Mediatani – Sampah plastik telah menjadi masalah yang semakin serius di laut Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini. Masalah pencemaran lingkungan ini bahkan hampir dialami semua negara.
Sampah yang berasal dari darat ini menjadi masalah yang memprihatinkan karena membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan bisa sampai ratusan tahun, untuk bisa terurai.
Jurnal penelitian (Groh et al., 2019) menunjukkan data produksi plastik secara global yang sudah mencapai 380 juta ton pada tahun 2015, dimana sekitar 40 persen plastik tersebut digunakan untuk pengemasan.
Sementara dalam jurnal penelitian lain (Zhang, Show, & Ho, 2019) menjelaskan, sampah plastik yang dibuang memiliki sisi negatif yang dapat menimbulkan beberapa masalah lingkungan yang serius, seperti emisi gas rumah kaca, generasi mikroplastik dan efek beracun yang ditimbulkannya.
Oleh karena itu, masyarakat diajak untuk selalu menjaga kesehatan lingkungan, termasuk laut, dari sampah plastik. Salah satu pejabat KKP yang menyampaikan hal ini adalah Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja.
Dia menjelaskan, pihaknya mengajak masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan laut, karena kesejahteraan manusia bergantung juga pada kesehatan laut. Hal ini sejalan dengan arahan dan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang menekankan pentingnya menjaga kesehatan laut untuk mendukung ekonomi laut yang berkelanjutan.
Kesehatan laut juga menjadi syarat utama konsepsi ekonomi biru yang saat ini tengah dikembangkan KKP di Indonesia. Kata kunci dari upaya ini yaitu berkelanjutan, efisien, tanpa limbah, keadilan inklusif, pertumbuhan ekonomi, dan kesadaran publik.
Maka dari itu, KKP telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan sampah plastik, salah satunya dengan melaksanakan penelitian melalui BRSDM. Seperti kerja sama penelitian Pusat Riset Kelautan BRSDM dengan mitra Prancis tentang marine debris project. Menteri Kelautan Prancis Annick Girrardin langsung berkunjung ke Kantor BRSDM terkait kerja sama tersebut, 10 Juni lalu.
Penelitian lain dilakukan oleh Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) yang berada di bawah supervisi Pusat Riset Perikanan BRSDM. Solusi yang ditawarkan dari penelitian tersebut yakni mengatasi permasalahan sampah plastik, yaitu dengan bioplastik berbahan rumput laut.
Peneliti LRMPHP Putri Wullandari menjelaskan bahwa rumput laut merupakan salah satu bahan yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku bioplastik, dimana karaginan adalah salah satu fikokoloid paling menjanjikan yang menunjukkan kemampuan pembentukan film yang sangat baik.
“Metode yang biasa digunakan dalam pembuatan bioplastik yaitu metode casting namun memiliki kelemahan yaitu belum dapat diproduksi secara massal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan metode ekstrusi untuk membuat bioplastik dengan bahan dasar karagenan,” jelas Putri.
Ekstrusi yang dimaksud merupakan proses yang berkesinambungan selama bahan baku plastik meleleh dan selanjutnya dibentuk menjadi panjang terus menerus dari produk plastik dengan profil konstan cross-sectional, dan produk kemudian dapat dipotong menjadi panjang yang sesuai dengan yang diinginkan oleh peralatan pasca-die tertentu.
Menurutnya, penelitian ini menghasilkan beberapa rangkaian alat yang meliputi mixer, extruder, conveyor, dan pelletizer. Mixer tersebut memiliki spesifikasi kapasitas tanki 5 kg yang dilengkapi sistem pengaduk berputar (1/2HP) dan pemanas listrik dengan total daya 470 W. Mesinnya mengunakan material stainless steel dan hard chrome.
Extruder, lanjutnya, merupakan tipe screw tunggal dengan kapasitas produksi 2,42 kg per jam. Alat ini dilengkapi empat elemen pemanas elektrik dengan thermocontrol, yang memiliki 1 lubang die berdiameter 2–3 mm. Material mesinnya mengunakan stainless steel dan hard chrome dengan total daya 600 W.
Sementara itu, konveyor memiliki spesifikasi panjang 1,5 m dengan media pendingin air, yang dilengkapi water chiller. Material alatnya menggunakan stainless steel dengan total daya 125 watt (220 V).
Adapun pelletizer menggunakan pisau berputar dengan motor ¼ HP yang dilengkapi pengatur kecepatan. Materialnya menggunakan stainless steel dengan daya 70 W (220 V). Rangkaian alat extruder tersebut menghasilkan film yang seragam dengan kapasitas produksinya mencapai 2,42 kg/jam.