Mediatani.co – Kepala Bagian Humas dan Hukum Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kabag Humas&Kum, Dirjen Horti, Kementan RI), Rico Simanjuntak berkesempatan hadir dalam diskusi bersama mahasiswa di Warung Selasar Pemula, Dramaga Bogor tadi malam (11/01/2019). Ia memaparkan tentang capaian Pemerintah RI, khususnya Kementan RI dalam menciptakan satu juta petani milleneal.
“Kementan akan ciptakan 1 juta petani milleneal di tahun 2019 ini, dan saat ini sudah mencapai 400 ribu petani melleneal. Selain itu Kementan juga memberikan bantuan berbagai alat dan mesin pertanian (Alsintan) hingga 200 ribu lebih alsintan yang diberikan (2018-red).” Ungkap Rico.
Rico mengajak generasi muda agar selalu terlibat aktif dalam memajukan sektor pertanian di Indonesia. Ia bertindak sebagai pembicara dalam diskusi rutin yang Colloquy serie ke- 3 dengan tema “Buka kacamata kuda: Bertani jangan sendiri, Bertani butuh sinergi”.
“Generasi milleneal ini kan sangat aktif dan mengerti teknologi, inovasi dan adopsi teknologi akan cepat terlaksana jika diambil alih oleh mereka, di tangan petani muda milleneal menggerakkan roda perekonomian bangsa” tutur pria yang akrab disapa Rico ini.
Target yang dituju oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, dalam hal ini Rico menjelaskan bahwa bukan hanya swasembada pangan, namun Indonesia juga bisa menjadi lumbung pangan dunia. Ia optimis untuk bisa mewujudkan cita-cita luhur dan belum pernah ada yang menerapkan ini.
“Kemajuan teknologi bergerak sangat pesat, adopsi teknologi dapat dilakukan oleh mereka yang melek teknologi” lanjutnya.
“Dengan sumberdaya alam yang melimpah, dan sumberdaya manusia utamanya generasi muda, kita dapat menjadi energi besar untuk mewujudkan hal ini” ungkapnya.
Hadir dalam kegiatan tersebut Humas Kementerian Pertanian, Abiyadun yang ikun men-support yang diungkapkan oleh Rico.
“Saat ini, era kolaborasi. Seperti tema diskusi ini, bertani jangan sendiri. Pemerintah sangat mendukung generasi muda untuk terlibat memajukan pertanian nasional” tuturnya dalam memulai pembicaraannya.
Diskusi yang dikemas dalam suasana santai a-la warung kopi itu dihadiri oleh mahasiswa dari IPB (Institut Pertanian Bogor), UNB (Universitas Nusa Bangsa – Bogor) dan juga UNS (Universitas Negeri Sebelas Maret – Surakarta) sebagai peserta diskusi.
Petani muda yang sedang menggeliatkan berbagai bidang usahanya sekaligus alumni Fakultas Pertanian IPB, Reza Ali Akbar bertindak sebagai moderator malam tadi.
Reza sempat memantik diskusi agar lebih hangat dengan menyinggung mengenai bagaimana bertani di era Revolusi Industri 4.0 seperti yang sedang berlangsung sekarang ini.
“Data hasil sensus pertanian 2013, ada sekitar 10 juta petani yang beralih profesi. Sedangkan regenerasi petani terasa jalan di tempat. Apakah ada sebuah peluang bagi generasi pemuda petani kendalanya.” Pantik Reza.
Pertanyaan ini pun disambut oleh para pemateri dengan membeberkan fakta di lapangan yang merupakan hasil kebijakan dan program dari Kementan RI.
“Pertama, melalui program perluasan areal tanam baru yakni jagung di lahan tidur banyak pemuda tani yang turut bergerak. Kalau dulu petani jagung hanya berusia tua.” Ungkap Abi dalam paparannya.
Ia melanjutkan bahwa yang ke-dua ialah program peningkatan produksi dan eksport hortikultura. Program ini berhasil menarik minat generasi muda untuk menjadi petani sekaligus pelaku usaha, karena tidak hanya difasilitasi dari bantuan produksi, pendapingan, tetapi juga dipermudahnya dalam pengurusan izin eksport, serta mendapatkan suntikan dana dari berbagi investor dalam maupun luar negeri.
“Jadi dulu kalau mengurus izin eksport itu sangat sulit, bahkan butuh waktu 2 hingga 3 bulan, itu pun tidak ada kejelasan yang pasti. Tetapi, hari ini melalui kebijakan Menteri Amran, hanya butuh waktu 3 jam saja, melalui online single submission (pendaftaran terpadu satu pintu berbasis daring –red).” Jelasnya.
Ketiga, Kementan membangun sistem tata niaga pertanian yang baru berbasis online dan dikelola oleh pemuda milleneal seperti salah satunya ialah pasar lelang cabai yang telah berkembang di berbagai daerah, misalnya Yogyakarta, bahkan sudah bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
“Keempat, mendorong pengelolaan lahan berbasis korporasi. Mulai dari hulu hingga ke hilir, petani diberikan akses sehingga bertani saat ini tidak lagi hanya untuk memenuhi kebutuhan keseharian saja, tetapi menjadikan petani sebagai pelaku usaha.” Pungkasnya.
/J