Selain Gunung Abbo, Ini 7 Destinasi Wisata di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

  • Bagikan

Mediatani – Gunung Abbo yang terletak di Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan menjadi perbincangan hangat usai seorang pendaki perempuan yang hilang selama tiga hari ditemukan. Di sisi lain, spot wisata di TN itu memang banyak.

Kejadian itu dialami oleh Eva (24). Dia hilang di Gunung Abbo, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel) tak lama setelah pamit buang air kecil. Eva lalu ditemukan tim SAR tiga hari kemudian.

Gunung Abbo sendiri memiliki lembah yang merupakan kampung dan ditinggali warga pada 1960-an. Tapi, kehidupan yang sulit membuat mereka meninggalkan kampung itu.

Penyebabnya, sulit menjual hasil tanam, bahkan ke desa terdekat, Desa Leang-leang dan Desa Panaikang.

Kini perkampungan yang sudah mati itu biasa menjadi destinasi para pendaki yang mendaki ke Gunung Abbo.

Para pendaki pun lazimnya memerlukan perjalanan darat sekitar 1 hingga 2 jam dari Desa Panaikang ke Gunung Abbo.

Kawasan itu cukup menarik dengan bentangan karst yang dianggap bagus dan air yang selalu tersedia. Juga, beragam burung yang bisa dilihat dari dekat.

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung atau juga disebut sebagai TN Babul yang menjadi wilayah konservasi alam sejak 2004, memiliki sejumlah titik wisata.

Taman dengan luas sekitar 43.770 hektare itu memiliki wisata alam berupa lembah bukit kapur yang curam dengan vegetasi tropis, air terjun, dan gua yang merupakan habitat beragam spesies fauna, termasuk kupu-kupu.

Pada tahun 2019 lalu, TN Babul dinyatakan sebagai ASEAN Heritage Park.

Nah, Berikut deretan tempat wisata di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung:

1. Kerajaan Kupu-kupu

Alfred Russel Wallace menjuluki Bantimurung sebagai The Kingdom of Butterfly, Kerajaan Kupu-kupu. Dia telah meneliti lokasi itu antara tahun 1856-1857.

Selama setahun di sana, Wallace menyimpulkan terdapat sedikitnya 250 spesies kupu-kupu. Di sana pula terdapat 20 jenis kupu-kupu yang dilindungi dan spesies endemik.

Namun, kemunculan kupu-kupu dalam jumlah yang begitu banyak hanya terjadi dua kali dalam setahun, saat peralihan musim hujan ke kemarau ataupun sebaliknya.

Biasanya, fenomena ini berlangsung hanya selama 1 hingga 2 pekan di setiap peralihan musim.

Kupu-kupu cantik dengan beragam corak dan warna itu akan mati dengan sendirinya jika mencapai waktu antara 15 sampai 30 hari.

Lokasi wisata ini mudah ditemukan dengan adanya gapura kupu-kupu raksasa. Selain itu, juga menempel tulisan besar-besar Taman Nasional Bantimurung Bulukaraeng.

Di dalam kawasan, ada Museum Kupu-kupu. Di dalam museum tersimpan ratusan kupu-kupu yang diawetkan.

Wisatawan juga bisa menikmati aliran air terjun Bantimurung. Traveler diizinkan untuk basah-basahan di sana saat debit air dinilai cukup aman.

2. Gua-gua Prasejarah dan Tebing untuk Petulangan

Taman Nasional Bantimurung Bulukaraeng merupakan kawasan karts atau kapur. Setidaknya ada 400 gua berada di kawasan itu, dengan 89 di antaranya merupakan gua prasejarah.

Gua-gua di kawasan itu menyuguhkan keindahan stalaktit dan stalakmit, juga ornamen gua lainnya.

Gua prasejarah itu dinding-dinding gua terdapat lukisan telapak tangan manusia, babi rusa dan berbagai macam artefak.

Gambar telapak tangan ini disinyalir merupakan telapak tangan manusia purba. Letaknya berada di Gua Pettakere.

Bagi traveler yang menyukai tantangan, gua-gua di Bantimurung Bulusaraung memiliki beberapa spot untuk memanjat tebing dan telusur gua.

Salah satu gua yang direkomendasikan untuk petualang adalah gua vertikal Leang Pute.

Gua ini seperti sebuah sumur yang amat sangat dalam dengan dinding-dinding yang dipenuhi dengan bebatuan yang meruncing. Kedalamannya 260-270 meter.

Traveler yang ingin menyusuri gua ini harus berbekal stamina, keahlian, peralatan, dan dukungan tim yang solid.

Merujuk situs menlhk, spot panjat tebing karst yang cukup terkenal diantaranya:

– Tebing Giant Label atau tebing depsos

tebing ini mencolok dengan tulisan “Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung” di dinding batu karst.

Spot panjat ini terletak di Kelurahan Kalabbirang tepat berada di belakang kantor Pusat Pelayanan Sosial Bina Remaja (PPSBR) “Makkareso” Maros. Tulisan besar ini memiliki tinggi dari permukaan tanah sekitar 75 meter dan lebar spot panjat sekitar 100 m.

– Tebing Biseang Labboro (Bislab)

Lokasinya berada di Desa Samangki, Simbang, Maros. Tebing ini berada di Kawasan Wisata Pattunuang Asue. Tinggi spot panjat sekitar 70 m dengan lebar sekitar 200 meter.

Spot ini juga menyuguhkan keindahan alami dengan koridor karst berpadu dengan aliran sungai Pattunuang di tengahnya.

– Tebing Pakalu

Tebing ini berada di kelurahan Kalabbirang, Bantimurung dengan tinggi spot panjat sekitar 80 meter dan lebar spot sekitar 80 meter.

– Tebing Sanctuary Kupu kupu

Tebing ini berada di dalam dome raksasa dengan ketinggian mencapai 20 meter.

– Tebing Bulu Sakapao (Bellae)

Spot ini terletak di Kelurahan Bellae, Minasatene, Pangkep. Ketinggian dari permukaan tanah sekitar 45 meter dengan lebar spot panjat sekitar 10 meter.

3. Gunung Bulusaraung

Jalur pendakian di gunung ini cocok untuk pendaki pemula. Diperlukan waktu dua sampai tiga jam untuk mencapai puncak gunung yang memiliki tinggi 1.350 meter di atas permukaan laut.

Jalur pendakian yang terjal hanya pada pos 1 sampai dengan pos 3, jalur selanjutnya hingga pos 9 relatif lebih enteng. Pos 9 adalah lokasi berkemah.

Keletihan menanjak gunung akan terbayar dengan suguhan indahnya panorama alam dengan pandangan terbuka 360 derajat ketika sampai di puncak.

Gugusan puncak-puncak bukit karst tersaji bak ujung paku yang runcing-runcing berderet. Semburat jingga saat sunset tiba adalah puncak keindahan yang memukau.

4. Kawasan Prasejarah Leang-leang

Leang-leang merupakan sebuah kelurahan di Maros yang masih masuk dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulukaraeng.

Di sini, kamu bisa menikmati pegunungan karst terbesar di dunia yang sudah berumur ribuan tahun.

Andai tidak ingin memasuki gua atau memanjat tebing, traveler bisa menikmati view yang indah tiada tara di kawasan ini. Dinding bukit kapur kontras dengan padang rumput dan sinar matahari serta langit biru yang tidak terganggu polusi udara.

5. Kawasan Pengamatan Satwa Karaenta

Cagar Alam Karaenta memiliki luas 1000 hektare yang berjarak 11 km dari Kota Turikale dan 26 km dari Kota Makassar. Cagar alam ini memiliki 200 jenis tanaman dan lumut-lumutan, namun bukan itu yang menyebabkan cagar alam ini terkenal.

Cagar alam ini dikenal sebagai rumah bagi satwa endemik Sulawesi, yaitu kera hitam Sulawesi (Macaca maura).

Maura adalah kera yang berwarna hitam dan tidak memiliki ekor. Kera ini tergolong dalam kera yang liar karena mendengar suara sedikit saja kawanannya pun akan lari untuk bersembunyi di hutan

6. Pemandian Alam Leang Lonrong

Taman Nasional Bantimurung Bulusaraeng juga memiliki pemandian alam aliran sungai yang mengalir dari gua Leang Lonrong. Gua yang berada di bawah tebing karst ini memiliki sungai yang selalu mengalir sepanjang tahun dengan air yang jernih.

Traveler hanya perlu membayar tiket masuk sebesar Rp 7.000 untuk dewasa dan Rp 5.000 untuk anak-anak.

7. Danau Kassi Kebo

Danau Kassi Kebo juga disebut Danau Toakala. Danau ini adalah sebuah danau alami berukuran mini di Indonesia yang berada di tengah kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Danau ini dikelilingi tebing-tebing terjal dan dihiasi hamparan pasir putih di tepiannya. Danau inilah yang menjadi habitat utama dari kupu-kupu yang ada di Bantimurung ini.

  • Bagikan