Rahasia di Balik Kemajuan Industri Akuakultur Turki

  • Bagikan
Ilustrasi: Hasil perikanan Turki

Mediatani –  Saat ini Turki telah menempati urutan kesembilan dunia sebagai negara yang mengalami perkembangan yang cukup pesat pada industri budidaya ikan laut bersirip. Padahal, luas lepas pantai negara tersebut tidak sebanding dengan Indonesia.

Secara geografis, Turki memiliki wilayah yang melintasi dua benua, yaitu membentang di Asia barat dan Eropa tenggara. Wilayah pesisirnya memiliki panjang 8.333 kilometer dan laut yang cukup produktif. Turki juga memiliki banyak sungai dan danau di daerah pedalaman. Hal tersebut membuat negara ini memiliki prospek yang cerah di bidang akuakultur.

Di tahun 1980-an, Turki sudah mulai mengkomersialkan hasil perikanan yang pada saat itu mengandalkan ikan Trout yang dibudidayakan di sungai. Selama puluhan tahun kemudian, budidaya perikanan Turki mulai dikembangkan ke wilayah pantai dan waduk.

Sejak saat itu, produksi perikanan Turki terus meningkat bahkan hingga seratus kali lipat dari 3.075 ton di tahun 1986 menjadi 373.400 ton pada tahun 2019. Peningkatan tersebut, 68,8 persen bersumber dari produksi di laut. Hal itu membuat Turki menjadi penghasil ikan laut terbesar kesembilan di dunia.

Hasil produksi budidaya menyumbang 44,6 persen dari produksi makanan lautnya, peningkatan yang cukup signifikan dari yang hanya 9 persen pada 20 tahun sebelumnya.

Peningkatan produksi perikanan itu juga membuat sektor produksi pangan Turki mengalami pertumbuhan yang cepat. Bahkan, menjadi negara yang turut meningkatkan produksi perikanan budidaya di Eropa setelah Norwegia.

Dilansir dari laporan The Turkish Marine Research Foundation (TUDAV) yang menerbitkan sebuah buku berjudul Kelautan Budidaya di Turki: Kemajuan dan Manajemen. Buku tersebut menjelaskan semua aspek budidaya laut termasuk undang-undang, perencanaan dan pengelolaan, pembaruan spesies, tantangan, inovasi, ditambah pandangan realistis untuk masa depan.

Pendiri TUDAV, Prof Bayram Öztürk mengatakan bahwa pihaknya mendirikan kawasan perlindungan laut, dan melakukan berbagai kegiatan pendidikan dan penelitian.

Menurutnya, buku tersebut diterbitkan untuk menciptakan kesadaran tentang akuakultur sebagai salah satu sektor terpenting bagi ekonomi biru dan pertumbuhannya, dengan memberikan gambaran tentang di mana kami berada dan bagaimana kami bisa berbuat lebih baik.

“Selain itu, TUDAV bertujuan untuk berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 14 PBB , kehidupan di bawah air, dan kerangka dekade Laut,” ungkapnya seperti dikutip dari Thefishsite, Senin (8/2/2021).

Saat ini Turki telah memiliki 434 fasilitas budidaya laut yang masih beroperasi. Sebagian besar yang dibudidayakan adalah ikan laut gilthead (Sparus aurata) dan seabass Eropa (Dicentrarchus labrax).

Perkembangan pesat yang ditunjukkan oleh sektor budidaya ikan laut tersebut tidak lepas dari semakin majunya teknologi dan pengetahuan tentang berbagai hal biologis. Dengan perkembangan tersebut, Turki mampu menjadi produsen utama yang memasok 40 persen dari permintaan global.

Apa yang membuat Industri Akuakultur Turki berkembang dengan Cepat? Simak penjelasannya

Upaya Pemerintah

Kementerian Pertanian dan Kehutanan menjalin hubungan yang cukup erat dengan berbagai pihak yang terlibat pada sektor akuakultur. Hubungan inilah yang menjadi factor utama dalam mendorong pengembangan budidaya lokal.

“Hubungan antara sektor swasta, pemerintah, dan universitas sangat kuat,” jelas Öztürk.

Terkait sinergi yang terjalin, Pemerintah Turki telah memberikan dukungan dalam bentuk subsidi sekitar €600 juta yang disalurkan antara tahun 2003 dan 2016, smbari mengkampanyekan kelestarian lingkungan.

Selain dengan inovasi teknologi, berkembangnya sektor perikanan juga berkat adanya subsidi yang mampu menyokong produksi ikan trout, remis, ikan mas dan berbagai jenis ikan lainnya.

Aturan yang Ketat

Pengawasan yang dilakukan untuk sektor akuakultur di turki cukup kuat, dimana aturannya diselaraskan dengan standar Uni Eropa yang memfasilitasi ekspor 80 persen produk akuakultur ke negara-negara yang tegabung dalam UE.

Aturan tersebut diberlakukan pada tahun 2004, dengan tujuan menjamin penggunaan sumberdaya air yang efisien, ketahanan pangan dan keberlanjutan seluruhan proyek akuakultur dengan menjaga lingkungan.

Aturan itu mencakup tentang pemilihan lokasi, aplikasi dan prosedur evaluasi untuk menerbitkan lisensi. Pemantauan ketat juga dilakukan pada aktivitas dan dampak yang ditimbulkan.

Selain itu, sejak 2020, semua aktifitas budidaya harus bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan mengikuti rencana pengelolaan lingkungan yang telah disepakati.

Beralih ke Lepas Pantai

Lokasi yang digunakan untuk aktifitas budidaya di Turki adalah wilayah yang tidak memberi dampak besar terhadap lingkungan dan sektor lainnya. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh pemerintah dan Bank Dunia.

Aktifitas budidaya yang dulu dilakukan di dekat pantai kini telah dalihkan ke wilayah lepas pantai. Hal tersebut untuk menghindari konflik dengan sektor lain dan mengurangi polusi.

Saat ini juga telah dibangun zona industri akuakultur yang terorganisir di provinsi Adana. Zona tersebut diharapkan dapat menarik investasi sebesar € 175 juta untuk menghasilkan 16.500 ton produk laut setiap tahun.

  • Bagikan