Mediatani – Perusahaan startup akuakultur dari Bandung berhasil mendapatkan pendanaan Seri D sebesar US$ 200 juta atau sekitar Rp 3 triliun. Dana ini akan digunakan untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan dalam mengembangkan komunitas pembudidaya di Indonesia dan meningkatkan transaksi pakan ikan serta ikan segar di platform eFishery.
Dengan adanya pendanaan tersebut, valuasi perusahaan mencapai lebih dari US$1 miliar dan berhasil meraih status sebagai “unicorn” (perusahaan dengan valuasi lebih dari US$1 miliar).
Pendanaan Seri D ini dipimpin oleh 42XFund, sebuah perusahaan manajemen investasi global yang berbasis di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dengan dukungan dari Kumpulan Wang Persaraan (Diperbadankan) (KWAP), perusahaan dana pensiun terbesar di Malaysia, serta respons Ability (rA), sebuah perusahaan manajemen aset yang berbasis di Swiss, dan 500 Global.
Investor awal seperti Northstar, Temasek, dan Softbank juga ikut berpartisipasi dalam putaran pendanaan ini. Selain itu, Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat pendanaan eksklusif. Investasi terbaru ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap ekosistem akuakultur terintegrasi yang dimiliki oleh eFishery.
Ekosistem terintegrasi eFishery mencakup pasar pakan ikan dan udang, platform penjualan produk ikan dan udang segar secara B2B (Business to Business), serta akses keuangan bagi pembudidaya ikan. Ekosistem ini telah memberikan dukungan bagi lebih dari 70.000 pembudidaya ikan dan petambak udang di lebih dari 280 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.
Menurut penelitian terbaru dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), pada tahun 2022 eFishery berhasil memberikan kontribusi sebesar Rp3,4 triliun atau sekitar 1,55% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektor akuakultur di Indonesia.
Gibran Huzaifah, Co-Founder dan CEO eFishery, menyatakan bahwa saat ini perikanan budidaya merupakan sektor dengan pertumbuhan paling cepat dalam industri perikanan secara global.
“Dukungan strategis yang kami terima dari para investor akan membantu eFishery merevolusi seluruh industri, melalui integrasi pembudidaya ikan dan petambak udang skala kecil dengan ekosistem eFishery yang mencakup seluruh value chain bisnis budidaya perikanan,” ungkap Gibran, dilansir dari DetikFinance, Jumat (7/7/2023).
Dana dari pendanaan Seri D akan dialokasikan untuk mengembangkan komunitas pembudidaya ikan dan petambak udang melalui eFishery, dengan target mencapai lebih dari 1 juta kolam budidaya di Indonesia pada tahun 2025. eFishery juga akan menggunakan pendanaan tersebut untuk meningkatkan transaksi pakan ikan dan produk akuakultur segar melalui platform mereka.
Pengembangan komunitas petambak ini sejalan dengan upaya eFishery untuk meningkatkan ekspor produk udang dalam negeri yang bebas dari penggunaan bahan kimia dan antibiotik, serta memiliki sistem pelacakan (traceability) yang dapat dilacak sepenuhnya hingga ke pasar internasional. Hal ini juga akan membantu mendekatkan hubungan antara konsumen dan petambak.
Principal 42XFund, Iman Adiwibowo mengungkapkan harapannya bahwa visi eFishery dapat memberikan nilai tambah dan berkontribusi terhadap pertumbuhan perusahaan. Teknologi dan solusi akuakultur yang disediakan oleh eFishery telah memiliki dampak yang signifikan dalam industri teknologi budidaya, serta memberikan manfaat bagi para pembudidaya kecil di Indonesia.
“Kami percaya bahwa eFishery dapat terus berkontribusi mewujudkan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, sekaligus berperan dalam melestarikan lingkungan di Indonesia, bahkan dunia,” ujarnya.
Khailee Ng, Managing Partner di 500Global, menyoroti keunikan eFishery dalam hal inovasi model bisnis. Prestasinya dalam tiga aspek yaitu skalabilitas, pertumbuhan yang berkelanjutan, dan profitabilitas yang konsisten selama bertahun-tahun telah terbukti. Hal ini bahkan terjadi sebelum perusahaan mencapai valuasi di atas US$ 1 miliar. Model bisnis yang unik seperti ini layak untuk diadopsi di Silicon Valley.
Rik Vyverman, Global Head of Sustainable Food Equity di respons Ability Investments AG, menambahkan bahwa model bisnis eFishery, yang mempersingkat rantai pasokan, dapat terus mengganggu pasar akuakultur tradisional di Indonesia dan dunia. Pertumbuhan perusahaan ini akan semakin berkontribusi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang lebih luas.
Chris Teoh, Direktur Investasi rA Southeast Asia, menyatakan kepercayaannya terhadap perusahaan eFishery. Dia mengamati kepemimpinan yang kompeten di eFishery, serta kedekatan perusahaan dengan komunitas pembudidaya dan semua pemangku kepentingan.
Hal ini membuatnya yakin bahwa perusahaan akan terus memodernisasi industri akuakultur secara menyeluruh, mulai dari rantai pasokan hingga konsumen, dengan pendekatan farm-to-fork.
eFishery didirikan di Bandung, Jawa Barat pada tahun 2013, dan telah membawa perubahan besar dalam industri akuakultur melalui solusi digital auto feeder berbasis Internet of Things (IoT). Solusi ini dirancang untuk meningkatkan akuntabilitas, efisiensi, dan kenyamanan dalam bisnis budidaya ikan.
Pendekatan teknologi eFishery yang berbasis data menggunakan sensor untuk mengukur pergerakan ikan dan akustik udang, dengan tujuan mengoptimalkan pemberian makanan, menjaga kesehatan ikan, meningkatkan kualitas air, dan mengurangi limbah.