Mediatani – Ketua DPP PKS Bidang Tani dan Nelayan, Riyono menyoroti kekalahan Indonesia di World Trade Organization (WTO) dalam gugatan atas importasi ayam Brazil pada 2017.
Kekalahan ini pun membuat ayam dari Brazil dengan harga yang lebih murah terancam membanjiri pasar Indonesia.
“Saat ini ada 170.000 peternak lokal yang nasibnya di ujung tanduk, kebangkrutan sudah di depan mata,” kata Riyono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu, 9 Mei 2021, dilansir, (10/5/2021) dari laman Tempo.co.
Riyono menyebut kekalahan soal impor daging ayam ini akan berdampak besar bagi peternak lokal.
Apalagi dunia perunggasan nasional saat ini dari hulu ke hilir hampir 80 persen juga sudah dikuasai oleh asing.
“Ditambah serbuan daging ayam impor maka sudah tidak ada ruang peternak lokal untuk bisa hidup,” sebut dia.
Saat ini, ayam Brazil memang belum masuk ke Indonesia. Sebab, posisi terakhir pada pada fase pembahasan atas putusan Dispute Settlement Body (DSB) WTO.
Penilaian kepatuhan dilakukan usai Indonesia kalah menghadapi gugatan Brasil atas kebijakan importasi daging ayam Indonesia.
“Kalau tidak meningkatkan daya saing, Brasil sudah di depan mata. Ini cuma persoalan kita masih banding aja. Banding masih belum selesai. Namun kalau melihat tren (harga) ini, akan tetap kalah (bersaing),” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Syailendra pada 20 April 2021, melansir dari situs yang sama.
Riyono pun menjelaskan bahwa potensi produksi daging ayam menurut BPS 2018 ada sekitar 3,3 juta ton. Sementara, estimasi kebutuhan nasional 3,05 juta ton per tahun.
Dari data ini, kata Riyono, memberikan keyakinan bahwa Indonesia tidak butuh daging ayam impor dari Brazil yang rawan membawa penyakit, seperti kasus 2018 ketika ditemukan daging ayam Brazil mengandung Salmonella.
“Untuk itu, PKS meminta kepada pemerintah untuk bisa melindungi peternak lokal yang semakin tertekan dengan serbuan daging ayam impor,” ujarnya.
DPR Minta Pemerintah Perhatikan Nasib Peternak Mandiri
Sebelumnya sebagaimana diberitakan, tidak jauh beda, Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Johan Rosihan saat ini mengaku prihatin dengan carut-marutnya persoalan unggas di Tanah Air.
Padahal seharusnya persoalan perunggasan nasional ini dapat dikelola dengan baik karena kebutuhan produksi daging ayam sebagai salah satu sumber protein yang terus meningkat.
Johan menuturkan bahwa ternyata daya saing unggas di Indonesia sangat rendah akibat biaya pakan yang sangat mahal.
“Atas situasi ini saya mendesak Kementan (Kementerian Pertanian) agar memiliki kebijakan yang lebih berpihak kepada peternak rakyat, dan lebih memperhatikan nasib peternak rakyat yang semakin terpuruk akibat kebijakan pemerintah saat ini,” tutur Johan dikutip dari laman Liputan6.com, Kamis (6/5/2021).
Ia pun mengimbau Kementan khususnya dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) agar membantu peternak rakyat, supaya tidak mengalami kerugian yang sangat besar akibat harga sarana produksi peternakan sangat tinggi serta harga jual yang cenderung murah.
“Saya tekankan agar pemerintah jangan selalu berpihak pada perusahaan besar, namun perhatikanlah kondisi peternak rakyat yang semakin tertekan akibat kebijakan yang salah, seperti pemusnahan unggas dan ketergantungan impor pakan,” imbau Johan.
Kementan pun didesak segera membuat kebijakan yang memberikan perlindungan kepada peternak rakyat, dan memiliki model pemberdayaan peternak sehingga memiliki daya saing dalam tata niaga perunggasan nasional.
Johan mendesak agar pemerintah menyiapkan strategi untuk menurunkan biaya pakan dengan potensi lokal yang kita miliki.
“Perlu terobosan agar kita tidak selalu tergantung dengan bahan baku impor untuk urusan pakan ini,” lanjut Johan… baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)