Waluh adalah buah dari tumbuhan yang tumbuh secara merambat. Waluh ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti halnya sup, kue, bubur, dan banyak lagi lainnya. Banyaknya manfaat waluh tersebut menjadi inspirasi petani untuk melakukan budidaya waluh. Telah banyak petani waluh yang berhasil mendapatkan keuntungan berlipat ganda dalam waktu yang cepat. Hal ini didapat dengan cara melakukan budidaya waluh yang tepat dan mengetahui syarat tumbuhnya.
Banyak petani inspiratif yang telah membagikan berbagai info mengenai syarat tumbuh waluh yang bisa anda pahami lebih mendalam. Untuk anda yang ingin mencoba berprofesi sebagai petani waluh, anda bisa mulai menanam waluh pada daerah dengan ketinggian 800-1.200 mdpl. Waluh bisa tumbuh dengan baik pada curah hujan 700-1000 mm/tahun dengan kelembaban udara sekitar 75%. Untuk mendapatkan hasil panen waluh yang memuaskan, anda bisa melakukan budidaya waluh di lahan aluvial berhumus, andosol, tanah gembur kering bekas rawa, tanah merah dan juga grumosol.
Kisah Petani Waluh Banyuwangi
Petani di wilayah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sebagian besar melakukan budidaya waluh. Para petani waluh di Banyuwangi tersebut menanam waluh pada saat musim kemarau. Para petani di Desa Tegalrejo, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, telah berhasil mengembangkan budidaya waluh tersebut. Budidaya waluh ini dilakukan di atas lahan seluas 119 hektare dari total 2.293 hektare lahan persawahan di Tegalrejo.
Tiap kali panen, para petani waluh di Banyuwangi mampu mendapatkan hasil panen sebesar 10 ton biji kering waluh. Hasil panen waluh tersebut nantinya diekspor ke luar negri oleh sebuah perusahaan penampung. Tiap 1 kg biji waluh dibeli dengan harga Rp. 294 ribu. Dengan hasil panen 10 ton, petani bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 2,49 miliar. Keuntungan tersebut dihitung dari Rp. 249 ribu dikali 10 ton (10.000 kg). Budidaya waluh memang sangat menjanjikan, tak terkecuali untuk pemula.
Waluh termasuk tumbuhan yang mudah ditanam. Selain itu, waluh juga cepat panen. Pasalnya, waluh sudah siap dipanen ketika umurnya baru 3 bulan. Saat dipanen, waluh disimpan terlebih dahulu hingga benar-benar matang kurang lebih selama 10-15 hari untuk diambil bijinya. Buah waluh banyak dimanfaatkan warga sekitar untuk makan ternak. Arief Setiawan selaku Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Banyuwangi berencana bersama beberapa dinas terkait guna mengembangkan daging waluh ini menjadi produk olahan, seperti halnya keripik dan jenang.
Aspek Budidaya Waluh
Waluh kaya akan vitamin A, vitamin C, mineral, dan karbohidrat. Selain itu, buah waluh ini juga mengandung zat yang berkhasiat bagi kesehatan, seperti zat karotenoid dalam bentuk betakaroten. Kandungan betakaroten ini berfungsi untuk melindungi mata dari serangan katarak, cacing pita, serangan kanker, diabetes, disentri, jantung, ginjal, demam, diare, dan penawar racun. Waluh berkembang biak secara generatif. Meski begitu, tak bisa dipungkiri bahwa waluh juga bisa berkembang biak secara vegetatif.
Dalam melakukan budidaya waluh, anda harus menjaga kesuburannya dengan memberikan dosis pupuk yang direkomendasikan yakni 100 kg/ha N, 40 kh/ha P, serta 80 kg/ha K. Panen pertama dapat dilakukan pada umur 50-60 hari setelah tanam. Sementara untuk berikutnya bisa dilakukan dengan interval 2-3 kali setiap minggu. Dalam hal kebutuhan benih bisa anda lakukan dengan cara memanen ketika waluh mulai menguning serta tangkai buahnya mengering. Pembuatan benih ini dilakukan dengan cara memotong secara melintang. Setelah itu, bijinya dicuci hingga bersih. Selanjutnya, biji dikeringkan di bawah sinar matahari sekitar 3 hari sampai kadar airnya mencapai 8-10%.