Mediatani – Bukannya dibuang, petani garut mampu buktikan bahwa limbah kopi dapat diolah menjadi berbagai produk yang memiliki banyak manfaat.
Melansir dari Sindonews, salah satu petani kopi dari Kamojang, Garut, Jawa Barat, Darmin menceritakan hasil budidaya kopinya dari memanfaatkan limbah kopi hingga membuka lapangan pekerjaan di dekat tinggalnya itu.
Darmin yang merupakan binaan dari Indonesia Power (IP) menjelaskan bahwa budidaya kopi mengutamakan unsur-unsur kebaruan, seperti pengelolahan limbah sampai zero waste dengan menciptakan produk yang bermanfaat.
Tak tanggung-tanggung, produk olahan limbah kopi tersebut dapat mendatangkan cuan yang jumlahnya tidak sedikit.
“Di Desa Kamojang itu awalnya ada 9 ton limbah kopi per tahun yang terbuang dan tidak dimanfaatkan. Limbah itu diolah menjadi produk kaya nutrisi seperti Cascara Cookies dengan omzet per tahun Rp21.600.000.” ungkap Darmin.
Selain Cascara Cookies, ada pula hand sanitizer dan disinfektan kopi yang omzet per tahunnya mencapai Rp17.430.000, pellet pakan ikan menghasilkan omzet Rp2.400.000 per kuintal, dan teh Cascara yang omzetnya mencapai Rp26.400.000 per tahun.
Banyaknya produk yang dihasilkan dari limbah kopi ini tidak lepas dari banyaknya senyawa aktif yang terkandung di dalamnya.
Kandungan senyawa aktif yang ada pada kulit kopi yaitu tannin 1,8-8,56%, pektin 6,5%, kafein 1,3%, asam klorogenat 2,6%, asam kafeat 1,6%[2], antosianin total 43% (sianidin, delpinidin, sianidin 3-glikosida, delpinidin 3-glikosida, dan pelargonidin 3-glikosida).
Kemudian terkait pembukaan lapangan kerja, Darmin bercerita jika di lingkungannya itu sedikitnya ada 21,65 persen masyarakat usia produktif yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan 3,671 hanya lulusan sekolah dasar.
Sebanyak 587 masyarakat merupakan keluarga miskin dan di sana pula terdapat 9 ton per tahun limbah kopi yang dulunya belum dimanfaatkan.
Menurut Darmin, program budidaya kopi bernama Kopi Wanakan dan Pelag yang melibatkan kelompok tani Gunung Kamojang ini dinilai cukup efektif. Sebab, sudah menghasilkan sederet manfaat bagi masyarakat sekitar dan lingkungan.
Manfaat untuk lingkungan misalnya, dengan mengurangi pencemaran tanah sebesar 321 kg PO 4-3, telah menekan pencemaran air hingga 1.140 kg SO 2eq, dan juga penyerapan CO2 Ton CO 2eq.
Dari sisi sosial, inovasinya itu telah memberikan akses kepada kelompok tani yang berjumlah 271 orang untuk terlibat dalam budidaya kopi dari hulu hingga hilir.
“Untuk segi ekonomi, budidaya itu menghasilkan peningkatan nilai jual kopi dari Rp5.000 per kilo menjadi Rp120.000 per kilo. Pendapatan pelaku budidaya kopi juga meningkat 67 persen dan pengentasan kemiskinan 65 persen,” ungkap Darmin, Sabtu (4/12/2021).
Budidaya kopi yang dilakukan Darmin didukung dengan dua metode yang mendorong hasil lebih maksimal dan manfaat lebih besar. Metode tersebut adalah dengan penggunaan EBT solar cell yang dapat menghemat biaya produksi senilai Rp6 juta per tahun.
Metode yang kedua adalah dengan pengembangan budidaya lebah untuk membantu penyerbukan tanaman kopi.
Kisah Darmin membuktikan bahwa industri kopi di Indonesia semakin berkembang seiring bertambahnya peminat yang berasala dari berbagai kalangan masyarakat. Harapannya budidaya kopi dapat terus didukung secara masif guna mengembangkan potensi tersebut.