Program Magang Peternak Puyuh Milenial Bisa Hasilkan Jutaan Perbulan

  • Bagikan
Program magang peternak milenial/via tribun jabar/ist

Mediatani – Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat telah mengirim delapan petani milenial ternak puyuh untuk magang di Slamet Quail Farm (SQF) di Kabupaten Sukabumi selama tujuh hari.

Program magang pun menjadi syarat utama yang harus dipenuhi petani milenial ternak puyuh.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jabar Jafar Ismail mengutarakan bahwa dengan program magang, petani milenial diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sebelum beternak.

“Magang tahap pertama diikuti delapan peserta dari 33 yang lolos seleksi untuk komoditi burung puyuh. Selanjutnya tahap berikutnya dilaksanakan sesuai dengan kesiapan para calon petani milenial,” kata Jafar melalui ponsel, Minggu (23/5), mengutip, Senin (24/5/2021) dari laman jabar.tribunnews.com.

“Magang ini merupakan syarat utama yang harus dilakukan oleh para petani milenial yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan,” ungkapnya.

Petani milenial di sektor peternakan yang berhasil lolos seleksi ada 66 orang.

Rinciannya, 33 orang komoditi burung puyuh dan 33 orang komoditi ayam pedaging.

Jafar menjelaskan, selain meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, program magang pula diharapkan dapat mendorong petani milenial untuk mandiri dan profesional.

“Setelah magang para calon petani milenial mulai melakukan usaha peternakan mandiri yang didukung permodalan melalui kredit perbankan,” tuturnya.

“Program petani milenial di bidang peternakan bukan hanya dibudidayanya atau mengembangkan ternak, tetapi juga pakan, pembuatan pupuk dan biogas dari kotoran ternak juga pengolahan hasil peternakan,” ujarnya.

Pemda Provinsi Jabar menggagas Petani Milenial Juara untuk menarik minat generasi milenial membawa perubahan pada sektor pertanian masa depan.

Petani Milenial Juara pun bertujuan menumbuh kembangkan kewirausahaan muda pertanian di Jabar.

Program Petani Milenial Juara ini tak hanya mencakup bidang pertanian saja, tetapi termasuk peternakan, perikanan, dan perkebunan. Jafar mengatakan, di sektor peternakan.

Program tersebut diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan konsumsi protein hewani.

“Termasuk ternak puyuh yang bergizi tinggi dengan harga yang terjangkau. Selain itu, ternak puyuh juga tidak membutuhkan lahan besar, pemeliharaan mudah dan permintaan masih sangat tinggi sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi,” terangnya.

Sebelumnya, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sudah meluncurkan program Petani Milenial pada Maret 2021, lalu.

Selain untuk regenerasi, program itu pula dilakukan agar meningkatkan produktivitas generasi muda dari sektor tersebut.

Salah satu di antaranya dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Provinsi Jawa Barat dengan menyiapkan pembudidaya ikan milenial (PIM).

Setiap petani milenial yang dibina diproyeksikan meraup untung setidaknya Rp4,42 juta per bulannya.

Kepala Diskanla Jawa Barat Hermansyah mengatakan bahwa pihaknya sudah menyeleksi 82 PIM yang sesuai dengan persyaratan yakni berusia 19-39, lulusan SMK perikanan atau mengenal inovasi teknologi bidang perikanan.

Selain itu memiliki pengalaman sebagai pembudidaya ikan atau generasi keturunan pembudidaya ikan.

Sebelumnya ada ratusan pendaftar. Dari jumlah tersebut, terdapat 44 PIM yang sudah memiliki lahan sendiri, sedangkan 38 lainnya tidak memiliki lahan (petani intensif) sehingga akan ditempatkan di sejumlah aset Diskanla Jawa Barat.

“Kami memastikan sudah menentukan komoditas yang akan dibudidayakan yakni ikan lele, nila, dan udang,” katanya di Gedung Sate, Rabu (14/4), lalu dikutip dari situs yang sama.

Bagi yang memiliki lahan sendiri, menurut dia, akan memeroleh suntikan dana Rp50 juta per orang yang bersumber dari KUR bank bjb.

Bagi pembudidaya ikan lele, modal kerja itu akan digunakan untuk pembuatan tiga kolam bioflok berdiameter 4 meter serta pengadaan 20 ribu benih, sedangkan bagi pembudidaya nila akan digunakan untuk membuat lima kolam bioflok berdiamater 4 meter serta 10 ribu benih.

Sedangkan untuk kelompok petani intensif, pihaknya telah menyiapkan lahan di empat lokasi seperti di Cijengkol, Kabupaten Subang (budidaya lele), dan Ciherang, Kabupaten Cianjur (nila).

Mereka akan diberikan masing-masing empat sampai enam bioflok.

Menurut Hermansyah, metode kolam bioflok dipilih karena bisa meminimalisasi pakan yang harus disediakan.

Jika nanti berhasil, masing-masing PIM diproyeksikan mendapat penghasilan Rp 5,62 juta per bulan untuk budidaya lele.

“Dalam setiap panen, dari jumlah benih itu setiap petani akan memeroleh laba Rp 11,25 juta. Adapun untuk budidaya nila, akan panen setiap empat bulan sekali. Dalam sekali panen nila, para petani muda ini diproyeksikan mendapat laba Rp 17,69 juta. Jadi setiap bulannya Rp 4,42 juta per bulan,” sebutnya.

Sedangkan untuk budidaya udang, lanjut Hermansyah, pihaknya menyiapkan lahan di Cibalong, Kabupaten Garut bagi enam PIM.

Di atas lahan milik Diskanla Jawa Barat itu, kelompok tani tersebut akan memanfaatkan tambak seluas 1.300 m2 yang akan diisi 270 ribu benih udang.

Jika berhasil, masing-masing pembudidaya udang milenial ini diproyeksikan meraup untung Rp 7,1 juta per bulan.

Agar target itu tercapai, Diskanla Jawa Barat mendampingi PIM sejak awal, mulai dari pembekalan terkait analisa kelayakan dan penyusunan rencana kerja, pengenalan teknologi, hingga teknik pengemasan dan pemasaran.

Selain itu, pihaknya juga melakukan pengawasan dan evaluasi langsung ke setiap PIM.

Lebih lanjut Hermansyah mengatakan saat ini masing-masing PIM sudah memulai aktivitasnya.

Bulan April ini masih tahap pengadaan sarana.

Untuk budidaya lele, dia memproyeksikan sudah bisa dipanen pada Juni, sedangkan untuk nila dan udang pada Agustus mendatang. (*)

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version