Pensiun Dini Karena Terkena Radiasi, Mantan Nakhoda Ini Kini Sukses Bisnis Olahan Ikan

  • Bagikan
Budi, mantan nakhoda yang sukses usaha olahan ikan

Mediatani – Orang yang bisa meraih kesuksesan adalah orang yang gigih dan pantang menyerah. Ungkapan itu ternyata telah dibuktikan oleh Budi (49), seorang warga Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal.

Budi merupakan mantan seorang nahkoda kapal berukuran 30 gross tonnage (GT) yang terpaksa harus pensiun dini karena matanya telah terkena radiasi GPS furuno. Namun, berkat kerja keras dan ketekunannya, ia kini telah menjadi pengusaha sukses di bidang pengolahan ikan.

Selain berhasil menjadi pengusaha, budi juga telah berhasil menjadi penggagas sekaligus pembina kelompok pengolahan ikan yang diberi nama Sari Ulam.

Budi menceritakan bahwa awal mula usahanya itu hanya memproduksi pempek. Usahanya itu juga tidak lepas dari upaya istrinya Karminah (49) yang telah mengelola usaha sejak 1996. Dulunya, bahan yang digunakan untuk memproduksi pempek masih 3 kilogram- 5 kilogram ikan per harinya.

“Istri saya sudah usaha pempek dari 1996. Tapi cuman dikit, jualannya pakai ember gitu,” katanya dilansir dari Tribunjateng, Jumat (19/3).

Budi mengungkapkan, dirinya yang terkena radiasi GPS furuno pada 2005 membuatnya berhenti menjadi nahkoda. Dokter yang menangani Budi melarangnya melaut selama empat tahun.

Padahal, lanjut Budi, ketika itu dirinya sedang berada di puncak kariernya setelah selama 12 tahun menjadi nahkoda. Namun, dia tak berputus asa, ia memutuskan untuk membantu istrinya memproduksi pempek.

“Dulu saya jadi nahkoda 12 tahun. Tapi berhenti karena mata kena radiasi. Jadi saya bantu istri jualan pempek,” ujarnya.

Budi mengatakan bahwa pada 2006, ia mendapat saran untuk membesarkan usaha pempek istrinya dari seorang temannya. Menindaklanjuti saran tersebut, ia kemudian membentuk kelompok masyarakat pengolah ikan bernama Sari Ulam.

Pembentukan kelompok tersebut bertujuan agar dia beserta anggota kelompok lainnya bisa mendapatkan pembinaan sekaligus fasilitas alat produksi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Namun pada 2007, pengajuannya itu tidak dikabulkan oleh pemerintah.

Tidak berhenti sampai disitu, ia kembali memasukkan pengajuannya pada tahun 2008. Hingga akhirnya, permohonannya itu dikabulkan pada 2009. Kelompok usaha tersebut memperoleh bantuan berupa mesin produksi, freezer dan sebagainya.

Budi mengatakan, usahanya mulai mengalami perkembangan pada 2012. Selain itu, dirinya juga belajar secara mandiri mengenai pengolahan ikan di Rizky Food Sukabumi.

Selama dua bulan belajar mengembangkan produk makanan olahan ikan, Budi yang semula hanya memproduksi pempek kini menjadi 10 macam hasil olahan. Berbagai olahan itu, yakni keong mas, otak-otak, pempek, okado, bakso, nugget, kaki naga, siomay, lumpia, dan kerupuk ikan.

“Saya belajar untuk bikin aneka olahan ikan, seperti keong mas. Kemudian saya kembangkan di Tegal. Sekaligus saya bagikan ke rekan-rekan di Sari Ulam,” ungkapnya.

Berkembang Pesat

Setelah mengembangkan menjadi 10 produk, lanjut Budi, produk olehannya itu kini telah berkembang pesat di Kota Tegal. Beberapa produk yang paling banyak diminati adalah keong mas, otak-otak, dan siomay.

Menurutnya, dari produksi olahan ikannya itu, ia dapat menghabiskan bahan 1,5 kuintal ikan per hari dengan dibantu oleh sembilan orang karyawan yang dipekerjakannya setiap harinya.

Budi menyebutkan, berkat usahanya yang telah berkembang itu, dirinya bisa menghasilkan Rp 3 juta sampai Rp 4 juta setiap harinya. Padahal, dulu  ketika hanya memproduksi pempek, penghasilan hariannya hanya Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu.

Keberhasilannya itu tidak lepas dari upayanya untuk benar-benar menjaga kualitas olahan ikan selama menjalankan usaha. Hal pertama yang dilakukan, menggunakan ikan yang harus benar-benar segar.

Kedua, perbandingan ikan dan tepung, harus dominan ikannya, dimana Ia menggunakan bahan ikan 70 persen dan tepung 30 persen. Selain itu, berbagai produknya tersebut menggunakan tiga jenis ikan, yaitu ikan kacangan, ikan golok-golok, dan ikan celok.

“Dari menjaga kualitas itu, produksi saya banyak dimintai. Sekarang pasar saya ada di Tegal, Brebes, Purwokerto, Pemalang, Bandung, Boyolali, dan Batang. Saya juga menstok produksi di koperasi KKP,” jelasnya.

  • Bagikan