Peternakan Ayam Petelur di Mukomuko Berkurang 10 Unit Usaha

  • Bagikan
ILUSTRASI. ayam petelur

Mediatani –  Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mencatat selama tahun 2020 ada sebanyak 10 usaha peternakan ayam petelur di daerah ini, berkurang jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 15 unit usaha peternakan.

“Jumlah usaha peternakan ayam petelur tahun ini berkurang diduga karena pemilik usaha tersebut menutup usahanya,” kata Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko Warsiman, dikutip Sabtu (30/1/2021) dari situs berita Medcom.id  yang mengutip dari Antara, Kamis, 28 Januari 2021.

Menurut dia pemilik usaha peternakan ayam petelur di daerah itu menutup usahanya lantaran mereka yang melaksanakan usahanya itu mungkin belum atau kurang menguasai teknis dan manajemen terkait usaha peternakan ayam petelur itu.

Dia menjelaskan, seharusnya pemilik usaha peternakan ayam petelur tersebut harus mengetahui perihal teknis budi daya ayam petelur yang optimal dan sehat. Lalu kemudian mereka juga mestinya harus mengetahui tentang cara pengaturan manajemen usahanya.

Selain itu, tambah dia, penyebab pemilik usaha ini menutup usahanya, juga dikarenakan mereka ini, ketika memulai usahanya itu tak atau belum mengetahui teknis dan manajemennya ternyata setelah mereka terjun ke sana ada manajemen dan teknis yang harus mereka kuasai.

Selanjutnya, dia menyarankan kepada beberapa pelaku usaha peternakan ayam petelur yang kini masih bertahan di daerah ini agar berhimpun atau bergabung untuk membuat sebuah kelompok usaha di bidang yang sama itu.

Menurut dia, beberapa pemilik usaha peternakan ayam petelur yang tergabung dalam kelompok itu bisa saling bertukar pikiran dan pengalaman perihal teknis budi daya dan manajemen usaha ayam petelur.

Ia menuturkan, hal ini karena seperti diketahui harga pakan ayam petelur tersebut mahal dan pakan itu tak bisa dibiarkan terlalu lama karena mudah rusak.

Kalau dia sendiri maka dimungkinkan tidak bisa membeli pakan ayam terlalu banyak karena kalau tidak habis, maka pakan tersebut rusak.

“Kalau mereka berkelompok, mereka bisa saling bertukar pengalaman tentang teknis dan manajemen peternakan ayam petelur,” ujar dia.

Sebelum itu, sebagaimana diberitakan mediatani.co bahwa Peternakan ayam di Kabupaten Banyumas juga tengah berguguran. Mereka kini sedang gulung tikar. Hal itu diketahui sejak awal pandemi, ditambah  saat ini di tengah kenaikan harga pakan dan harga telur yang anjlok.

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Banyumas, Gembong Heru Nugroho menyebut kondisi itu terjadi sejak awal masa pandemi Covid-19.

”Baik peternak ayam pedaging dan petelur, hampir semuanya gulung tikar,” jelas dia Selasa (26/1/2021) dikutip Kamis dari situs republika.co.id, (28/1/2021).

Gembong menyebut kondisi peternak ayam, baik ayam pedaging maupun petelur, sejak beberapa waktu terakhir sedang menghadapi masa-masa sulit.

Bahkan, bagi mereka yang masih bisa meneruskan usahanya, harus menanggung kerugian cukup besar.

Selain itu harga telur ayam ras di tingkat peternak saat ini juga hanya dihargai sekitar Rp 15.000 per kg. Sebaliknya, dengan kondisi harga pakan saat ini, harga telurdiungkapnya, mestinya dihargai sekitar Rp 19.000 per kg.

”Dengan harga Rp 19.000 per kg, kami baru hanya bisa impas dengan biaya produksi. Namun kalau di bawah harga itu, tentu peternak akan menanggung kerugian,” katanya.

Demikian pula dengan ayam pedaging. Gembong mengungkapkan, meski begitu harga ayam pedaging saat ini tidak anjlok terlalu dalam, dibanding telur ayam ras, namun peternak masih harus menanggung kerugian.

”Di Banyumas, sebelum ada wabah Covid-19, ada sebanyak 200 unit usaha peternakan ayam pedaging dan petelur. Namun sekarang, hanya tinggal sekitar 10 unit usaha peternakan yang masih bertahan,” kata dia. (*)

  • Bagikan