Resmi Punah, Mari Mengenang Burung Ivory Woody Woodpecker

  • Bagikan
Sumber foto: theasianparent.com

Mediatani – Burung Ivory atau yang lebih kita kenal sebagai burung Woody Woodpecker dalam serial kartun anak populer, telah resmi dinyatakan punah oleh Badan Urusan Perikanan dan Kehidupan Liar Amerika Serikat, US Fish and Wildlife Service (FWS). Burung ikonik ini telah resmi dihapus dari daftar spesies yang terancam punah pada 29 September 2021.

“Sampai hari ini (29/9/21), FWS telah mengumumkan posisinya. Badan tersebut telah mengusulkan secara resmi menghapus burung Ivory-billed dari daftar spesies yang terancam punah dan menyatakan burung pelatuk ikonik tersebut punah,” tercantum dalam laman resmi komunitas konservasi burung di Amerika Serikat National Audubon Society dan dikutip dari laman detikEdu, Sabtu (22/1/22).

Sebagai informasi tambahan, burung pelatuk yang memiliki paruh gading ini telah ditetapkan sebagai spesies terancam punah sejak tahun 1967. Jumlah ini terus mengalami penurunan secara drastis sejak tahun 1800-an.

Menurut Direktur Ornitologi dari Cornell Lab, John W. Fitzpatrick, ada beberapa alasan yang menyebabkan burung pelatuk ini punah. Diantaranya adalah burung pelatuk ini dijadikan sasaran oleh para pemburu sebagai kolektor pribadi dan sebagai bahan untuk membuat topi, hingga terjadinya penebangan terhadap habitat asli dari burung pelatuk ini.

Burung Ivory-billed ini menjadi inspirasi dari lahirnya film kartun populer milik Universal Studios, dengan judul Woody Woodpecker. Terbukti dalam serial kartunnya, Woody Woodpecker mengidentifikasi dirinya sebagai Campephilus principalis yang notabene nama latin dari burung pelatuk ini.

Untuk mengenang burung Ivory-billed, ini sejumlah fakta kehidupannya dari laman Cornell Lab

1. Habitat di pepohonan

Pada umumnya, burung pelatuk menempati pepohonan yang besar dan akan mencari makan di pohon yang mati akibat kebakaran, banjir dan bencana alam lainnya.

Ditahun 1930, seorang ahli Biologi Jim Tanner pernah melakukan sebuah pengamatan terhadap burung ini. Menurutnya, spesies Ivory-billed ini lebih banyak tinggal di daerah yang memang tidak terjangkau oleh sentuhan manusia biasanya seperti di dataran tinggi hingga rawa-rawa. Mereka juga diketahui senang bermukim di bawah sinar matahari.

2. Membuat sarang berbeda tiap tahunnya

Tempat membuat sarang yang paling disukai oleh burung Ivory-billed adalah bagian pohon yang membusuk atau mati. Atau di bawah rerantingan yang rusak sekadar untuk melindungi diri dari hujan. Umumnya, sarang-sarang tersebut terletak di antara 15 dan 70 kaki (4,5-21,4 meter) di atas tanah.

Cara mereka membuat sarang adalah dengan menggali lubang pohon hingga sedalam dua meter. Seringkali, burung pelatuk ini akan membuat lubang sarang yang berbeda setiap tahunnya.

3. Memiliki kebiasaan ekstrem

Tanner mengungkapkan bahwa kebiasaan ekstrem burung pelatuk ini adalah mereka kerap kali terlihat terbang meluncur dengan kencang di udara lalu kemudian menukik dengan tajam di atas pepohonan.

Burung Ivory billed dikenal senang berpetualang bersama kawanannya. Hal ini ditandai karena sering terlihatnya mereka terbang dari satu puncak pohon menuju ke puncak pohon yang lain dengan menempuh jarak yang jauh.

4. Senang bersosialisasi

Menurut pengamatan Tanner, sekurang-kurangnya selalu ada 4 ekor burung yang terlihat sedang mencari makan pada satu pohon yang sama. Selain itu, mereka juga dikenal setia terhadap pasangannya. Cara mereka ‘berpacaran’ adalah dengan saling menyentuhkan paruh mereka di atas pohon, hehe.

5. Kepunahan

Telah lama burung pelatuk ini masuk ke dalam daftar merah terbitan International Union for Conservation of Nature (IUCN). Kelangkaan burung pelatuk ini dimulai sejak adanya penghancuran habitat mereka ditahun 1880.

Terlebih lagi Perang Dunia I dan II yang menyebabkan sebagian besar habitat asli dari burung Ivory-billed hancur dengan begitu cepat. Pencarian ekstensif yang dilakukan pada tahun 2006-2010 pun tidak mampu memberikan bukti adanya tanda-tanda kehidupan dari burung ini.

Sangat disayangkan atas kepunahan ini. Kini, anak cucu kita tidak lagi dapat melihatnya secara langsung. Yuk, mari kita sama-sama menjaga habitat lain yang masuk dalam kategori terancam punah, jangan sampai bernasib sama seperti burung pelatuk ini.

  • Bagikan