Produksi dalam Negeri Belum Cukup, RI Butuh Impor 281.867 ton Daging Sapi & Kerbau

  • Bagikan
ILUSTRASI. daging sapi impor/bisnis tempo/IST

Mediatani – Lantaran produksi daging sapi dan kerbau dalam negeri belum mencukupi kebutuhan konsumsi, Indonesia membutuhkan impor daging sapi dan kerbau sebanyak ratusan ribu ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Hal itu diungkapkan, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Nasrullah dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI, Jakarta, Rabu (13/1/2021).

Dikutip dari situs berita Detik.com, Rabu (13/1/2021),Nasrullah memaparkan, Indonesia membutuhkan sekitar 281 ribu ton daging sapid an kerbau sepanjang tahun 2021 ini.

“Terkait dengan ketersediaan dan kesediaan daging sapi kerbau tahun 2021 di mana neraca kita itu minus 223 ribu ton sehingga perkiraan untuk penambahan dari luar itu kurang lebih 281 ribu ton dengan mempertimbangkan stok untuk atau cadangan pada Januari-Februari 2022,” ujar Nasrullah.

Nasrullah juga menuturkan kebutuhan untuk konsumsi daging sapi dan kerbau di Indonesia tercatat 696.956 ton per tahun. Sementara itu, produksi sapi dalam negeri hanya sekitar 473.814 ton per tahunnya.

Maka dari itu, ada selisih sekitar 223.142 ton yang nantinya perlu disiapkan. Ditambah lagi dengan kebutuhan cadangan pada bulan Januari-Februari 2022 sebanyak 58.725 ton, sehingga diperlukan melakukan impor hingga 281.867 ton daging sapi dan kerbau.

Walaupun begitu, kebutuhan impor itu, ujar dia, telah berkurang dari sebelumnya. Dikarenakan kebutuhan impor pada tahun lalu tercatat sebesar 324.019 ton daging sapi dan kerbau.

“Maka dengan itu, jika dibandingkan dengan tahun 2020 terdapat pertumbuhan impor -13,01%. Hal ini disebabkan produksi dalam negeri yang juga terjadi sedikit penurunan di tingkat konsumsi akibat pandemi,” ungkapnya.

Di sisi lain, beberapa waktu lalu Kementan merilis kinerja ekonomi subsektor peternakan yang ternyata menunjukkan tren pertumbuhan yang positif meski diterjang badai pandemic covid-19.

Hal itu diungkapkan Menteri Pertanian RI (Mentan RI) Syahrul Yasin Limpo (SYL) ketika memberi arahan di sela-sela Rapat Evaluasi Program/Kegiatan 2020 dan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan 2021 lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Senin (21/12/2020) di Bekasi, Jawa Barat, lalu.

Syahrul Yasin Limpo menjelaskan tren dan laju pertumbuhan PDB Subsektor Pakan dan Kesehatan Hewan sebesar 2,15% pada triwulan III tahun 2020 (q-to-q). Hal itu ternyata banyak dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah pemotongan hewan pada Idul Kurban. Nilai Tukar Petani atau NTP dan NTUP Peternakan juga tumbuh positif.

Pada bulan November 2020, NTP Peternakan mencatatkan diri pada pencapaian 98,32 yakni tumbuh 0,58% dari NTP Peternakan bulan Oktober 2020 sebesar 97,75. Sedangkan, pada NTUP Peternakan tercatat 97,94 (tumbuh 0,66% dari NTUP Peternakan bulan Oktober 2020 sebesar 97,30).

Demikian pula dengan nilai ekspor pada subsektor PKH yang secara kumulatif sejak bulan Januari sampai pada bulan Oktober 2020 mencapai US$ 737.291.000 yakni tumbuh 25,87% jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 585.758.503.

Pada kesempatan yang sama, Mentan yang juga mantan Gubernur Sulawesi Selatan dua periode itu juga memberikan arahan kepada jajarannya agar memberikan perhatian khusus ke depannya terhadap peningkatan produksi daging sapi/kerbau, kebijakan perunggasan, dan penurunan impor susu.

“Harus ada upaya-upaya perbaikan komprehensif. Dari hulu hingga hilir, sehingga ketahanan pangan yang bersumber dari protein hewani dapat tercapai. 2021 ini saya jadikan sebagai tahun PKH untuk pembangunan yang lebih progresif lagi,” kata dia dilansir dari Industry.co.id, Senin, (21/12/2021). (*)

  • Bagikan