Mediatani – Sebuah Startup teknologi perikanan berbasis teknologi Internet of Things (IoT) bernama Banoo buatan mahasiswa dan alumni UGM terpilih untuk mengikuti kompetisi startup sosial berskala global mewakili Indonesia.
Banoo menjadi satu-satunya finalis Indonesia di kompetisi Massachusetts Institute of Technology (MIT) Solve Sustainable Food Systems Challenge 2020. Ajang ini merupakan kompetisi untuk mencari startup sosial berbasis teknologi terbaik di seluruh dunia.
Tim startup yang menyisihkan 2.600 pendaftar dari 135 negara ini mengembangkan sebuah alat untuk membantu pengusaha di bidang perikanan, khususnya bagi pembudidaya yang masih konvensional dan ekstensif.
CEO Banoo Azellia Alma Shafira mengungkapkan, pengembangan teknologi perikanan berbasis IoT tersebut dilatarbelakangi keprihatinan akan kondisi budidaya perikanan di Indonesia yang belum maksimal.
“Inovasi ini bisa membangun ekosistem budi daya perikanan yang lebih efisien, intensif dan inklusif sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan para petani ikan,” kata Azellia, Sabtu, (12/9/2020).
Banoo dilengkapi teknologi microbubble generator yang mampu untuk meningkatkan jumlah oksigen yang terlarut dalam air. Alat ini dilengkapi Internet of Thing (IoT) sensor, sehingga dapat hidup otomatis. Berdasarkan riset internal Banoo, teknologi itu dapat mendorong pertumbuhan ikan hingga 42%.
Azellia mengaku, alat buatannya menyemprotkan oksigen lebih merata ke seluruh kolam, termasuk area dasar. Sedangkan aerator yang sudah ada hanya mampu menjangkau area permukaan.
”Padahal, kadar oksigen yang paling kritis itu di dasar kolam karena tidak terkena paparan sinar matahari,” kata Azellia dilansir dari Katadata. co. id, Kamis (17/9).
Penyemprotan oksigen yang merata itu membuat metabolisme ikan bisa meningkat dan nafsu makannya bertambah. Dengan implementasi teknologi tersebut petani dapat memanen ikan dalam jumlah lebih banyak dan waktu yang lebih pendek.
Produktivitas petambak pun meningkat dan meraup pendapatan hingga 124% lebih banyak dibandingkan dengan metode budidaya konvensional.
Untuk sumber energinya, teknologi tersebut menggunakan tenaga dari panel surya. Oleh karena itu, pemakaian energi Banoo diklaim lebih efisien karena hanya menggunakan 400 watt.
“Bisa dipakai di daerah terpencil yang belum ada listrik,” kata Azellia.
Kedepannya, Banoo berencana mengembangkan aplikasi pada ponsel yang nantinya memiliki fitur remote MBG controller untuk menghidupkan dan memastikan kinerja microbubble generator.
Tidak hanya itu, akan ada fitur real-time data monitoring, dan data-driven pond management untuk konsultasi seputar perawatan kolam berdasarkan data yang tercatat. Kemudian, fitur news portal yang memuat informasi harga terkini seputar perikanan. Selain itu, ada fitur komunitas.
“Kami juga sedang mengembangkan produk MBG untuk perikanan air asin dan air payau,” kata Azellia.
Ada beberapa rencana yang sedang dibicarakan terkait pendanaanya. Ia mengatakan saat ini Banoo terbuka untuk bekerja sama dalam bentuk investasi, program CSR, riset maupun program pemberdayaan masyarakat.
Tim Banoo sendiri terdiri dari mahasiswa dan alumni UGM yaitu Fajar Sidik (Alumnus Teknik Mesin 2012), Azellia Alma Shafira (Alumnus Manajemen 2016), Lakshita Aliva Zein (Perikanan 2016), Muhammad Adlan Hawari ( Alumnus Eektronika dan Instrumentasi 2015) dan Fakhrudin Hary Santoso (Alumnus Perikanan 2015).
Bukan hal yang mudah mengembangkan startup tersebut, Azellia dan rekan-rekannya harus membagi waktu, karena Banoo dibangun saat mereka masih di bangku kuliah. Selain itu, banyak proyek dan rencana ekspedisi yang tertunda akibat pandemi corona.
“Utamanya, bagaimana approach para petani ikan dan mengedukasi mereka tentang manfaat teknologi Banoo terhadap produktivitas kolam,” katanya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat bahwa pelaku usaha perikanan budidaya tanah termasuk tambak terus tumbuh di masa pandemi Covid-19. Panen komoditas sektor ini pun diproyeksi 450 ribu ton.
Komoditas perikanan budidaya meliputi ikan air tawar, laut non-udang, dan udang. Panen ikan air tawar diprediksi 341.494 ton, budidaya ikan laut non-udang 4.400 ton, dan udang 104.941 ton.
“Itu angka estimasi hasil panen April sampai Juni,” kata Menteri Edhy Prabowo.