Timur. (Foto: Dok. KSP)

Mediatani – Persoalan mengenai rendahnya harga telur ayam di berbagai wilayah termasuk Blitar, Jawa Timur, saat ini menjadi atensi Presiden Joko Widodo. Para peternak mengeluhkan penurunan harga yang tidak sesuai dengan besarnya biaya perawatan yang dikeluarkan.

Untuk itu, Kantor Staf Presiden (KSP) melakukan kunjungan ke Blitar untuk mendengar persoalan secara langsung dari para peternak ayam di daerah tersebut.

“Kami ingin mendengar suara peternak di sini. Karena persoalan ini sudah menjadi atensi khusus bapak Presiden,” ujar Moeldoko saat melakukan kunjungan kerja di Blitar dikutip dari gatra.com, Sabtu (13/11).

Pada kesempatan ini, sejumlah peternak menyampaikan persoalan anjloknya harga telur hingga Rp12.500 per kilogram. Penyebab utama dari rendahnya harga telur ini terjadi saat penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada Juli 2021 lalu.

Siti Qomariah, salah satu peternak ayam petelur yang ditemui Moeldoko mengaku bahwa karena anjloknya harga telur yang terjadi secara terus menerus, Siti harus menjual belasan ribu ekor ayam petelur miliknya dan juga merumahkan karyawannya.

Siti dengan terpaksa memberhentikan 11 orang pegawainya karena tidak sanggup membayar upah. Pasalnya, Siti yang sebelumnya memiliki sekitar 24 ribu ekor ayam petelur, kini jumlah tersebut terus mengalami pengurangan karena dijual untuk membeli pakan.

“Saat ini, populasi ayam petelur saya tinggal sekitar 5 ribu ekor. Harga telur terus anjlok tetapi harga pakan naik. Tolong Pak Moel, negara hadir untuk kami,” katanya.

Permasalahan yang dihadapi peternak tersebut ditanggapi oleh Moeldoko. Menurutnya, anjloknya harga telur ini disebabkan karena minimnya serapan di pasar akibat dibatasinya kegiatan atau aktivitas masyarakat.

Sementara produksi telur tetap berjalan dengan normal dan terus mengalami peningkatan di pasaran. Di sisi lain, peternak makin merugi karena terjadi kenaikan harga pakan.

Moeldoko menambahkan, persoalan lainnya adalah peternak kecil dan menengah saat ini harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang ikut beternak ayam di lingkungan mereka.

Karena itu, Moeldoko pun berjanji akan mendalami persoalan di atas dan mendiskusikannya dengan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo agar mencarikan solusi dalam mempertahankan keberlangsungan usaha para peternak ayam petelur.

“Peternak rakyat kecil dengan di sampingnya ada pengusaha besar. Ini harus diatur,” ujarnya.

Pria yang juga menjabat Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini akan segera berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk menentukan solusi dari masalah yang dihadapi  oleh peternak ayam petelur.

“Pulang dari sini, saya akan langsung koordinasi dengan Menteri Pertanian. Supaya anak-anak muda yang punya keinginan membangun usaha di sektor ini tidak collapse,” ucapnya.

Sebagai informasi, Kabupaten Blitar adalah salah satu daerah penghasil telur ayam terbesar di Indonesia. Telur-telur yang dihasilkannya, selain untuk memenuhi kebutuhan lokal di kabupaten tersebut, juga dikirim ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk DKI Jakarta.

  • Bagikan