Mediatani – Dalam sistem terumbu karang, hiu sebagai predator puncak mengambil peran penting dalam membantu menjaga kesehatan dan vitalitas ekosistem laut. Pasalnya, ikan hiu memangsa ikan yang lebih lemah dan hanya menyisakan ikan yang lebih kuat untuk bereproduksi.
Hiu dikenal sebagai ikan predator yang mampu berenang cepat, dan memiliki kemampuan indera yang sangat sensitif, terutama dalam mendeteksi gangguan apapun di laut, seperti bau atau perubahan kecil pada arus air bahkan dari jarak yang sangat jauh.
Kemampuan tersebut membantu mereka menemukan mangsa di lautan yang luas. Selain itu, hewan laut ini juga mempunyai sederet gigi tajam yang menyerupai gergaji untuk menoyak mangsanya kapan pun.
Namun di balik semua itu, hiu termasuk ikan yang rentan tehadap aktifitas penangkapan ikan internasional yang terus meningkat dan membuat populasi hiu terus berkurang dari banyak terumbu karang.
Dari berbagai kasus yang ditemukan, berkurangnya keberadaan hiu itu disebabkan karena masyarakat pesisir yang semakin padat, jarak pemukimannya yang dekat dengan lokasi perairan dan tata kelola perikanan yang buruk baik itu karena alat tangkapnya atau jumlah kapal penangkap ikan yang makin bertambah.
Seperti dikutip dari Phys, Kamis (28/1/2021), seorang ahli biologi kelautan, Stuart Sandin mengatakan bahwa saat kapal penangkap ikan menjatuhkan kailnya di laut terbuka, seringkali hiu yang tertangkap lebih dulu, meski mereka bukan target utamanya.
Sebuah studi baru juga mengungkap terjadinya penurunan populasi hiu. Penelitian tersebut melakukan survei pada 371 ekosistem terumbu karang di 58 negara. Survei tersebut dilakukan dengan memasang video pada lokasi terumbu karang.
Studi yang melibatkan 121 ilmuwan dan 731 sukarelawan itu baru bisa menyelasaikan survei di seluruh dunia dalam waktu tujuh tahun. Setelah mengumpulkan 15.165 jam video, tim peneliti menemukan bahwa kehadiran hiu tidak terlihat di 20 persen terumbu karang yang disurvei.
Dilansir The Guardian, selama rentang waktu 1970 hingga 2018 penangkapan ikan terus dilakukan secara besar-besaran. Akibatnya, jumlah hiu di lautan terus mengalami penurunan hingga 70 persen. Dari banyak spesies yang ada, salah satu yang dinyatakan sudah menuju kepunahan adalah hiu martil.
Penelitian tersebut juga mencatatkan bahwa penurunan dengan angka yang serupa juga terjadi pada ikan pari. Salah satunya adalah jenis ikan pari manta raksasa.
Dari 31 spesies hiu yang ada, 24 diantaranya terancam punah. Sementara tiga spesies, di antaranya hiu koboi, hiu martil bergigi, dan hiu martil besar dinyatakan sebagai spesies yang sangat terancam punah.
“50 tahun terakhir sangat menghancurkan populasi hiu global,” kata Nathan Pacoureau, ahli biologi di Simon Fraser University di Kanada.
Sama halnya dengan hiu, ikan pari juga terkadang secara tak sengaja tertangkap oleh armada ikan. Namun, tak jarang pula hiu tersebut sengaja ditangkap oleh nelayan untuk diambil siripnya. Padahal, dibanding dengan kebanyakan jenis ikan lainnya, ikan hiu umumnya membutuhkan beberapa tahun untuk mencapai kematangan seksual dan menghasilkan keturunan yang lebih sedikit.
“Dalam hal waktu, mereka berkembang biak seperti mamalia dan itu membuat mereka sangat rentan. Populasi mereka tak dapat pulih secepat jenis ikan lainnya,” jelas Pacoureau.
Meski demikian, tim peneliti juga membawa kabar baik yaitu penemuan hiu yang berkembang biak di terumbu karang di tempat-tempat seperti Bahama, perairan Australia, Kepulauan Solomon, Negara Federasi Mikronesia, dan Polinesia Prancis.
Keberhasilan tersebut tidak lepas oleh larangan penuh yang dibuat segala aktifitas penangkapan hiu, atau pengelolaan perikanan berbasis sains yang dikelola dengan baik, menurut penelitian tersebut.