Mediatani – Seorang petani warga Desa Pagar Desa, Kecamatan Bayung Lencir Heri Wibowo berhasil memanen semangka sebanyak 20 Ton. Petani binaan PT Bumi Persada Permai (BPP) ini sukses panen di atas lahan seluas 1 hektar, dengan total pendapatan Rp. 60 juta (harga rata-rata Rp. 3000/kg).
Melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA), sejak tahun 2016 lalu, Heri kemudian berhasil panen sebanyak 8 kali. Selain itu juga, mampu melibatkan masyarakat Desa sekitar 6-8 orang.
Dalam prosesnya, mitra pemasok Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, PT BPP memberikan pendampingan dan pembinaan mulai dari bibit, pupuk, obat-obatan, perlengkapan, hingga dengan penjualannya.
“Kami Kelompok Tani Tri Mulya merasa terbantu melalui dukungan program DMPA PT BPP. Berkat progran ini, saya mampu meningkatkan pendapatan saya,” ungkap Heri sebagaimana melansir, Kamis (25/3/2021) dari situs sumeks.co.
Heri mengakui bahwa sebelum dirinya mengikuti program DMPA, kebutuhan modal dan lahan masih memiliki keterbatasan. Bahkan terkadang masih menumpang pada lahan orang lain.
Akan tetapi setelah adanya program DMPA dan dengan pendapatan yang meningkat, Heri mampu membeli lahan yang lebih luas.
Selain budidaya semangka di Desa Pagar Desa, pula terdapat program DMPA berupa pengelolaan pupuk kompos dan hortikultura. Kegiatan itu pun melibatkan warga di sana sebanyak 30 orang.
“Melalui program DMPA, kami harapkan masyarakat mampu meningkatkan pendapatannya. Selain itu, dapat juga menjadi solusi pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang permanen,” ungkap Mursalin, Kepala Unit HTI PT BPP, melansir dari situs yang sama.
Program DMPA sendiri bertujuan untuk mengajak dan membina masyarakat untuk mengelola lahan secara agroforestri, dan tidak melakukannya dengan cara dibakar. Selain itu, memberi kesempatan masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya.
Di Kabupaten Muba, saat ini program DMPA inisiasi APP Sinar Mas bersama mitra pemasoknya telah berjalan di 31 Desa dengan total penerima manfaat mencapai 500 KK.
Semangka Unik di Korea, Berukuran Seperti Apel
Di tahun 2020 yang lalu, semangka kecil tengah menjadi tren yang digemari oleh warga negara yang dijuluki sebagai negara Ginseng, Korea.
Di sana, semangka kecil ditaksir dengan harga sekitar Rp 70 ribu per buahnya. Tetapi semangka kecil ini bukanlah semangka umum yang tidak memenuhi kriteria atau gagal berkembang dengan baik.
Semangka kecil ini termasuk kedalam semangka jenis apel. Berbeda dengan berbagai jenis semangka pada umumnya yang dikembang biakkan dengan cara merambat, semangka apel ini dikembangkan dengan memberi penyangga.
Sehingga pada saat berbuah, buah-buah semangka apel ini akan bergelantung. Semangka apel ini memiliki ukuran yang sangat kecil.
Dengan menggunakan satu tangan, buah ini bisa dipegang atau digenggam. Seperti namanya, Semangka apel ini memiliki ukuran yang hampir sama dengan buah apel.
Memiliki ukuran sekitar sepuluh sampai dua belas cm dan juga buah semangka apel ini memiliki rasa yang sangat manis. Semangka apel ini biasanya dikembang biakkan di dalam rumah kaca di Korea.
Salah satu rumah kaca di Korea yang membudidayakan semangka apel ini terletak di Gyeongsang Utara, Korea Selatan. Pemilik kebun yang bernama Park in Gyu ini, menanam buah berair tersebut di lahan seluas 1,47 hektare sejak 2010 lalu.
Meski harus merogoh dana sekitar 450 juta won atau Rp5 miliar, In Gyu berhasil dalam eksperimennya setelah melakukan percobaan selama empat tahun. Ia memasarkan buah unik hasil produksinya ini di supermarket di kota-kota besar.
Satu buah semangka mini dihargai Rp100 ribu. Park In Gyu mengaku, keuntungan yang diperolehnya meningkat 4 sampai 5 kali lipat. Baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)