Semakin Berkualitas, Ekspor Kakao Jembrana Diakui di Pasar Internasional

  • Bagikan
Sumber foto: cocoainfo.wordpress.com

MediataniĀ – Kualitas dari biji kakao di Kabupaten Jembarana, Bali semakin diakui di pasar internasional. Ekspor biji kakao organik yang diolah dengan teknik fermentasi ini terus mengalami peningkatan. Dilansir dariĀ Merdeka.com pada Selasa (02/03/2021) Karantina Pertanian Denpasar memeriksa satu ton biji kakao organik milik Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KKSS). Pemeriksaan tersebut dilakukan sebelum dikirim ke Jepang.

Berdasarkan dari data di sistem perkarantinaan, IQFAST Barantan, volume ekspor biji kakao Jembarana mengalami peningkatan seiring pengakuan kualitasnya oleh pasar internasional. Pada tahun 2020, tercatat volume ekspor biji kakao mencapai hingga 26 ton. Angka ini jauh lebih meningkat dibanding dari tahun sebelumnya yang hanya tercatat di angka 7,5 ton. Sementara di tahun 2021 ini, hingga bulan Februari, total ekspor yang tercatat yaitu sebanayak dua ton.

Merespon hal tersebut, I Putu Terunanegara selaku Kepala Karantina Pertanian Denpasar menyampaikan harapannya terhadap program pendampingan dan juga pulihnya pergerakan ekonomi di Indonesia. Tahun 2021 ini, kegiatan ekspor komoditas kakao tersebut mampu menembus tiga kali lipat kenaikannya dari tahun 2020 kemarin. Dia juga menjelaskan bahwa biji kakao Jembarana ini mempunyai keunggulan dibanding dengan daerah lain. Kelebihannya karena dipengaruhi dari proses penanaman serta pasca panennya.

“Kakao ini kita pelihara menerapkan pertanian organik tanpa menggunakan pestisida apa pun dan pengolahan pasca panennya menerapkan teknik fermentasi. Walau butuh waktu yang cukup lama, tetapi teknik fermentasi akan menghasilkan kakao yang mengeluarkan aroma yang khas,” imbuhnya.

Dengan pencapaian tersebut, Terunanegara merasa optimistis bahwa ekspor komoditas tersebut mampu mengalami peningkatan melalui perluasan ke negara-negara baru. Dengan adanya program pendampingan ekspor dari Karantina Pertanian Denpasar, diharapkan ada hubungan antara permintaan pasar yang semakin meluas dengan peningkatan hasil produksi di lingkup petani.

“Selain di Jepang, biji kakao Jembrana saat ini telah mampu menembus pasar mancanegara. Beberapa negara mancanegara yang dimaksud adalah Amerika Serikat, Austria, Belanda, Jerman, Malaysia, Prancis, Singapura dan Swiss,” jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, I Ketut Wiadnyana selaku Ketua KKSS merasakan sekali manfaat pendampingan yang dilaksanakan Karantina Pertanian, terkait persyaratan ekspor dan percepatan dalam pelayanan sertifikasi karantina.

“Kami bersungguh-sungguh dalam mendampingi dan juga mempermudah dalam kegiatan ekspor biji kakao. Kemudian hasil pertanian kami selalu diterima dengan lancar dan baik menuju negara tujuannya sebab persyaratan ekspornya yang sudah memenuhi standar dengan baik,” ujarnya.

Sementara itu, Ali Jamil selaku Kepala Badan Karantina Pertanian RI menyampaikan bahwa Indonesia menjadi negara penghasil kakao terbesar ke tiga yang ada di dunia. Tetapi, jumlah yang besar tidak menjamin akan memiliki kualitas yang bagus pula. Jika pengolahan pascapanen belum sesuai dengan standar negara tujuan.

“Dengan adanya terobosan dari petani Jembrana, diharapkan semoga mampu mendorong permintaan ekspor kakao kita,” ujar Jamil.

Jamil juga menjelaskan bahwa komoditas yang berasal dari subsektor perkebunan ini merupakan salah satu fokus komoditas yang termasuk ke dalam program upaya peningkatan ekspor pertanian. Dalam rangka menggalakkan Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian (Gratieks). Secara nasional, tercatat total nilai ekspor mencapai hingga Rp 336,8 miliar di tahun 2019. Angkanya mengalami peningkatan yang signifikan menjadi Rp 831,9 miliar di tahun 2020.

“Hal ini menjadi angin segar bagi para petani kakao sebab seperti yang kita ketahui bahwa harga biji kakao dunia semakin lama semakin meningkat. Ke depannya, bukan hanya biji kakao, tetapi ekspor produk turunannya pun ikut meningkat,” kata Jamil.

  • Bagikan