Mediatani – Pemerintah Inggris telah mengumumkan akan melarang penjualan dan penggunaan kompos gambut untuk perkebunan mulai tahun 2024. Langkah tersebut dilakukan guna mempercepat upaya restorasi lahan gambut di seluruh wilayah Inggris.
Untuk melaksanakan upaya tersebut, Pemerintah melalui Kementerian lingkungan Inggris juga akan menggelontarkan dana sebesar £ 50 juta. Dana tersebut nantinya akan digunakan untuk restorasi lahan gambut seluas 35.000 hektare pada tahun 2025 atau sekitar 1% dari total lahan gambut yang ada di Inggris.
Dibanding hutannya, lahan gambut Inggris bisa menyimpan karbon tiga kali lebih banyak. Namun, sebagian besar lahan gambut tersebut telah mengalami degradasi dan mengeluarkan CO2 yang menyebabkan krisis iklim.
Dilansir dari SariAgri, Sekretaris Lingkungan George Eustice menyampaikan, untuk mengatasi kondisi iklim tersebut, pemerintah juga akan menggelontarkan dana sebesar £ 500 juta untuk mendanai penanaman pohon di Inggris untuk mencapai target 7.000 hektare setahun pada tahun 2024.
Sementara untuk target 2030, Pemerintah juga akan menetapkan pelestarian populasi satwa liar. Selain itu, telah diresmikan juga satgas pemulihan spesies untuk melanjutkan upaya pemulihan spesies yang hilang di Inggris, seperti kucing liar dan berang-berang.
Upaya pemulihan lahan gambut dan memperbaiki kondisi hutan sangat penting dilakukan untuk mengatasi pemanasan global dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
Dalam pidatonya di Delamere Forest, George Eustice menjelaskan bahwa lahan gambut adalah penyimpan karbon terestrial terbesar di Inggris dan rumah bagi beberapa spesies terlangka.
“Tetapi hanya 13% dari lahan gambut kami yang berada dalam kondisi hampir alami karena kerusakan dan degradasi, lahan gambut kami mengeluarkan 10 juta ton CO2 per tahun di Inggris,” tambah Eustice, dilansir dari The Guardian.
Untuk itu, para ahli perkebunan, konservasionis dan ilmuwan pada bulan April kemarin telah meminta pemerintah Inggris untuk mengumumkan larangan penjualan kompos gambut pada akhir 2021. Eustice juga diharapkan menyusun rencana untuk melakukan konsultasi tentang penghentian penggunaan gambut dalam hortikultura.
“Larangan (kompos gambut) harus memiliki makna dan mencakup industri hortikultura dan impor gambut dalam tanaman pot. Secara global, lahan gambut menyimpan setengah triliun ton karbon, dua kali lebih banyak dari hutan dunia,” ungkap Prof Dave Goulson, dari Universitas Sussex.
Pegiat lingkungan menyambut baik langkah pelestarisan tersebut, salah satunya adalah Tony Juniper yang juga menjabat sebagai Ketua Natural England.
Menurut Tony, langkah-langkah yang telah diumumkan itu membawa berbagai keuntungan yang berharga, seperti meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, menangkap karbon dari udara,
“Selain itu membantu kami beradaptasi dengan perubahan iklim dan menyediakan habitat yang sehat bagi kehidupan liar untuk berkembang,” ujarnya.
Pemanfaatan lahan gambut di Inggris
Setiap tahunnya, masyarakat Inggris menggunakan tiga juta kubik liter gambut dengan sebagian besar berasal dari Irlandia dan negara-negara Baltik. Gambut tersebut sebagian besar digunakan para petani sebagai campuran pupuk kompos untuk pertanian mereka.
Hal tersebut menunjukkan bahwa gambut sangat bermanfaat bagi manusia sehingga banyak warga Inggris lainnya yang menggunakan tanah ini untuk menyuburkan tanaman pangan mereka dan dimanfaatkan untuk penyemaian bibit pohon.
Sebab, gambut memang memiliki kandungan nutrisi yang baik dan mampu menampung air untuk memberikan pasokan oksigen ke akar tanaman agar berjalan dengan baik sehingga bibit pohon tumbuh lebih cepat dan sehat.
Gambut hanya mampu tumbuh setinggi satu milimeter setiap tahun sehingga dibutuhkan waktu sekitar 9 ribu tahun untuk menghasilkan gambut setinggi 10 meter. Sayangnya, gambut telah habis digunakan dalam waktu kurang dari 50 tahun. Artinya, perlu dilakukan pengelolaan gambut secara efektif agar gambut tidak habis secara sia-sia.