Mediatani – Beternak kelinci jenis apa saja tentu sangat dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran yang ekstra ya guys! Termasuk kelinci jenis Holland Lop.
Sosok Eko Sabdianto, Breeder Kelinci Spesialis Holland Lop yang berlokasi di Jalan Kelud Gang Punden RT 2 RW 11, Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Kota Batu ini memberikan masukan kepada peternak pemula agar memilih kelinci jenis lokal terlebih dahulu.
“Karena alasannya lebih mudah dalam hal perawatan daripada langsung memelihara kelinci jenis holland lop. Sebab, berbeda karena jenis ini lebih mudah mati dan rentan stres jika tidak tahu cara merawatnya,” tutur Founder KWB Rabbitry Indonesia ini, Jumat (4/6/2021), melansir, Senin (7/6/2021) dari laman Bangsaonline.com.
Dian, kerap ia disapa, mengutarakan bahwa beternak kelinci holland lop memanglah sangat menguntungkan, meski begitu pula membutuhkan kesabaran, atau lebih tepatnya kesabaran yang ekstra.
Lazimnya, kelinci baru siap untuk dijual atau dipasarkan saat berumur 2,5 bulan, atau lebih tepatnya sudah siap sapih dan tidak menyusui induknya lagi.
“Karena kita belum bisa menikmati hasilnya hingga beternak setidaknya 4 bulan, bahkan setengah tahun. Karena kelinci bisa dipanen biasanya di usia 2,5 bulan-3 bulan, khususnya untuk kelinci jenis holland lop. Pada usia itu, kelinci sudah siap untuk dipasarkan atau dijual,” jelas dia.
Breeder sekaligus penghobi kelinci holland lop ini memberikan tips dan trik, agar kelinci terutama jenis holland lop yang dipelihara tidak cepat mati dan stres.
“Salah satunya pakan yang tak kalah penting, karena jenis kelinci holland lop ini tidak boleh sembarangan diberikan pakan seperti kelinci jenis lain pada umumnya. Kalau untuk pakan harus 80 persennya rumput kering jenis timothy hay, sisanya pelet khusus kelinci. Sebab, pencernaan kelinci tergolong sensitif, jika sembarangan memberikan pakan, alhasil kelinci akan mencret dan kembung yang berujung pada kematian,” bebernya.
Pun dengan kebersihan kandang, lanjut dia, harus tetap terjaga dan selalu bersih dan kering. Sirkulasi udara harus dijaga agar tidak lembap.
“Selain itu juga yang tak kalah penting, sediakan juga air minum yang bersih dan tidak terkontaminasi dengan apa pun. Kelinci juga butuh minum, jika ada peternak yang mengatakan kelinci tak butuh minum, itu pendapat yang sangat keliru,” tukasnya.
Disinggung perihal pemasarannya ke mana dan bagaimana, pria yang baru saja mengakhiri masa lajangnya ini mengaku tidak kesulitan.
“Pemasarannya bisa melalui media sosial seperti WhatsApp, Facebook, maupun Instagram. Di medsos juga banyak sekali grup maupun komunitas kelinci se-Indonesia. Jadi, kita cukup mem-posting foto kelinci kita dan meninggalkan nomor WhatsApp yang bisa dihubungi,” jelasnya.
Disinggung lebih jauh, berapa pendapatan setiap bulannya dari hasil penjualan kelinci di situasi pandemi, lelaki yang juga berprofesi sebagai jurnalis ini enggan mengungkapkan.
Namun ia menyebut kelincinya bisa laku terjual dari Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta per ekor. Tergantung kualitas kelincinya.
“Walaupun masih pandemi seperti saat ini penjualan masih stabil, bahkan tak berpengaruh, karena pembeli didominasi rata-rata dari luar kota dan dari luar pulau,” ujarnya.
Dirinya menegaskan bahwa beternak kelinci bukan sesuatu yang hal remeh. Menurut dia, beternak kelinci adalah peluang bisnis yang sangat amat menjanjikan dan menguntungkan jika terus ditekuni.
“Saat ini saya juga tengah mengembangkan kandang lagi di Desa Tlekung, Jalan Daip No. 11, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Jadi, saya persilakan bagi calon pembeli yang ingin melihat langsung ke kandang, sekaligus sembari ngopi dan sharing seputar kelinci holland lop. Dan perlu diingat, berilah hewan kesayangan kita pakan yang enak, muliakanlah hewan ternak kita. Insya Allah, ia akan membalasnya dengan caranya ia sendiri,” tutupnya. (*)