Mediatani – Kambing merupakan salah satu hewan ternak yang memiliki aroma yang tidak sedap. Karena hal itu, wajar saja jika banyak orang lalu berpikir untuk tidak mendekati hewan ternak tersebut.
Namun beda cerita dari segi bisnis, sektor peternakan khususnya kambing ini ternyata malah mampu menarik perhatian banyak orang karena omzetnya yang menggiurkan. Hal ini diakui oleh Mahir Alwi, salah seorang peternak kambing dan domba asal Bogor.
Menariknya, karena hanya dengan modal Rp200.000 saja, Alwi telah sukses dan dikenal sebagai juragan kambing di Indonesia. Ia bercerita, ketika masih sekolah di bangku SMP di Pasuruan, Jawa Timur, Alwi membeli kambing di pasar dan memotongnya untuk dijual eceran dari rumah ke rumah.
Alwi kemudian mengajak seorang temannya, Abdullah yang pada saat itu mengalami kesulitan ekonomi hingga hampir putus sekolah. Kerjasama mereka dalam berjualan daging cukup berkembang. Terbukti, keduanya memiliki toko daging saat beranjak ke SMA.
Tak puas sampai disitu, Alwi merasa perlu menjadi seorang peternak bisnisnya dapat lebih berkembang. Namun Abdullah menganggap ide Alwi itu kurang tepat karena penjualan daging kambing terus meningkat sehingga merasa tidak perlu lagi untuk menjadi peternak.
“Tapi saya akhirnya pecah kongsi. Teman saya tetap bisnis daging kambing sementara saya mulai terjun menjadi peternak. Saat itu modal yang saya punya sekitar Rp15 juta,” paparnya.
Perjalanan Alwi untuk menjadi seorang peternak dimulai dengan keseriusannya mencari tahu bagaimana cara beternak dan memasarkan kambing. Sekitar pada tahun 2003 ia pun mulai banyak memasok domba dan kambing ke pemerintah untuk program bantuan sosial.
Sampai pada akhirnya ia menerima tawaran ekspor ke Malaysia hingga ratusan ekor dengan nilai ratusan juta. Pada saat itu lah tantang bisnis Alwi diuji.
“Ternyata saya kena tipu ratusan juta saat ekspor kambing ke Malaysia. Buyer hingga saat ini tidak membayar. Saya rugi banyak hingga berhutang ke sana ke mari,” paparnya.
Meski demikian, Alwi menganggup kejadian tersebut adalah hal yang biasa dalam berbisnis. Perlahan, ia mulai bangkit dan menata kembali bisnis domba kambingnya dengan evaluasi yang matang.
Masih dengan tujuan ekspor yang sama, namun kali ini ia berhasil mendapat pembeli yang jelas di Malaysia. Di sinilah usahanya terus tumbuh dan berkembang hingga memutuskan untuk serius membesarkan kandangnya di Kampung Kawungluwuk, Cijeruk, Kabupaten Bogor dengan luas lahan 42 hektar.
Berharap ada Regenerasi Peternak Kambing
Dibalik kesuksesannya itu, Alwi juga berharap ada regenerasi peternak kambing dari kalangan pemuda. Pasalnya, saat ini peternak kambing dan domba di Indonesia lebih banyak digeluti oleh kalangan orangtua.
“Orang selama ini menganggap beternak kambing gak keren, kampungan, bau. Padahal kalau mau serius usaha peternakan kambing ini ‘harum’ sekali,” paparnya.
Untuk memulai bisnis peternakan kambing, Alwi mengatakan bisa dimulai dengan modal kecil. Bisnis peternakan domba kambing bisa dengan kocek Rp5 juta. Modal tersebut bisa dibelikan kambing bakalan seharga Rp500.000 hingga Rp700.000 dengan kandang 1,5 x 3,5 meter.
Dalam satu tahun, kambing bakalan tersebut sudah siap dijual untuk kebutuhan akikah, kurban hingga kebutuhan konsumsi dan pedagang sate. Namun menurutnya, dalam berbisnis ternak kambing, pakan perlu diperhatikan dengan serius.
“Kita harus sudah melek teknologi. Jangan terus hewan ternak domba kambing dikasih pakan rumput tiap hari. Tapi harus ada pakan lain,” ujarnya.
Idealnya, pakan untuk kambing antara lain serat yang terdiri dari rumput, limbah daun kacang ijo, limbah sayur dan juga protein, karbohidrat dan gizinya. Tak lupa juga untuk memberikan obat cacing untuk menghindari ternak dari sakit.
Jika kambing bisa hidup sehat dan terus berkembang biak, maka bisnis ternak kambing bisa menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan.
Membenahi Tata Laksana Kurban
Selain mengembangkan bisnis, Alwi juga ingin membenahi tata laksana kurban di Indonesia yang selama ini dinilainya kurang sesuai ajaran. Seperti masyarakat Indonesia yang menyembelih hewan kurban di masjid, menyembelih hewan kurban di depan hewan lainnya hingga menyembeli di bawah galian tanah.
“Padahal cara menyembelih semua itu tidak sesuai,” paparnya.
Maka dari itu, ia bersama komunitas peternak domba kambing membentuk Lembaga Qurban Indonesia yang saat ini telah ada di beberapa kota antara lain Bogor, Yogyakarta, Cilacap, Cirebon, Medan, Palembang, hingga Lampung.
Menurut Alwi, pangsa pasar domba kambing tak akan pernah habis seiring kebutuhan konsumsi daging domba kambing tak pernah berhenti. Misalnya, setiap tahun ada Idul Adha yang tentu orang-orang berkurban hewan ternak salah satunya kambing atau domba. Begitu juga akikah dan konsumsi harian masyarakat.
Idul Adha tahun ini, dari kota-kota tersebut telah tersalurkan 18.000 domba kambing untuk kurban. Manajemen Lembaga Qurban Indonesia masing-masing terdiri dari para peternak besar di kota-kota tersebut salah satunya Mahir Alwi yang menjadi pengurusnya.
“Tahun ini penjualan domba kambing mencapai 18.000 ekor atau meningkat dari tahun sebelumnya yang sekitar 13.000 ekor. Padahal kita tahu sedang musim pandemi,” paparnya.
Alwi menuturkan, kenaikan penjualan hewan kurban domba kambing yang dikelola Lembaga Qurban Indonesia dikarenakan telah bekerja sama dengan marketplace dan juga ekspansi penjualan online.
“Saat ini kami sedang merancang aplikasi yang memudahkan peternak dan pembeli domba dan kambing dalam bertransaksi. Ini jelas bahwa bisnis domba kambing potensinya sangat besar,” ujarnya.