Pembeli di Pasar Hewan Sattoan Situbundo Masih Sepi, Pedagang: Harga Relatif Stabil

  • Bagikan
Pasar hewan Sumberkolak/via memontum/her/IST

Mediatani – Diperkirakan hingga kini terhitung ada dua pekan lebih penjualan hewan ternak di Pasar Hewan Sattoan (Pasaran hari Sabtu) yang terletak di Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, yang terpantau sepi.

Dikutip Senin (15/2/2021) dari situs Nusadaily.com, nyatanya sejumlah pedagang mengaku lazimnya pada dua pekan ini sudah lumayan banyak yang memesan hewan ternak. Mulai dari sapi, kambing hingga domba.

Beberapa faktor yang kemudian ditengarai menjadi penyebab utama, menurut para penjual hewan ternak ialah akibat pandemi COVID-19 yang berdampak terhadap kondisi ekonomi masyarakat yang mana menurunkan tingkat daya beli.

Meski begitu, walaupun telah dilakukan pelonggaran menuju Adaptasi Kebiasaan Baru (New Nomal Life), ternyata belum juga berefek signifikan tinggi terhadap pembeli yang datang langsung ke lokasi pasar hewan.

Sejauh ini pun nampaknya, transaksi penjualan hewan ternak masih didominasi oleh pembeli dari kalangan bandar atau pengepul dari luar kota.

Sementara itu, konsumen langsung dari kalangan masyarakat ini masih terbilang sedikit.

“Kalau pembelian masih didominasi oleh pengepul untuk dijual lagi. Jadi bukan pembeli dari warga untuk dijadikan hewan ternak secara langsung,” kata salah seorang penjual hewan ternak di Pasar Hewan Sumberkolak, Panarukan, Arik (49), pedagang sapi asal Desa Tanjung Sari Kecamatan Mangaran, Sabtu, 13 Februari 2021, dikutip Senin (15/2/2021).

Arik mengakui juga bahwa harga hewan ternak jenis kambing dan domba paling rendahnya itu berkisar Rp 1 juta per ekor.

Sedangkan kategori hewan kurban jenis kambing dan domba yang paling bagus, harganya mencapai Rp 1,5 juta sampai dengan Rp 2 juta lebih.

Sementara itu, untuk harga ternak sapi berkisar 6 juta sampai 8 juta yang biasa. Dan kalau sapi bagus pedet simental bisa harga 10 juta sampai 12 juta.

“Sekarang belum ramai, jadi yang banyak beli baru pengepul yang menjual lagi ke konsumen,” ujar dia.

Arik menambahkan bahwa pasar hewan di Sumberkolak buka satu kali selama sepekan, yakni pada hari Sabtu.

Dia pun mengaku, selama pandemi COVID-19 ini memang hampir semua pedagang kambing mengalami kelesuan pada transaksi penjualan. Meski sepi pembeli, harga kambing masih relatif stabil.

“Tapi ya itu masih sepi, rata-rata diborong para pengepul atau bandar. Kebanyakan kambing dan sapi ini didatangkan dari Bondowoso, sepudi dan Situbondo sendiri karena bagus-bagus,” tutupnya.

Sementara itu di berita yang lain, sebagaimana diberitakan mediatani.co sebelumnya, dilansir Jumat (5/2/2021) dari situs berita Goriau.com, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kabupaten Pelalawan, Mazlun berjanji akan kembali mengaktifkan Rumah Potong Hewan (RPH) dan Pasar Ternak Kemang.

“Selama ini juga aktif, tapi kurang optimal,” ujar dia saat dikonfirmasi GoRiau.com, Rabu (3/2/2021) dikutip Jumat (5/2/2021).

Mazlun berjanji bakal segera mengaktifkan dan membuatnya lebih optimal dalam pemanfaatan RPH dan Pasar Ternak Kemang.

“Tahun ini kita sudah mulai. Kedepan, rencana akan ditata lagi agar lebih baik,” ucapnya.

Sebelumnya Wakil Ketua DPRD Pelalawan, H Syafrizal SE mengutarakan bahwa pihaknya mendesak dinas terkait agar mengaktifkan kembali RPH dan Pasar Ternak yang berlokasi di Jalan Lintas Timur (Jalintim) Desa Kemang, Kecamatan Pangkalan Kuras.

“Saya harap ada perubahan baru, karena di sana tak ada aktivitas sama sekali sejak banjir 2019 lalu, hingga sekarang ini,” ungkap dia usai meninjau RPH dan Pasar Ternak Kemang didampingi anggota DPRD Pelalawan, Carles, SSos, Selasa (2/2/2021), dikutip dari situs yang sama Jumat (5/2/2021).

Dia meminta dinas terkait agar kembali mengaktifkan RPH dan Pasar Ternak Kemang.

“Saya minta agar RPH dan Pasar Ternak Kemang ini difungsikan lagi. Karena memang sudah ada berapa tahun ini tak ada pemotongan,” ungkap politisi PDIP ini.

Menurut dia, ada kerugian yang terjadi jika RPH dan Pasar Ternak Kemang tidak diaktifkan kembali. Salah satu di antaranya ialah akan kehilangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bisa didapat dari kegiatan RPH dan Pasar Ternak Kemang. (*)

  • Bagikan