Mediatani – Pakan merupakan salah satu komponen yang sudah hampir mutlak keberadaannya untuk bisa mencapai keberhasilan dalam budidaya ikan. Bahkan, sekitar 60-70% dari kebutuhan usaha budidaya dialokasikan untuk pakan.
Namun, Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Karya Baru, Desa Jeruju Besar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, sudah tidak menganggap hal itu sebagai masalah besar dalam budidaya. Sebab, kini mereka mampu mengatasinya dengan membuat pakan ikan mandiri di desanya.
Awalnya, produksi usaha para pembudidaya ikan di desa tersebut itu sangat tergantung pada pakan ikan yang didatangkan dari luar daerahnya. Selain itu, harga pakan yang terus meningkat membuat mereka rentan mengalami kerugian.
Untung saja, persoalan pakan tersebut secara perlahan dapat diselesaikan setelah Pokdakan ini berinisiatif untuk menghadirkan solusi terbaik bagi para pembudidaya ikan.
Berbagai langkah yang dilakukan Pokdakan Karya Baru tidak terlepas dari peran Agus Nukman Hidayat sebagai ketua. Salah satu ide yang dicetuskan Agus yaitu menciptakan kemandirian dalam produksi pakan atau pelet ikan di desanya.
Menurutnya, di daerahnya itu banyak masyarakat yang menekuni budidaya ikan karena didukung oleh kondisi alam atau lingkungan yang cocok. Namun, kegiatan budidaya ini tentunya juga harus didukung dengan ketersediaan pakan yang cukup, mudah didapat dan harganya terjangkau.
Oleh karena itu, pada tahun 2017 ia mencoba untuk memproduksi pakan ikan dengan menggunakan alat produksi, bahan, dan pengetahuan seadanya.
Saat itu, alat yang dimanfaatkan adalah mesin penggiling daging saja, kemudian dilakukan pecampuran bahan dan mencetak pelet juga dengan menggunakan alat sederhana. Karena jumlahnya masih terbatas, hasil produksi pakan ini hanya untuk digunakan sendiri dan beberapa rekannya.
Hingga pada tahun 2019, Pokdakan Karya Baru akhirnya membuat pabrik pakan mini berkat adanya bantuan mesin dari Bank Indonesia (BI). Dengan mesin tersebut, pakan yang diproduksi bisa lebih maksimal dan kebutuhan pakan dari setiap anggota Pokdakan bisa terpenuhi.
Pasalnya, bantuan alat dari BI tersebut sudah bisa memudahkan sebagian proses produksi pakan ikan yang dibuat dalam jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya.
“Bantuan BI sangat mendukung kami untuk memproduksi pakan ikan dalam jumlah banyak. Namun, bantuan mesin masih untuk beberapa tahap saja,” ungkap Agus, dilansir dari SariAgri, Sabtu, (7/8/2021).
Masih ada tahapan proses produksi lainnya yang masih dilakukan dengan cara tradisional. Dimana bahan baku yang berupa ikan masih perlu disangrai dengan menggunakan kuali besar.
“Penggilingan bahan baku berupa ikan dan mencetak menjadi pelet dengan ukuran seragam. Untuk pengeringan ikan masih disangrai jika cuaca tidak mendukung. Kalau cuaca panas ikan dijemur,” tambahnya.
Minimnya fasilitas yang digunakan tidak membuat Agus dan rekannya berhenti untuk memproduksi pakan ikan. Berbagai upaya dilakukan untuk memproduksi pakan, salah satunya dengan memaksimalkan potensi yang ada.
Ia mengaku tidak terlalu mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku pakan ikan karena beberapa diantaranya mudah didapatkan di pasar, seperti tepung terigu, kanji, dedak dan lainnya.
Hanya saja, perlu usaha lebih untuk mendapatkan bahan baku utama berupa ikan, yakni dengan mencarinya di pasar dan bekerja sama dengan agen untuk memperoleh ikan yang tidak layak dikonsumsi.
Dengan berbagai upaya tersebut, produksi pakan ikan di pabrik mininya itu kini mampu memproduksi hingga 3 ton sebulan atau sekitar 20–30 kilogram dalam sehari.