Pemkab Jambi Temukan Penyakit Orf Pada Hewan Ternak

  • Bagikan
Ilustrasi/Ternak Sapi/IST

Mediatani – Sepanjang tahun 2020 lalu, berbagai macam penyakit sempat ditemukan di tubuh hewan ternak yang tersebar di Kota Jambi.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Kota Jambi, Said Abubakar, dikutip Sabtu (6/2/2021) dari situs Jambikita.id mengatakan bahwa sepanjang tahun 2020, penyakit Orf banyak ditemukan di tubuh hewan ternak.

“Kalau ternak besar dan ternak Kambing itu banyak ditemukan penyakit Orf,” kata dia, Jumat (5/2) dikutip Sabtu (6/2/2021) dari Jambikita.id.

Orf sendiri lanjut dia ialah sejenis penyakit kulit yang dapat menular pada sesama hewan.

Ternak yang terkena penyakit ini pun akan mengalami peradangan di sekitar mulut yang mengakibatkan nafsu makan berkurang.

Hewan yang terkena penyakit itu pun, harus dipisahkan dari hewan yang lain, supaya tidak menyebabkan penularan pada sesama hewan.

Penyakit tersebut, kata Said, lazimnya disebabkan karena perawatan yang kurang maksimal.

Apalagi dengan kondisi cuaca yang cenderung lembab.

“Penyebabnya banyak, misalnya dari segi perawatan ternaknya. Dan memang, dengan kondisi cuaca seperti ini, ada saja gejala penyakit yang timbul pada hewan,” ucapnya.

Selain penyakit Orf, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jambi pula menemukan berbagai penyakit lainnya.

“Penyakit yang lagi tranding di unggas, yakni Newcastle disease (ND). Kalau anjing ada rabies. Kalau terenak kecil, seperti Kambing itu skabies,” terang Said.

Untuk memutus penularan berbagai penyakit tersebut, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jambi telah melakukan vaksinasi dan pengobatan.

Said pun mengimbau agar para peternak dapat merawat hewan ternaknya dengan baik serta senantiasa menjaga kebersihan kandangnya.

“Kalau ada ternak yang sakit bisa konsultasi di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jambi, supaya juga bisa diberikan perawatan,” pungkasnya.

Di berita yang lain yang sebelumnya telah diterbirkan mediatani.co bahwa peternak babi di Bali mengalami kesulitan mencari bibit babi atau kucit dikarenakan habisnya stok bibit akibat virus babi afrika.

Para peternak babi di Kabupaten Tabanan Bali kini mulai merintis kembali usahanya. Setelah diterpa wabah virus babi afrika setahun lalu.

Akan tetapi ketersediaan bibit babi yang lebih dikenal dengan nama kucit justru masih belum memenuhi kebutuhan. Hal itu dikarenakan dampak ASF tahun lalu.

Dampak ASF pun membuat kelangkaan kucit dan harganya pun melambung. Hal ini membuat para peternak yang kini masih memiliki babi akan berusaha menguatkan kembali proses indukan.

Menurut salah satu Peternak Babi di Tabanan Bali I Nyoman Ariadi dilansir Tribunbali.com, Sabtu (30/1/2021) kemarin menuturkan bahwa kondisi kekurangan bibit babi di Tabanan telah dialami sejak tahun lalu atau pasca ASF menyapu bersih peternakan di Bali.

Sejak saat itu lanjut dia, banyak peternak yang memilih vakum  atau berhenti sementara lantaran takut merugi lebih banyak.

“Intinya saat ini para peternak di sini masih kesulitan mencari bibit babi untuk dikembangkan. Itu karena jumlah bibit tak sesuai dengan permintaan karena sebelumnya disapu bersih oleh virus yang dikatakan ASF itu,” kata Ariadi saat dikonfirmasi, Jumat 29 Januari 2021 dikutip, Minggu (31/1/2021).

Dia menjelaskan bahwa selama ini sebenarnya banyak sekali masyarakat yang memang berprofesi sebagai peternak hendak kembali mencoba merintis dan memulai kembali usahanya, apalagi menjelang perayaan Hari Raya Galungan di Bali.

Namun persediaan bibit kata dia masih jauh dibandingkan kebutuhan.

Banyak faktor penyebabnya dikarenakan terserang virus ASF, lalu bibit-bibitnya menjadi langka, dan terakhir ialah harga bibit yang menjadi mahal.

“Sementara bibit yang ada kan di wilayah Bangli dan Gianyar. Semoga sih mereka para peternak yang mulai mencoba tidak terkena musibah seperti sebelumnya hingga nantinya populasi hewan kaki empat itu mulai tumbuh lagi di Bali,” harap dia. (*)

  • Bagikan