Mediatani – Ada banyak komoditas pertanian yang memiliki potensi dan mudah dibudidaya terutama bagi masyarakat yang baru memulai menjalankan usaha. Jamur merupakan salah satu contohnya. Selain mudah dibudidaya di berbagai tempat, jamur mudah juga memiliki potensi pasar juga cukup besar.
Peluang itulah yang berhasil dimanfaatkan oleh Abi Sani, seorang pemuda yang bermukim di Dusun Karanganom, Desa Serut, Panti, Jember. Berkat kerja kerasnya, pemuda tamatan madrasah ini sukses membudidaya jamur tiram.
Abi menceritakan usaha budidaya jamur ini berawal saat dirinya kebingungan mencari kerja selepas tamat dari madrasah Aliyah pada bulan Juni lalu. Ia memang mengaku lebih memilih bekerja dibanding meneruskan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi karena butuh pemasukan untuk kebutuhan sehari-harinya.
Dalam mencari pekerjaan baginya, tentu tidaklah mudah. Abi terus berupaya agar niat baiknya untuk mendapatkan pekerjaan bisa direalisasikan dengan cepat. Pemuda berusia 17 tahun itu tidak menyerah dan berputus asa karena belum memperoleh pekerjaan.
Upaya kerasnya kini berbuah hasil. Meskipun tidak berhasil mendapatkan pekerjaan, Abi lalu berinisiatif untuk membuat usaha sendiri. Usaha yang tengah dirintisnya saat ini adalah jamur tiram.
Abi mulai belajar bagaimana budidaya jamur tiram dari saudara-saudara dan tetangganya. Dia menekuni kurang lebih hampir tiga bulan lamanya, dia terlihat sangat bersemangat.
Awalnya, Abi mulai menanam jamur tiram di belakang rumahnya. Dia menanam kurang lebih 250 baglog. Dalam mengelola media tanamnya, Abi membuatnya sendiri dengan bahan dasar berupa dedak, serbuk gergaji dan kapur, dan tambahan gula pasir.
“Media tanam baglog berukuran 15 x 25 sentimeter. Saban hari, saya memanen dua kilogram jamur tiram,” jelas Abi, dilansir pada laman jawapos.com pada Rabu (28/9).
Sebenarnya, lanjut Abi, satu baglog tiap harinya mampu memproduksi kurang lebih setengah hingga satu ons jamur tiram. Meskipun begitu, di antara 250 baglog yang dimilikinya, belum semua mampu menghasilkan jamur. Hanya sebagian kecilnya saja, sehingga berpengaruh juga terhadap hasil panennya yang masih sedikit.
“Per kilogram, jamur tiram ini saya jual Rp 12 ribu dengan dititipkan ke warung sebelah rumah,” ungkap Abi.
Saat ini, Abi mengakui bahwa produksi jamur yang menurutnya masih sedikit itu telah mampu menghasilkan cuan per harinya hingga Rp 24 ribu. Meskipun masih terbilang rendah, tetapi Abi tetap bersyukur sebab telah mampu menghasilkan uang dari usahanya sendiri.
“Sementara, saya masih mengerjakan sendiri dan ke depan berusaha mengembangkan budidaya jamur tiram ini,” pungkas Abi.
Peneliti Jamur (LIPI), Iwan Saskiawan menjelaskan, di tengah merosotnya perekonomian dan banyaknya PHK yang terjadi, budidaya jamur bisa menjadi solusi untuk dijadikan sebagai peluang bisnis. Untuk memulainya, hal dasar yang harus dikuasai hanya terkait teknik dasar budidaya jamur, termasuk di dalamnya pembibitan.
“Keunggulan budidaya jamur ini, kita menggunakan limbah tetapi tidak menghasilkan limbah. Limbah yang kita gunakan misalnya dari jerami padi, serbuk gergaji kemudian limbah tekstil kapas dan lainnya. Perputaran uang dalam bisnis jamur cukup cepat. Dalam sebulan jamur merang sudah panen dan dijual,” ungkap Iwan.