Mediatani – Masalah stunting (gagal tumbuh atau kerdil) di Indonesia masih menjadi kekhawatiran bersama. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan angka stunting di Indonesia mencapai 30,8% atau masih berada di atas ambang maksimal WHO yaitu 20%.
Dr. dr. Dian Novita Chandra, M. Gizi, staf pengajar dari Departemen Ilmu Gizi FK UI mengatakan bahwa stunting adalah suatu kondisi pertumbuhan tinggi badan anak yang terhambat atau perawakan pendek yang merupakan manifestasi kronis dari kekurangan gizi atau mengalami kekurangan gizi dalam waktu yang cukup lama.
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan stunting pada anak dan penyebab paling utama adalah kekurangan gizi kronis pada awal seribu hari pertama kehidupan yaitu sejak awal kehamilan (konsepsi) hingga usia dua tahun.
Kekurangan gizi bisa berupa kurangnya jumlah asupan makanan atau kualitas makanan yang diberikan kepada anak kurang baik, contohnya makanan yang kurang bervariasi.
Melihat kondisi tersebut, Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Maluku mengambil langkah bijak untuk mengajak masyarakat sekitar untuk mengonsumsi pangan lokal dalam upaya menekan angka stunting yang masih saja memprihatinkan.
“Provinsi Maluku terkenal dengan pangan lokal seperti umbi-umbian, sagu, pisang hingga makanan olahan sukun yang tumbuh di wilayah Tengah-tengah hingga Latuhalat. Makanan itu termasuk pangan lokal yang bergizi dan bernutrisi,” ungkap Ketua TP-PKK Maluku Widya Pratiwi Murad dilansir dari Antara, Selasa (14/2).
Jika jenis-jenis pangan lokal ini diolah dengan baik, tambah Widya, bisa membantu menekan angka stunting di Maluku. Terlebih lagi, jenis makanan tersebut banyak ditemukan di sekitar rumah-rumah warga serta mudah diolah menjadi kudapan yang bernutrisi dan bergizi.
“Saya mengajak TP-PKK kabupaten/kota se-Maluku untuk menunjukkan peran nyata dalam upaya pencegahan stunting dengan mengonsumsinya untuk memenuhi gizi keluarga,” tuturnya.
Dia menjelaskan, pangan lokal seperti pisang, sukun dan umbi-umbi lainnya punya kandungan nutrisi yang cukup lengkap, dari mineral hingga vitamin.
Buah sukun mengandung beberapa zat fitokimia penting yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, terutama kandungan asam amino esensial, seperti methionin, isoleusin, lysine, vialin, histidine, serta tryptophan. Sementara pisang, sebagai sumber serat, potasium, vitamin B6, vitamin C, dan berbagai antioksidan serta fitonutrien yang sehat.
“Konsumsi pangan lokal bagi ibu hamil sendiri memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan janin hingga melahirkan,” jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, Horib, telah mengemukakan bahwa pemberian makanan cepat saji kepada anak berisiko menyebabkan stunting.
Anak-anak penderita stunting bisa dilihat dari kondisi fisiknya yang agak kurus dan tinggi badannya tidak sesuai dengan umur. Berdasarkan dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Maluku mencapai 26,1 persen pada tahun 2022. Angka tersebut membawa provinsi Maluku bertengger di posisi ke-13 Nasional.