Mediatani – Wahyu Novasaputra seorang peternak jangkrik yang bisa dikatakan cukup sukses dalam merintis usahanya. Wahyu sendiri merupakan warga Desa Palam, Kelurahan Palam, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Wahyu diketahui juga belum lama beternak jangkrik. Disadur Rabu (10/2/2021) dari situs berita Banjarmasinpost.co.id, dirinya mengaku beternak jangkrik ini belum genap setahun.
Dia diketahui memulai usaha tersebut sejak Juni 2020 lalu usai memutuskan resign dari tempat kerjanya di salah satu perusahaan pertambangan batubara di daerah Kalimantan Tengah.
Wahyu bilang, dirinya sendiri nyatanya banyak belajar dari media sosial perihal bagaimana tatacara ternak jangkrik. Kemudian dicobanya, lalu beberapa kali pula terjadi trial and error. Hampir empat kali gagal, namun terus dia tak patah semangat mencoba, hingga akhirnya berhasil.
“Saya evaluasi kegagalan itu. Kemudian saya cari solusi di forum diskusi media sosial. Dan alhamdulillah, saya bisa juga beternak jangkrik. Sekarang saya sudah yakin inilah usaha tetap saya,” ujar Wahyu.
Dikatakannya, bahwa memang dalam merintis usaha ternak Jangkrik ini tak gampang. Wahyu bahkan harus melakukannya sendiri.
Mulai dari membuat boks tempat ternak jangkrik, mencari batang pohon pisang untuk minuman jangkrik, mengatur penempatan boks, hingga memberi makan dan sebagainya.
Saat ini Wahyu pun memiliki sekitar 80 boks dengan kapasitas produksi puluhan ribu jangkrik. Jika pun sebelumnya dirinya bekerja sendiri, kini dia dibantu adiknya untuk meringankan sistem operasional.
“Pangsa pasar jangkrik ialah toko hewan, toko alat pancing, penghobi ikan dan burung, penghobi mancing. Dalam sehari itu setidaknya perlu 50 ribu jangkrik, sampai saat ini saya belum bisa memenuhi kebutuhan pelanggan, makanya saya juga ajak teman yang lain untuk beternak,” jelas dia.
Selain di wilayah Banjarbaru dan sekitarnya, Wahyu pula sering mengirimkan hasil panen ke wilayah Kalimantan Tengah karena memang dia punya pelanggan di sana.
Sebelumnya, mediatani.co juga memberitakan peternak tikus putih Wayan Sudarma yang sukses beternak di Bali. Baca: Sukses Beternak Tikus Putih, Diburu Pecinta Reptil hingga Jadi Objek Penelitian
Disadur Sabtu (6/2/2021) dari situs berita Bali Express Jawa Pos Group, Sudarma menuturkan bahwa dia memulai ternak tikus sejak dirinya pensiun dari salah club malam di Legian, Kuta Bali.
Ketika itu seorang temannya menyarankan agar dirinya memulai beternak tikus putih. Dengan alasan masih jarang ada peternak tikus di Bali.
“Awalnya saya mau buka warung sembako, tapi salah satu teman menyarankan berternak tikus, katanya bisa dijual ke pecinta reptil dan dipakai penelitian atau praktikum. Di Jawa sudah banyak (peternak tikus, Red) di Bali masih jarang,” ujar Wayan saat ditemui Jumat (5/2/2021) dikutip Sabtu (6/2/2021).
Atas saran itu dia kemudian membeli indukan tikus putih sebanyak 20 ekor di pasar burung.
Dengan memulai modal awal Rp 5 Juta, dirinya pun mulai berternak tikus putih.
“Setelah berkembang, saya mulai pasarkan door to door awalnya, lalu ke pasar hewan, kemudian mulai dipasarkan online lewat jejaring sosial media sampai sekarang,” papar pria yang beralamat di Jalan Batuyang, Gang Pipit/Lingkungan Pipit Permai 3C, Nomor 32, Banjar Tegeha, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar itu.
Di samping itu dirinya pula memasarkan kepada komunitas pencinta reptil, yang mana tikus putih tersebut dijadikan pakan bagi reptil seperti ular dan sejenisnya.
Tak sampai di situ saja, tikus putih juga banyak dicari untuk keperluan penelitian atau praktikum di universitas.
“Juga dijadikan pakan burung hantu, dan banyak dicari untuk praktek mahasiswa di kampus-kampus,” sebut dia. (*)