Mediatani – Sebuah restoran seafood di Lombok Timur diramaikan oleh pengunjung yang ingin menikmati menu berbahan dasar hasil sumberdaya laut Teluk Ekas. Tempat itu bernama Resto Apung Ekas Adventurer.
Selama beberapa tahun terakhir, restoran terapung ini menjadi rekomendasi wisata kuliner yang menyajikan aneka makanan laut (seafood), termasuk lobster yang menjadi menu unggulannya. Selain bisa menikmati makanan laut, tempat ini juga menyajikan pemandangan pantai biru dan hamparan keramba jaring apung milik masyarakat yang membudidayakan lobster.
Akses menuju ke restoran apung ini juga tidak sulit. Cukup dengan mengikuti petunjuk jalan menuju Ekas dan menyeberang ke restoran apung dengan menggunakan taksi laut, yaitu perahu-perahu nelayan yang siap mengantar jemput pengunjung.
Ongkosnya pun tergolong murah dan hanya memakan waktu sekitar 5 hingga 10 menit untuk menyeberang ke restoran ini. Tak jarang para pejabat datang ke restoran apung ini untuk melakukan pertemuan atau sekedar berwisata.
Terdapat beberapa pilihan tempat makan dan bersantai, mulai dari yang menggunakan gazebo hingga yang bergaya lesehan. Tempat duduk dan meja yang disediakan juga ada beberapa pilihan, ada meja makan biasa yang beralas duduk yang empuk atau menggunakan tempat duduk bingbong. Bagi pengunjung yang ingin mencari spot foto juga bisa menggunakan tempat duduk gantung.
Restoran ini juga memiliki lantai dua yang konstruksinya menggunakan kayu. Dari lantai dua itu, pengunjung bisa menyantap hidangan laut sambil menikmati hamparan perairan Teluk Ekas yang biru.
Restoran Apung Ekas ini dirakit di atas pondasi drum plastik yang telah diatur seperti desain Keramba Jaring Apung. Agar tak hanyut terbawa arus, bangunan ini diikat pada dasar laut. Sampai dengan kondisinya yang sekarang, pembangunan restoran ini telah menghabiskan biaya hingga Rp3 miliar untuk bisa menampung 300an pengunjung secara bersamaan.
“Perhitungan teknis konstruksinya dirancang oleh ahlinya,” ungkap Yuli Ekawati, owner Restoran Apung Ekas, dilansir dari SuaraNTB.
Yuli menuturkan, restoran apung ini sudah mendapat rekomendasi dari Pemerintah Provinsi NTB seluas 100 hektar. Gubernur NTB, Zulkieflimansyah juga sangat antusias mendukung keberadaan restoran apung ini sebagai salah satu investasi masyarakat lokal.
Pasalnya, Teluk Ekas memang sedang dipersiapkan sebagai alternatif tempat wisata kuliner laut bagi wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika nantinya. Apalagi Teluk Ekas juga sedang berbenah untuk penyelenggaraan MotoGP nanti.
Yuli menambahkan, di bawah laut sudah dibangun struktur taman-taman karang bagi pengunjung yang ingin berwisata selam atau sekedar ingin melakukan snorkeling (menyelam di permukaan). Sebelum taman karang itu dibangun, kondisi karang telah rusak akibat penangkapan ikan dengan menggunakan cara-cara terlarang, mengebom dan menggunakan potasium.
Pengunjung juga bisa bermain kano dan mendapat edukasi tentang budidaya laut, seperti mutiara dan bulu babi. Selain itu, pengunjung juga bisa memanen sendiri sepat mutiara bagi yang ingin berbelanja mutiara asli laut selatan.
Ramai dikunjungi wisatawan
Di akhir pekan, tempat ini bisa didatangi pengunjung hingga mencapai 2 ribu orang. Karena itu, di saat ramai, waktu kedatangan pengunjung akan diatur agar bisa bergantian dengan pengunjung lainnya.
Para wisatawan lokal yang datang rata-rata mencari menu andalan lobster dan rumput laut. Beberapa menu lainnya yang ditawarkan antara lain ikan bakar, lobster bakar, kepiting dan rajungan, cumi-cumi, udang dan gurita. Harga menu ini juga masih tergolong bersahabat.
“Ada juga bulu babi bagi yang mau memesan. Bulu babi khasiatnya sangat baik untuk kesehatan,” ujar Yuli.
Semua jenis menu yang disajikan itu berasal dari hasil budidaya nelayan setempat. Hal itu membuat restoran apung ini menjadi alternatif pemasaran hasil budidaya laut, sehingga pembudidaya tak lagi terlalu tergiur untuk menjual ke pasar ekspor. Pasalnya, ditingkat lokal, harganya juga tak kalah saing dan daya beli masyarakat lokal juga mendukung.
“Kita mau budidaya lobster Indonesia itu ada di sini. Ngapain kita capek-capek ekspor. Ribet dan ketat. Pasar lokal saja kebutuhannya besar. Per Desember 2020 saja stok lobster kita sudah habis. Kalau tidak diatur usia budidayanya, tidak bisa dijual tiap hari,” kata Sekjen Himpunan Pengusaha Ikan Indonesia (Hipilindo) ini.
Namun, yang menjadi tugas bersama adalah mengedukasi masyarakat agar Teluk Ekas benar-benar siap menjadi desa wisata. Ia berharap, masyarakat lainnya atau investor lokal juga bisa membuat restoran apung.
“Sehingga saat KEK Mandalika bergerak nanti, kita benar-benar sudah siap sebagai penyangganya. Dampak ekonominya akan sangat besar bagi kesejahteraan dan ekonomi kerakyatan,” pungkas Yuli.