Mediatani – Peneliti dari Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencoba untuk mengatasi limbah perikanan dengan mengolahnya menjadi pupuk hayati yang ramah lingkungan.
Selain memanfaatkan limbah perikanan, peneliti dari Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP) BRSDM juga menciptakan formula pembuatan pupuk hayati berbasis rumput laut.
Pemanfaatan rumput laut sebagai pupuk ini dilakukan mengingat Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rumput laut terbesar dunia. Sedangkan, penggunaan limbah perikanan dilakukan karena selama ini hanya sering terbuang.
Atas gagasan tersebut, peneliti BBRP2BKP Jamal Basmal mendapat tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI Joko Widodo. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, bersama jajarannya, termasuk dari BRSDM.
Mereka mendapatkan penghargaan tersebut karena telah berjasa dalam memberikan darma baktinya yang besar kepada negara dan bangsa Indonesia sehingga dianggap bisa menjadi teladan bagi orang lain.
Jamal dinilai telah berhasil menciptakan sebuah inovasi berupa formula pembuatan pupuk hayati berbasis rumput laut dan limbah perikanan yang memiliki keunggulan sebagai zat yang mampu memacu pertumbuhan dan meningkatkan jumlah tanaman yang diproduksi.
Selain itu, zat ini juga mampu menghindarkan tanaman dari hama sehingga penggunaan pupuk kimia menjadi berkurang, kualitas tanaman menjadi lebih baik, serta pendapatan masyarakat meningkat.
“Kepada Bapak Ibu penerima Satyalancana hari ini, anda merupakan ujung tombak terdepan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk hadir di tengah-tengah masyarakat kelautan dan perikanan dalam memberikan pelayanan yang terbaik,” tegas Menteri Trenggono, Selasa (17/8/2021).
Jamal menjelaskan, penggunaan pupuk hayati berbasis rumput laut akan memberikan sejumlah manfaat dan peningkatan ekonomi antara lain terbukanya peluang bisnis pupuk hayati yang berbahan baku rumput laut dan limbah pertanian lainnya.
Selain itu, pupuk ini menggunakan konsorsium mikroba yanh dapat menjamin ketersediaan unsur hara N-P-K dan melindungi tanaman dari serangan hama dan berbagai patogen lainnya.
Pembuatan pupuk hayati berbasis rumput laut ini juga cukup mudah dilakukan, sederhana dan aplikatif digunakan. Bahan bakunya pun cukup hanya dengan memanfaatkan sumber daya laut Indonesia yang melimpah dan pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal.
Diharapkan nantinya, tambah Jamal, produk pupuk hayati yang ramah lingkungan ini dapat menggantikan penggunaan pupuk kimia.
Di lain sisi, bahan baku rumput laut yang digunakan dalam memproduksi pupuk hayati bisa juga bisa menggairahkan kalangan petani untuk membudidaya rumput laut.
Ia melanjutkan, Rumput Laut Gracilaria juga telah berhasil dimanfaatkan di Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan, untuk memproduksi pupuk hayati, setelah dilakukan pemasangan instalasi Alat Produksi Pupuk Cair Hayati pada UMKM Singkoweri.
Pemasangan instalasi tersebut dilakukan BBRP2BKP yang bekerja sama dengan Bank Indonesia Makassar, serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu.
Selain meningkatkan nilai tambah rumput laut, instalasi tersebut juga dapat meningkatkan produksi hasil pertanian, meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
“Dan subsitusi pupuk kimia yang tidak ramah lingkungan jika pemakaian berlebih dengan pupuk cair hayati,” pungkasnya.