Mediatani – Bupati Madiun Ahmad Dawami yang biasa disapa Kaji Mbing mengingatkan para petani agar gencar mengembangkan budidaya porang harus memperhatikan aspek keselamatan ekologi.
Hal itu, lantaran pengembangan porang yang liar akan berdampak terhadap kerusakan alam dan berpotensi menimbulkan bencana banjir.
“Bagi petani yang mengembangkan budidaya porang di wilayah Perhutani harus memperhatikan aspek keselamatan ekologi. Jangan lupa menanam rumput gajah atau akar wangi untuk mencegah longsor dan bencana banjir saat musim penghujan tiba,” kata Kaji Mbing kepada Kompas.com, Kamis (22/4/2021), melansir, Jumat (23/4/2021) dari laman Kompas.com.
Kaji Mbing menuturkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, budidaya porang di bumi kampung pesilat cukup gencar.
Para petani yang konsen menanam porang pun kian banyak yang sukses bahkan menjadi sosok jutawan.
Bahkan, kesuksesan petani menamam porang, kini berdampak pada turunnya angka kemiskinan Kabupaten Madiun.
Namun, ia tidak menginginkan kesuksesan petani membudidaya porang berdampak pada kerusakan alam.
Maka dari itu, seluruh petani yang memanfaatkan lahan Perhutani atau lahan miring diminta mengimbanginya dengan menanam rumput gajah atau akar wangi.
Untuk melindungi bibit porang asal Kabupaten Madiun tetap berkualitas, pemerintah kabupaten telah mengusulkan sertifikasi.
Hasilnya, Kementerian Pertanian sudah meresmikan bibit porang unggulan dari Kabupaten Madiun yang diberi nama Madiun 1.
Tak sampai di situ, Pemkab Madiun pula bekerja sama dengan Perum Perhutani untuk pengembangan porang di wilayah hutan rakyat.
Dapat modal usaha
Kesuksesan petani porang Kabupaten Madiun meraup untung ratusan juta hingga miliaran membuat mereka “kebanjiran” modal usaha melalui kredit usaha rakyat dari bank pemerintah.
BNI Madiun sendiri menggelontorkan Rp5,4 miliar bagi 181 petani porang di Desa Durenan, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun.
Satu petani porang mendapatkan bantuan KUR mulai Rp 10 juta hingga Rp 50 juta.
Sebanyak 181 petani porang di Desa Durenan, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, mendapatkan kucuran dana permodalan kredit usaha rakyat (KUR) senilai Rp5,4 miliar.
Masing-masing petani porang pun mendapatkan puluhan juta rupiah. Pimpinan Cabang BNI Madiun Suhartono mengatakan, BNI Wilayah Malang menganggarkan KUR bagi petani sebanyak Rp325 miliar.
Plafon anggaran itu tidak hanya untuk komoditas porang saja. “Anggaran yang diberikan memang cukup besar karena di masa pandemi ini justru sektor pertanian yang bisa meningkatkan pendapatan masyarakat,” kata Suhartono.
Khusus untuk KUR Porang, BNI Madiun tahun ini menargetkan minimal Rp 50 milyar dikucurkan untuk bantuan modal bagi petani porang.
Tahun lalu, BNI Madiun menyalurkan KUR untuk petani porang senilai Rp 23 miliar dengan jumlah penerima sebanyak 937 petani porang.
Jadi Sentra Pembelajaran Suhartono mengatakan BNI Madiun menjadi sentra pembelajaran bagi BNI cabang lainnya di seluruh Indonesia untuk pengucuran kredit usaha rakyat bagi petani porang.
Pasalnya, porang benar-benar menjadi salah satu komoditas pertanian yang diberikan prioritas untuk diberikan pinjaman lunak tanpa agunan.
“Berulang kami ditelpon dari berbagai cabang BNI di luar jawa seperti Bali hingga Pangkal Pinang untuk belajar porang,” jelas Suhartono.
Menurut Suhartono porang menjadi komoditas pertanian yang banyak dicari industri makanan. Hasil olahan porang dapat menjadi bahan dipakai banyak industri makanan di seluruh dunia.
“Semua industri makanan pasti menggunakan ini (porang),” kata Suhartono. Tak hanya petani, perbankan juga siap mendukung permodalan bagi industri yang akan mengolah porang. (*)