Mediatani – Edukasi tentang penggunaan bahan yang ramah lingkungan dalam mengatasi berbagai masalah petani di lahan saat ini masih tetap dilakukan oleh berbagai kalangan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan lingkungan dan kondisi alam yang berkelanjutan.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri karena masih banyak petani yang menggunakan racun (pestisida) kimia dalam mengatasi gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), termasuk gulma. Namun hal ini dapat menimbulkan dampak jangka panjang, yaitu mengakibatkan residu yang bisa merusak ekosistem.
Untuk mengatasi penggunaan racun rumput (herbisida) kimia yang berlebihan, maka perlu untuk mencari alternatif yang dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
Saat ini penggunaan herbisida di perkebunan kelapa sawit mulai dikurangi. Hal ini seiring dengan tuntutan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan timbulnya kesadaran dalam membangun perkebunan sawit yang lebih alami.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menekan penggunaan herbisida kimia adalah dengan memanfaatkan tanaman tali putri (Cassytha filiformis). Masyarakat Sunda juga mengenal tanaman ini dengan nama “Emas-Emasan atau Sangga Langit”.
Tali putri dapat digunakan untuk membasmi beberapa gulma utama di perkebunan kelapa sawit, seperti gulma pengorak (Asystasia intrusa) atau dikenal dengan nama “Rumput Israel” dan Tanaman Bulou/Akar Bulou (Mikania micrantha).
Karena daya tumbuhnya yang cepat dan sangat kuat menyerap nutrisi di dalam tanah, maka gulma tersebut harus dibasmi, dan jika dibiarkan maka gulma tersebut dapat mengurangi hasil produksi kelapa sawit.
Tali putri termasuk tanaman yang unik karena memiliki warna yang cukup “nyentrik”. Tanaman ini tidak memiliki daun dan tidak memiliki zat hijau daun (klorofil). Bentuknya seperti tali temali kecil berwarna kuning, terdapat bulatan kecil, dan hidup sebagai tanaman parasit.
Hidup sebagai parasit membuat tanaman ini hidup dengan cara menempel dan membelit pada tanaman lain, dan sebab cara hidup inilah sehingga tali putri dapat dimanfaatkan sebagai pembasmi gulma rumput Israel dan tanaman bulou.
Tanaman rumput Israel dan tanaman bulou merupakan tumbuh pada saat setelah pembukaan lahan maupun saat fase produksi, kedua gulma ini juga merupakan inang dari tali putri. Tali putri akan tumbuh menyebar dan mengikuti inangnya.
Cara kerja tali putri adalah dengan menempel dan membelitkan sulur pada tanaman inangnya, kemudian tali putri akan menghisap saripati tanaman inangnya dan membuat tanaman itu mati. Jika tanaman itu mati, maka sulur tali putri terus mencari tanaman inang yang lain.
Sulur tali putri akan berhenti jika tanaman inangnya mati, jika tanaman ingangnya sudah tidak ada lagi maka tali putripun akan mati dan mengering.
Pengaplikasian tali putri pada lahan perkebunan sangat mudah dan sederhana. Cukup dengan memberikan potongan tali putri sekitar lima gram setiap jarak satu meter, atau menyesuaikan dengan pola sebaran gulma di lahan.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tali putri diaplikasikan sebelum jam 8 pagi atau sebelum matahari terang. Hal ini sesuai dengan habitat tali putri yang suka dengan suhu lembap dan sering ditemukan di tempat rendah atau pinggiran sungai dalam hutan.
Penggunaan tali putri dapat menghemat biaya dalam membasmi gulma. Selain itu, karena cara ini sama sekali tidak menggunakan bahan kimia maka tidak ada residu yang tertinggal sehingga aman bagi lingkungan.
Saat ini pembasmian gulma dengan memanfaatkan tali putri sudah mulai diterapkan pada perkebunan kelapa sawit. Cara ini disukai karena ramah lingkungan, meminimalisir penggunaan biaya, dan tidak memerlukan banyak tenaga kerja.
Penggunaan tali putri menjadi salah satu bukti bahwa masih ada cara lain yang bisa dilakukan dalam membasmi OPT. Harapannya, semakin banyak petani yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan berusaha untuk menerapkan konsep “Kembali ke Alam”.
Hal ini penting untuk dilakukan demi menjaga lingkungan dan keberlanjutan usaha perkebunan dan pertanian dalam jangka waktu yang lama.