Mediatani – Berbagai spekulasi tentang rencana planet Mars sebagai alternatif tempat tinggal manusia kembali mencuat. Belum lama ini para ilmuwan membuat terobosan untuk mempelajari cara bercocok tanam di planet merah itu.
Misi tersebut sebagai salah satu persiapan agar manusia dapat memenuhi kebutuhan pangannya disana. Karena mengangkut tanah dari Bumi ke Mars adalah hal yang hampir mustahil dilakukan oleh pesawat ulang alik. Oleh karena itu, ahli geologi dari University of Georgia mencari cara terbaik untuk menggunakan bahan yang sudah tersedia di Mars.
Seperti dikutip dari Phys, Rabu (28/10/2020) peneliti pun mengembangkan campuran tanah buatan seperti yang ditemukan di Mars. Dengan tanah buatan itu, peneliti dapat melakukan simulasi kondisi dan seberapa subur tanah di Mars.
“Kami ingin menyimulasikan karakteristik material tertentu yang dapat ditemukan di permukaan Mars. Simulasi susunan mineral dapat memberi tahu kita mengenai potensi kesuburan tanah. Termasuk jika tak layak, solusi apa yang dapat digunakan,” papar Laura Fackrell, penulis utama studi ini.
Peneliti membuat tanah buatan tersebut dengan menggunakan data-data sampel permukaan planet yang diambil oleh NASA. Dari data itu kemudian peneliti mengembangkan tiruan tanah Mars.
Sebenarnya, permukaan Mars mengandung sebagian besar nutrisi penting tanaman, termasuk nitrogen, fosfor, dan kalium. Meski demikian, peneliti belum memastikan apakah nutrisi itu kemudian dapat digunakan oleh tanaman. Selain itu, atmosfer di Mars tipis, sangat dingin dan oksigennya rendah.
“Benar-benar menanam di tanah yang punya kandungan nutrisi, bukan berarti tanaman benar-benar dapat tumbuh. Sebab bisa saja nutrisi tidak tersedia dalam jumlah yang cukup atau justru punya konsentrasi sangat tinggi sehingga beracun bagi tanaman,” jelas Fackrell.
Dalam studi yang telah dipublikasikan dalam jurnal Icarus ini juga menyebutkan, dengan menggunakan simulasi tanah Mars, peneliti menemukan bahwa tekstur tanah menjadi berkerak dan kering yang dapat mencerminkan beberapa kondisi tanah Mars lebih sulit digunakan.
Dapat disimpulkan, kemungkinan untuk bercocok tanam di Mars pun menjadi jauh lebih sulit. Namun Fackrell menyebut, ada alternatif lain yang bisa dicoba untuk menumbuhkan tanaman, yakni dengan menggunakan bakteri atau jamur.
“Jenis bakteri dan jamur tertentu diketahui bermanfaat bagi tumbuhan dan mungkin dapat mendukung dalam kondisi lingkungan seperti di Mars,” katanya.
Tanda-tanda kehidupan di Planet Mars
Dikutip dari Kompas, Minggu, (03/10/2020), sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Nature Astronomi menyebutkan, telah terdeteksi beberapa jejak-jejak keberadaan air di Mars. Jejak-jejak air itu ditemukan pada kolam air yang memiliki permukaan tidak rata, dan memiliki ukuran berbeda-beda, serta dipisahkan dari danau utama oleh sebidang tanah kering.
Tim peneliti menyebut hasil temuan ini sangat penting, sebab keberadaan air dalam bentuk cair menunjukkan bahwa perairan di sana mengandung banyak garam. Hal itu membuat titik beku air menjadi lebih rendah, sehingga mencegah air membeku meski berada dalam lingkungan yang dingin, dan membuat mereka mampu bertahan lebih lama.
Selain itu, sebuah studi yang dipublikasikan tahun lalu mengindikasikan bahwa pada 3 sampai 4 miliar tahun yang lalu, planet Mars kemungkinan besar memiliki suhu cukup hangat.
Planet itu juga diperkirakan memiliki curah hujan tinggi dan air yang mengalir deras, sehingga mampu menciptakan lingkungan sederhana yang bisa mendukung jenis kehidupan sederhana. Ketika temperatur di Mars mulai turun, air yang ada di planet itu juga mulai membeku.
Para ilmuwan kemudian berspekulasi, kemungkinan adanya anaerob, organisme kecil yang tidak membutuhkan oksigen, atau ekstremofil, yang dapat bertahan hidup dalam suhu dingin atau panas yang ekstrem. Bahkan, dimungkinkan pula keberadaan aerob, organisme kecil yang membutuhkan oksigen. Air asin, seperti danau atau kolam, menampung enam kali jumlah minimal oksigen yang dibutuhkan mikroba untuk bernapas.