Mediatani – Tri Makno, salah satu penyuluh pertanian di Desa Gondang, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, telah menciptakan teknik potes pucuk pada tanaman anggur. Teknik yang dia ciptakan itu sangat cocok bagi penghobi tanaman anggur yang ingin membudidayakannya di halaman rumah.
Dia mengungkapkan hal tersebut setelah dirinya berhasil membudidayakan anggur di sebuah green house yang sebelumnya merupakan bekas ruang tamunya yang berukuran 6 kali 12 meter. Bahkan, green house miliknya itu kerap kali dikunjungi oleh masayarakat dari berbagai daerah hingga mancanegara
“Teknik potes pucuk sangat cocok untuk penanaman di halaman rumah karena tidak memerlukan halaman yang luas,” ucap Tri, Minggu (26/6/2022).
Tri menjelaskan, dengan teknik ini, anggur dapat berbuah lebih cepat yaitu pada usia tanam sembilan bulan. Selain itu, anggur juga dapat berbuah sepanjang tahun tanpa melihat kondisi musim.
“Potes pucuk dilakukan mulai tanaman umur empat bulan, jelang 20 hari bisa berbunga, teknik ini juga bisa membuat tanaman tidak capek, karena buahnya bertahap,” jelasnya.
Lebih lanjut, Tri mengungkapkan, metode potes pucuk ditemukannya melalui riset yang dilakukannya selama tiga tahun. Dia juga menemukan cara yang tepat untuk menghilangkan biji yang ada dalam buah anggur.
“Caranya yaitu dengan mencelupkan satu tandan bunga yang belum mekar pada cairan GA3 10 PPM, waktunya tiga hari sebelum bunga itu mekar. Hasil ini juga didapat dalam riset jangka waktu panjang,” terang Tri.
Tri menunjukkan bagaimana cara pemotesan atau pemotongan pucuk, yaitu dengan memotong bagian pucuk batang yang daunnya baru mekar hanya dengan menggunakan kuku, dengan ukuran sekitar 0,5 cm.
Pucuk yang dipotong tadi kemudian akan langsung bertunas. Ada tunas yang menjadi tangkai bunga dan ada pula yang menjadi batang baru. Selanjutnya, batang baru tersebut akan kembali dipotes bagian pucuknya setelah mengeluarkan cabang lagi.
“Proses tersebut dilakukan berulang kali, sehingga menghasilkan buah sepanjang tahun,” imbuhnya.
Dia menambahkan, penanaman yang dilakukan di pekarangan harus menggunakan atap plastik UV. Ini dilakukan karena anggur sangat rentan terhadap air hujan dan mudah terserang penyakit dan jamur, mengingat tahun ini sedang kemarau basah.
Tri mengatakan, saat ini dia sedang mengembangkan 20 jenis anggur, seluruhnya adalah anggur impor yang berasal dari Ukraina, seperti jenis livia, ilaria, pegasus, ghost v, dan transfigurasi.
Menurut Tri, anggur mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Satu kilogramnya biasa dijualnya dengan harga Rp 100 ribu.
“Satu tandan anggur paling jelek bisa menghasilkan seperempat kilogram sementara satu pohon bisa berbuah hingga 50 tandan satu pohon bisa menghasilkan 12 kilogram lebih,” jelasnya.
Sampai saat ini, Tri sudah memiliki enam kebun anggur yang menjadi binaan dengan total luas kebunnya mencapai 1,5 hektare dan seluruhnya menggunakan metode potes pucuk.
Namun, anggur-anggur yang ditanamnya itu tidak dipasarkan ke luar, melainkan hanya untuk orang yang datang ke rumahnya. Selain itu, anggur yang belum matang juga tidak boleh dipesan jauh-jauh hari.
“Saya tidak melayani pembelian jarak jauh, yang mau beli langsung ke sini petik langsung dari pohon, memang buah anggur di kebun tidak sampai ke pasar karena sudah habis di kebun kadang kewalahan untuk memenuhi orang yang datang ke kebun,” imbuhnya.
Karena keberhasilannya itu, banyak orang yang datang untuk belajar langsung di rumahnya, bahkan keluarga yang berasal dari Malaysia juga menyempatkan datang ke green house miliknya hanya untuk belajar.
Selain itu, banyak pula orang-orang yang datang dari luar pulau Jawa, seperti ibu-ibu PKK dari Kalimantan, hingga dua bus rombongan asal Pemda Dumai.